Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
TraumatiQ
Suka
Favorit
Bagikan
67. Scene #67

EXT. INT. TERAS RUMAH WULAN. MALAM

Wulan kaget bukan main saat mendapati Puri hadir di depan rumahnya dengan basah kuyup. Tanpa pikir panjang, Wulan mengajaknya ke dalam dan membawanya masuk ke kamar tamu di depan kamarnya bersama sang suami yang malam ini, lembur bekerja. Sang suami yang bertugas sebagai satpam, akan pulang besok pagi yang membuat Wulan lebih leluasa menemani Puri yang meminta izin menginap di rumahnya malam ini.

Wulan memberikan piyamanya pada Puri dan juga handuk, lantas ke luar membuatkan teh manis hangat untuknya. Wulan sesaat menghentikan tangannya mengaduk sendok di dalam teh untuk Puri, kembali teringat pembicarannya dengan Pak Min waktu itu di halaman sekolah.

CUT TO FLASH BACK:

PAK MIN

Saya rasa, kembalinya Mbak Puri ke kota ini lagi, adalah waktu untuk terbongkarnya segala rahasia. Gak ada salahnya anda mengatakan segalanya, sebelum Mbak Puri mengetahuinya dari orang lain. Saya yakin, Mbak Puri akan mengerti. Dari pada anda terus menerus merasa bersalah?

CUT BACK TO:

Wulan menatap puri yang sedang duduk di tempat tidur sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk.

WULAN

(menghela napas, melangkah masuk)

Minum dulu, Ri, biar angetan badannya.

Puri tersenyum, menerimanya dan mengucapkan terima kasih. Wulan menarik kursi dan duduk di hadapan Puri.

WULAN

Apa yang terjadi sebenarnya, Ri?

PURI

(menghela napas)

Sulit menceritakannya dari awal, Lan, namun intinya selama ini Ibu bukanlah ibuku, melainkan nenekku.

WULAN

(kaget)

Ma-maksud ka-kamu, Mbak Rania itu?

PURI

(mengangguk)

Dia meninggalkan akta kelahiranku yang asli dan sebuah surat dengan nama ayahku di sana. Dan ayahku adalah, Omnya Dava.

Puri menunduk, dia tampak kecewa mengingat cintanya pada Dava tidak akan berakhir bahagia.

CUT TO FLASH BACK:

WULAN TERINGAT SAAT MELIHAT RANIA DAN SEORANG LELAKI YANG DIA PANGGIL VERREL, MASUK KE SEKOLAH SAAT SORE TIBA, DI SAAT SEMUA ORANG SUDAH KEMBALI.

RANIA

Percuma, ibu tidak akan merestui kita. Dia ingin aku menikah dengan lelaki pilihannya.

Rania terus menarik tangan Verrel dan masuk ke kelas tempatnya mengembuskan napas terakhir.

VERREL

Tapi aku mencintaimu, aku tau kalau sekarang aku belum sekaya lelaki yang dijodohkan ibumu. Tapi aku benar-benar serius. Dan aku ingin, kita mengatakan segalanya pada Puri.

RANIA

Tolong jangan katakan itu pada Puri, aku belum siap.

VERREL

Tapi mau sampai kapan? Aku ingin hidup bersama Puri, Ran. Tolong izinkan aku bertemu dengannya sekali saja.

RANIA

(menggeleng)

Ibu bisa melakukan apa pun, aku gak mau Puri kenapa-kenapa, Rel. Tolong, mengerti aku.

Wulan mengintip dari celah pintu. Melihat dan mendengar segalany. Wulan langsung pergi karena takut Rania mendapati dirinya. 

CUT BACK TO:

PURI

(kaget)

Kamu serius melihatnya?

WULAN

(mengangguk)

Maaf, Ri, saat itu aku benar-benar takut.

Puri menghela napas panjang, menunduk kepala malu.

WULAN

Ada satu lagi yang ingin aku katakan. Tolong, jangan marah.

PURI

Apa itu?

Wulan tampak ketakutan, yang membuat Puri meletakkan minumannya di meja dekatnya dan menggenggam tangan Wulan.

WULAN

Ri, akulah yang mencari tali itu dan memberikannya ke Mbak Rania. Dia memintaku mencarinya, dan aku benar-benar tidak tau niat Mbak Rania waktu itu. Aku mengira itu untuk hal lain, tolong maafkan aku, Ri. Aku minta maaf.

Puri kaget bukan main mendengarnya. Genggamannya terlepas yang membuat Wulan tersentak kaget.

WULAN

Maafkan aku, Ri. Aku benar-benar gak tau. Dan setelah itu, aku dimintanya untuk pulang. Tolong percaya aku, Ri.

Puri berdiri, melangkah pergi dari rumah Wulan yang sempat dikejar Wulan sampai ke teras. Wulan terisak menatap kepergian Puri.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar