Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR DENA. MALAM
DENA
Kamu serius?
Dena menghentikan melipat kain dan duduk di dekat Puri yang sejak tadi duduk di atas tempat tidurnya.
PURI
(mengangguk, tersenyum)
Puri serius, Bu, kalau ibu gak percaya, lusa ikut Puri ke sekolah untuk lihat pembangunanya. Belum selesai sih, lagi proses.
DENA
(mengerutkan kening)
Kenapa gak besok?
PURI
Besok pada libur, lagian besok Puri ada perlu sama Dava di sekolah itu. Jadi lusa aja ya.
DENA
Dava? Orang yang kamu bilang sering bawa bunga ke makam kakakmu itu?
PURI
(mengangguk)
Sekarang kami berteman, Bu. Karena Puri dapat surat peninggalan Kak Rania dan di dalam surat itu tertulis, alamat rumah Dava. Jadi Puri ngerasa kalau, Kak rania minta Puri untuk mengajaknya membangun kembali bangunan sekolah itu.
DENA
(Menelan air liurnya)
Surat dari Rania? Maksudnya?
PURI
Iya, Bu, ternyata kakak ninggalin surat di sekolah yang di dalamnya ada alamat rumah Dava dan juga nama Verrel di sana. Dia Oomnya Dava katanya. Untung aja Pak Min masih menyimpannya. Masa ibu gak tau.
Dena menggeleng pelan. Dia terlihat gelisah yang membuat Puri menatapnya bingung.
PURI
Ibu kenapa?
DENA
Agh, enggak apa-apa, Sayang. Jadi kalian mau ngapain besok di sana?
PURI
Puri mau coba ngobatin trauma Puri. Doain ya, Bu.
DENA
Pasti, Sayang. Jangan takut ya?
Dena langsung memeluk Puri yang tersenyum di pelukannya. Berharap semua akan baik-baik setelah dia hadir di ruangan itu bersama Dava. Tidak lagi seperti sebelumnya, yang membuatnya harus terus berteman dengan ketakutannya sendiri.