Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dzikir Sebuah Cincin Retak
Suka
Favorit
Bagikan
62. SCENE 62 EXT/INT, MUSHALLA, KARAWANG, DZUHUR

Hamid baru saja selesai berwudhu, ia berhenti di teras mushalla untuk merapikan kembali baju koko hitam yang dikenakannya dan membetulkan pecinya yang miring ke belakang. Bapak-bapak saudaranya Hamid dari Ciputat masih mengambil air wudhu. Tanpa sengaja pandangan Hamid tertuju pada seorang wanita yang berjalan dari kejauhan mengenakan celana levis panjang warna biru gelap dan kaos panjang berkerah melingkar setengah leher berwarna merah jambu. Di sampingnya ada seorang lelaki muda. Mereka berjalan berdampingan menuju mushalla, yang berarti mendekati Hamid. Hamid menajamkan alisnya, dahinya mengerut tanda serius. Ia berkata dalam hati:

“sepertinya aku kenal dengan wanita itu. Oh . . .ternyata dia adalah wanita yang meninggalkanku selama dua tahun lebih, dan kini menjadi milik orang. Ya, dia adalah Murni. Semoga aku bisa menghadapinya.”

Murni dan suaminya makin dekat hingga akhirnya mereka saling menatap. Tak ada suara untuk beberapa saat.

Murni : Hai kak, lama enggak muncul-muncul

Hamid : Mungkin itu sebenarnya pertanyaan kakak, kenapa Murni enggak muncul-muncul (tersenyum datar)

Murni :Oh, ya, kenalkan ini suamiku . . .

Hamid : Oh, baik, saya Hamid (tersenyum dan bersalaman dengan suaminya)

Suami : Saya Rio (tersenyum menjawab singkat)

Murni : Udah dulu ya

Hamid : Mengangguk sambil tersenyum datar

Murni memberi isyarat kepada suaminya untuk pergi. Mereka berdua pun berlalu berjalan perlahan dengan santai. Hamid masih terpaku dengan kedua bibir yang terkatup rapat. Kedua tangannya dimasukkan ke saku baju koko yang ada di samping. Matanya tak berkedip menatap mereka berdua hingga hilang di salah satu sudut rumah. (beberapa bapak-bapak mulai masuk mushalla satu persatu). Ia menunduk, sedikit meringis karena menahan kecewa dan menarik nafas dalam-dalam sambil menggeleng-gelengkan kepala. Hamid segera masuk mushalla untuk menunaikan shalat dzuhur.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar