Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dzikir Sebuah Cincin Retak
Suka
Favorit
Bagikan
42. SCENE 42 INT, RUMAH BI FITRI, SIANG

Bi Fitri: Wah enggak terasa ya Lia, sudah tiga tahun aja ya kamu tinggal di bekasi

Lia : Iya ya bi, enggak terasa tiga tahun berlalu

Bi Fitri: Gimana kuliah kamu? Lancar?

Lia : Alhamdulillah bi, lancar

Bi Fitri: Terus yang katanya cowok yang suka sama kamu itu bener-bener serius?

Lia : Serius sih bi, tapi saat ini dia masih kuliah, nunggu beberapa tahun lagi sampai dia lulus

Bi Fitri: Lha, kalau nunggu dia lulus ya keburu tua kamunya

Lia : Ya gimana bi, Lia juga bingung mau sama siapa lagi...

    Lia bener-bener bingung bi, sudah ada beberapa orang yang datang ke Lia untuk mencoba serius, dan Lia juga bersedia untuk hidup bersama. Pertama ada anak kuliahan yang suka sama Lia, di saat Lia sudah mulai suka, tiba-tiba kak Hamid main, jadinya Lia ingat lagi dengan kak Hamid. Akhirnya yang anak kuliahannya pergi karena di hati Lia masih ada yang lain selain anak kuliahan itu. Yang kedua, ada yang datang ke Lia untuk mencoba serius, dan Lia juga bersedia untuk hidup bersama. Dia juga sudah bekerja di kantor Departemen Agama yang memiliki jabatan yang bagus. Kami sudah menentukan hari pernikahan kami. Mungkin bibi juga ingat kan bi?

Bi Fitri: Iya, iya, bibi inget kok

Lia : Iya bi, dan sekarang datang yang ketiga, tapi Lia sepertinya belum juga mendapatkan kesempatan untuk menikah bi. Jadi Lia sama siapa lagi bi?

Bi Fitri: Ya bibi mohon maaf kalau mungkin terlalu mengatur kamu, tapi yakinlah, apa yang bibi dan mamang lakukan itu buat kebaikan kamu, Lia. Sebetulnya ya silahkan aja kamu mau nikah sama siapa, yang penting yang harus kamu perhatikan, saat kita menikah, itu semuanya baik dari sisi orang tua, saudara, paman dan bibi semuanya dari pihak laki-laki sudah seharusnya bisa menerima kamu, begitu pula sebaliknya, keluarga kamu juga bisa menerima dia, jadi sama-sama menerima. Nah keluarga dia bagaimana, apakah dia sudah bisa bersedia menerima kamu dengan segala kelebihan dan kekurangan kamu?. Mungkin dari paman dan bibinya yang sering kamu temui, gelagat dan sikapnya sih sepertinya mereka mau menerima kamu, tapi kan itu paman dan bibinya. Lha kalau orang tuanya bagaimana? Dia kan pasti anak orang tuanya, saat menikah nanti juga pasti orang tuanya yang akan tanggungjawab dan kamu bakal jadi mantunya, bener enggak?

Nyatanya kan dari keluarga cowok yang sudah kerja di Departemen Kehutanan itu orang tuanya tidak menerima kamu. Ibunya meminta kamu untuk tidak mengganggu anaknya yang sedang bekerja. Nah, apakah kamu tetap nyaman dengan keadaan seperti itu?

Nah ini yang sekarang kuliahnya masih terlalu jauh Lia, sedangkan kamu sudah cukup usia unuk menikah. Kalau Bibi kok sregnya sama Hamid ya. Hamid kan sudah sempat silaturrahmi ke sini waktu itu.

Lia : Iya bi, tapi dia mungkin sekedar silaturrahmi. Kan Cuma bantuin Lia mengerjakan tugas kuliahan yang sulit. Enggak tahu dia itu ada rasa apa enggak sama dia

Bi Fitri: Ya siapa tau, Lia . . .

    Pokoknya yang sama anak kuliahan yang baru-baru ini kamu kenal itu bibi kok agak ragu ya, Lia, enggak tahu kenapa.

Bibi sih terserah kamu sebetulnya Lia, sama siapapun itu hak kamu. Tapi sebagai orang tua yang mengasuh kamu, tentu bibi enggak tingal diam demi kepentingan kamu, demi masa depan kamu, rumah tangga kamu kelak. Tahu sendiri kan ayah dan ibumu sudah pisah. Emang siapa lagi yang bakal peduliin kamu Lia kalau bukan kami, bibi dan mamang kamu. Intinya kami cuma ingin kamu bahagia kok

Lia : Menunduk sambil mengangguk

     Oya bi, Lia mau ngajar TPA dulu ya, ini dikit lagi ashar

Bi Fitri: Oh iya, yaudah sana takut anak-anak udah pada kumpul

Lia segera menuju ke lantai dua untuk mengambil perlengkapan mengajarnya

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar