Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. PEMAKAMAN UMUM. SIANG
Dena berjongkok di makam sang suami. Meletakkan dua ikat bunga ke makam Joni dan makam Raina yang bersebelahan.
Dena sesaat membuka kaca mata hitamnya, menyipitkan kedua mata akibat sinar matahari yang menusuk matanya, lantas tersenyum.
DENA
Mas, aku datang. Seperti biasa, di hari jumat.
Dena menyiram kedua makam itu dengan air yang dia bawa, lantas menaburkan bunga.
DENA
Tadi aku bertengkar dengan Puri. Dan Puri pergi dari rumah seperti biasa. Tapi kali ini aku gak tau dia ke mana. Mustahil dia ke gedung sekolah Rania.
(menghela napas)
Dia masih tetap gak mau membuka kembali gedung itu, Mas. Aku benar-benar bingung harus bagaimana. Rasanya aku gak kuat kalau harus memberitahukannya langsung.
DODIT
Permisi, Bu Dena.
Dena menoleh ke seorang pria berpakaian lusuh dengan sapu lidi di tangannya.
DODIT
Maaf mengganggu kekhusyukannya. Apa benar Mbak Puri sudah kembali?
DENA
(berdiri)
Benar, ada apa ya?
DODIT
Begini, Bu. Anak saya, Rahayu, pernah menjadi muridnya Ibu Guru Rania. Dan semenjak kematian Ibu Guru, dia bertekad untuk menjadi guru dan mengajar di gedung itu lagi. Apa Mbak Puri akan membukanya kembali, Bu?
DENA
Saya tidak tau. Saya belum tanyakan hal itu pada Puri.
DODIT
Kalau begitu jika memang ingin dibuka lagi. Izinkan anak saya mengajar di sana, Bu. Sebagai tanda permintaan maafnya pada Ibu Guru.
DENA
Permintaan maaf tentang apa?
DODIT
Karena... Ya... Rahayu pernah ngelakuin kesalahan yang tidak bisa saya ceritakan ke ibu. Biar jadi rahasia antara Rahayu dan Ibu Guru saja, Bu. Maaf, saya permisi.
Dodit melangkah pergi meninggalkan Dena yang menatapnya bingung. Selama Rania hidup, dia tidak pernah mengetahui kalau Rania punya masalah dengan orang lain, apa lagi muridnya sendiri. Dena menatap kembali makam Rania sembari menghela napas.