Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. HALAMAN SEKOLAH RANIA. PAGI
Pembangunan pun dimulai. Puri, Dava, Wulan dan Pak Min turut hadir memantau para tukang bangunan. Ada beberapa bagian yang harus dihancurkan karena dirasa cukup berbahaya jika dipertahankan, ada yang hanya ditambahkan, dan ada yang dibiarkan karena masih kokoh.
Puri melangkah masuk ditemani Wulan. Dava dan Pak Min sendiri tampak sibuk di bagiannya masing-masing. Hari ini, Puri berniat memasuki kelas itu. Dia merasa harus melawan traumanya sendiri. Walau pun sebelumnya salah astu tukang meminta untuk menghancurkan kelas itu saja, namun dengan tegas Puri menolaknya. Dia tidak ingin tempat Rania menghembuskan napasnya lenyap. Biar gimana pun, hanya itulah tempat terakhir Puri melihat sang kakak. Dia tidak ingin kehilangan ruangan itu.
WULAN
(menarik tangan Puri)
Kamu yakin?
Puri mengangguk yakin, kembali melangkah mendekati pintu meninggalkan Wulan yang langsung menghubungi Dava untuk memberitahukanya. Puri memegang kunci pintu yang masih tertancap, memutarnya dan perlahan mendorong pintu agar terbuka.
Sesaat Puri memejamkan kedua matanya, perlahan membukanya namun secara tiba-tiba, seseorang menariknya untuk berbalik yang membuat Puri tersentak kaget dan menatap orang yang kini berdiri di hadapannya.
DAVA
Jangan lakukan kalau belum siap.
PURI
Aku tau, kalau aku belum siap. Tapi mau sampai kapan? Trauma yang aku alami harus disembuhkan, Dav. Dan salah satunya dengan cara memberanikan diri masuk ke dalam.
DAVA
Oke, tapi gak hari ini. Besok kita bakalan ke sini berdua. Besok semua tukang bangunan pada iibur, jadi kita bisa ke sini untuk mencobanya. Oke?
Puri menganggukkan kepala. Dava menghela napas lega begitu pula dengan Wulan yang tampak lega di belakang Dava.
Pak Min sendiri berdiri sedikit jauh dari ketiganya, menatap tajam ke Dava tanpa sepengetahuan yang lainnya.