Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR PURI. MALAM
Puri gelisah. Pembicaraan tadi pagi di rumah Husein, membuatnya tak tenang. Berulang kali Puri menghela napas, mondar-mandir, lantas memutuskan duduk di atas tempat tudur memeluk erat bantalnya
WANITA 1 (S.O)
Dasar, guru gak punya akhlak!
WANITA 2 (S.O)
Gak tau etika!
WANITA 3 (S.O)
Guru seperti ini pantas masuk penjara!
WANITA 4 (S.O)
Hukum mati aja sekalian!
Suara-suara semua wali murid yang dulu percaya akan fitnahan itu, terngiang di kedua telinga Puri. Semua wali murid yang akhirnya berhasil menjebloskannya ke dalam penjara selama tiga bulan lebih, dan akhirnya berhasil dibebaskan karena terbukti tidak bersalah
GURU 1 (S.O)
Dia mati!
WANITA 1 (S.O)
Dia bunuh diri?
WANITA 2 (S.O)
Padahal dia kepala sekolah dan guru teladan, kok bisa bunuh diri!
GURU 2 (S.O)
Lihat, itu adiknya, kasihan...
dia harus ngelihat langsung kakaknya tergantung!
Suara dari peristiwa lain ikut hadir di kedua tellingan Puri. Suara dari kejadian saat Rania tergatung di seutas tali di gedung sekolahnya. Puri menutup kedua telingantya dengan tangan, memejamkan mata sekuat-kuatnya berusaha menenangkan dirinya sendiri agar tidak menjerit seperti biasa. Tubuhnya bergetar hebat ketakutan. Dia benar-benar frustasi
CUT TO:
EXT. INT. TERAS RUMAH. MALAM
Pintu dibuka Dena dari dalam, dan terlihat Dena tersenyum menyambut Wulan yang datang malam itu. Dena sesaat melirik ke dalam, seperti seseorang yangn menyembunyikan sesuatu, lantas keluar menarik tangan Wulan sembari menutup pintu
WULAN
Ada apa, Bu?
DENA
Syukur kamu ke sini, ada yang ingin ibu mintain tolong sama kamu
WULAN
Minta tolong apa, Bu?
DENA
(menghela napas)
Kamu bisa ngebujuk Wulan buat kembali mengajar, Lan?
WULAN
(meragu)
Rasanya sulit, Bu
DENA
Ibu yakin cuma kamu yang bisa ngebujuknya, Nak.
Ibu ingin wujudkan permintaan bapaknya Puri
untuk membuka kembali gedung milik Rania itu.
Ibu minta tolong sama kamu, Lan
WULAN
Kemarin Wulan ngelihat Puri,
dia masih takut untuk kembali mengajar, Bu.
Kasihan kalau sampai dipaksakan
DENA
(memelas)
Ibu mohon sama kamu, Lan.
Ibu minta tolong sama kamu
Wulan menghela napas. Memelasnya wajah Dena membuatnya benar-benar tak tega. Dena sudah dia anggap seperti ibunya sendiri pasca meninggalnya sang ibu. Dan dia, tidak ingin mengecewakannya.
WULAN
(mengangguk)
Wulan coba ya, Bu
Dena tersenyum sembari menghela napas lega
BACK TO:
INT. KAMAR PURI. MALAM
SFX. SUARA KETUKAN PINTU
Puri melangkah mendekati pintu, dan membukanya. Terlihat Wulan berdiri di hadapannya yanng langsung diminta Puri untuk masuk setelah melangkah kembali ke atas tempat tidur.
WULAN
Ngurung diri aja, kayak anak perawan
(duduk di atas tenpat tidur)
PURI
Memang masih perawan aku ya
(sewot)
WULAN
(tertawa sesaat)
Tadi aku cerita sebentar sama Ibu,
katanya kamu berniat membuka kembali gedung sekolah milik Kak Rania, ya?
PURI
Bukan aku, tapi Ibu.
WULAN
Iya-iya, tapi mau, kan?
Puri mengangkat kedua bahunya tanda masih bingung, yang membuat Wulan menghela napas panjang
WULAN
Aku dukung kalau kamu mau membukanya lagi!
PURI
(menatap Wulan)
WULAN
Yaaa, biarpun aku bukan lulusan keguruan,
tapi aku siap bantu-bantu. Sekedar jadi ibu kantin
Keduanya tertawa, lantas Puri tiba-tiba diam yang membuat Wulan menatapnya bingung
PURI
Kamu kenal Dava?
WULAN
Dava... Dava... Thomas Dava Edison?
PURI
Itu Thomas Alva Edison, aku serius!
WULAN
Oke-oke, Arkana Dava Alvaro?
PURI
Nama aktor siapa kali ini?
(Kesal)
Jangan becanda deh, Lan
WULAN
Aku serius! Dia cowok yang tinggal di gang sebelah,
sering datang ke makam Kak Rania terus pernah sekali aku lihat dia,
berdiri di gerbang gedung sekolah punya kakakmu, Ri!
Ganteng sih, orang berada lagi, cuma ya itu... kasihan.
PURI
Kasihan kenapa?
WULAN
Kedua orang tuanya bercerai,
dia memilih tinggal sama Om-nya, tapi ya gitu.
Om-nya gak tau di mana, gak pernah kelihatan.
Jadi di rumah dia cuma tinggal sama pembantunya dan supir pribadinya
Puri terdiam. Melempar jauh ingatannya ke wajah Dava yang sangat jelas di ingatannya. Membiarkan Wulan bercerita tentang kehidupan Dava yang membuatnya semakin tak tega mendengarnya