Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. PINGGIR JALAN. PAGI
Puri menghela napas kesal. Sudah hampir sepuluh menit dia mendorong sepedanya yang bocor dan lingkaran jari-jari sepedanya yang terlepas. Mencoba mencari-cari bengkel sepeda berada, namun tidak terlihat sama sekali.
Puri berhenti, duduk di pinggir jalan setelah memarkirkan sepeda. Sialnya dia malah lupa bawa handphone. Padahal Dena memintanya cepat-cepat membawa belanjaan dari pasar ke rumah untuk dimasak hari ini.
Namun kekesalan Puri berubah lega saat dari kejauhan melihat Pak Min mengayuh sepedanya. Puri memanggil lelaki tua itu, yang langsung menghentikan gowesannya tepat di dekat Puri.
PAK MIN
Mbak Puri, ngapain di sini?
PURI
(lega bukan main)
Pak Min, syukurlah ketemu Pak Min di sini. Sepeda saya bocor, Pak. Dari tadi nyari bengkel tapi gak ketemu-ketemu.
PAK MIN
Wah, bengkel adanya di ujung jalan sana, Mbak, dekat rambu lalu lintas.
Pak Min melihat ke ban sepeda Puri yang membuat Puri cemas dengan nasibnya.
PAK MIN
Biar saya bawa saja, Mbak, Mbak tunggu di sini aja jagain sepeda saya ya.
PURI
Saya ikut aja, Pak.
Pak Min mengangguk, mengajak Puri yang memilih menodorong kembali sepedanya, mengikuti Pak Min yang ikut mendorong sepeda miliknya tanpa dia naiki.
CUT TO:
EXT. BENGKEL SEPEDA. PAGI
Puri berterima kasih pada Pak Min yang memberikannya minuman botol sembari menunggu sepedanya diperbaiki. Pak Min duduk di kursi di depan Puri.
PURI
Pak, boleh Puri nanya sesuatu tentang sekolah Kak Rania?
PAK MIN
Apa itu?
PURI
Soal kemarin pintu yang tiba-tiba tertutup sendiri, apa selama ini sering terjadi hal menyeramkan seperti itu?
PAK MIN
(menghela napas)
Beberapa kali memang banyak hal mistis seperti itu, Mbak. Cuma karena sudah terbiasa, saya abaikan saja. Mungkin karena bangunan itu cukup besar dan tidak lagi terpakai, membuatnya sedikit berbau mistis. Wajar sih buat saya.
PURI
Apa jangan-jangan itu arwah Kak Rania?
PAK MIN
Kenapa Mbak Puri berpikir seperti itu?
PURI
Karena yang Puri tau, orang yang mati bunuh diri, arwahnya gak diterima, Pak.
PAK MIN
Tapi saya yakin, saat ini Ibu Guru sudah tenang di alamny karena doa dari Mbak Puri.
Puri menghela napas panjang. Apa yang dikatakan Pak Min salah besar, bahkan semenjak Rania meninggal dunia, dia sama seklai tidak pernah mendoakannya. Mengingatnya saja Puri enggan.
PAK MIN
Apa Mbak tidak pernah mendoakannya?
Puri menatap Pak Min kaget yang dibalas Pak Min dengan ekspresi dingin
INSERT:
SALAH SATU TUKANG BENGKEL DATANG MENDEKAT
TUKANG BENGKEL
Permisi, Pak, sepedanya sudah selesai.
Pak Min dan Puri menoleh, Puri yang menyadari ini adalah kesempatan baginya untuk menghindari pertanyaan itu, langsung berdiri, membuka tas sandangnya yang sejak tadi tersilang di tubuhnya dan bertanya berapa biayanya. Puri mengeluarkan uang yang diminta, dan langsung tersenyum ke Pak Min.
PURI
Saya permisi dulu ya, Pak. Soalnya ibu udah nungguin di rumah. Bahan belanjaannya mau dimasak buat jualan.
PAK MIN
Apa hari ini Mbak Puri akan ke sekolah lagi?
PURI
Niatnya sih, bareng sama Dava nanti.
Ekspresi Pak Min berubah. Dia terlihat tidak suka saat nama Dava disebutkan.
PAK MIN
Jangan terlalu dekat dengan lelaki itu, Mbak.
PURI
(menatapnya heran)
Kenapa? Bukannya dulu bapak yang selalu meminta Puri untuk berteman dengannya? Apa salah Dava?
Pak Min menarik tatapannya ke arah lain, melangkah mendekati sepedanya dan menendang pelan penyanggah sepedanya.
PAK MIN
Saya pulang duluan, Mbak. Assalammu'alaikum.
PURI
Wa'alaikumsalam.
Pak Min menaiki sepedanya dan mengayuhnya menjauhi bengkel tempat Puri masih menatapnya. Puri menghela napas, menatapnya bingung bukan main dengan ucapannya, lantas menggeleng pelan sembari melangkah mendekati sepeda dan membawanya pergi.