Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. SEKOLAH. PAGI
Puri hadir lebih awal hanya karena mimpi anehnya tadi malam. Pak Min yang sedang menyapu halaman depan pun, dibuat kaget saat melihat Puri datang. Puri hanya menyapanya sesaat, lantas melangkah masuk dengan membawa kunci laci meja Rania di kelas itu.
Puri menghentikan langkahnya di depan pintu, menarik gagang pintu dan membukanya. Puri menyalakan lampu, melangkah mendekati meja. Puri duduk, dengan perasaan sedikit cemas Puri memasukkan kunci itu ke lubangnya, lantas memutarnya. Suara tanda kunci laci terbuka membuat Puri merasa takut bukan main. Entah kenyataan apa yang akan dia terima. Yang pasti dia berjanji untuk menyimpannya dari semua orang sampai benar-benar dia selesaikan nantinya.
Puri menarik gagang laci, dan mendapati sebuah map merah yang sudah lusuh di dalamnya. Puri mengeluarkannya, meletakkannya di atas meja dan dengan jantung deg-degan, membuka map itu.
Sebuah akta kelahiran dengan namanya di dalamnya. Puri mengangkatnya, membacanya dengan perasaan bingung karena mendapati Rania malah memberikannya akta kelahiran, bukan hal lebih penting lainnya. Namun Puri kaget saat mendapati bahwa sang ibu bukanlah Dena, namun Rania. Dia membaca ulang dua nama itu. Rania Aryani Fitria dan Verrel Gunawan.
PAK MIN
Mbak, ada yang bisa saya bantu?
Puri kaget mendengarnya, mendapati sosok Pak Min ada di luar pintu, lantas mengangguk pelan yang membuat Pak Min melangkah mendekat. Dia tampak kaget saat melihat akta kelahiran ada di atas meja.
PURI
Tolong jawab pertanyaan saya dengan jujur, Pak. Apa benar, saya bukan anak kandung ibu?
Air mata Puri menetes yang membuat Pak Min gugup bukan main.
PURI
Jawab, Pak!
PAK MIN
(menunduk)
Benar, Mbak. Maafkan saya. Mbak sebenarnya anak Bu Rania dan Pak Verrel, pamannya Dava.
Puri menghela napas berat, air mata terus jatuh membasahi kedua pipi, dia benar-benar tidak menyangka hal sebesar ini, tidak dia ketahui selama ini.