Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dzikir Sebuah Cincin Retak
Suka
Favorit
Bagikan
32. SCENE 32 EXT, RUMAH LIA, PAGI

Ojek melewati rumah nenek Lia. Hamid meminta tukang Ojek untuk berhenti sebentar. Hamid langsung turun dari motor dan menuju ke rumah nenek Lia. Di situ tampak Lia sedang menyapu halaman.

Hamid : Assalamu’alaikum

Lia :wa’alaikum salam, lho kak, mau ke mana?

Hamid : Seperti yang kakak bilang tempo hari Lia, kalau pesantren kilat sudah selesai, kakak akan segera ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan. Oh ya, ini ada kenang-kenangan buat Lia.

Hamid menyodorkan seperangkat walkman berwarna abu-abu yang sudah ada sebuah kaset di dalamnya. Lia hanya diam dan menerima dengan perlahan.

Lia : Kira-kira sampai kapan kakak di Jakarta kak?

Hamid : Belum tau Lia, ya kalau kuliah setidaknya empat tahun dan setelah itu kakak mau cari kerja di sana. Kamu tenang-tenang saja di sini untuk melanjutkan pendidikanmu yang sebentar lagi lulus Tsanawiyah

Lia : Apa akan ada pesantren kilat lagi kak di tahun yang akan datang?

Hamid : Insya Allah akan ada lagi, Lia. Lia masih di sini kan?

Lia : Insya Allah kak, lagian Lia juga belum lulus Tsanawiyah, jadi diperkirakan akan lulus tahun depan

Hamid : Oh baiklah kalau begitu. Lia, kakak berangkat dulu ya, kasihan tukang ojeknya sudah menunggu (melihat ke arah tukang ojek yang sedang membetulkan posisi helmnya agar lebih presisi)

Sampe jumpa lain waktu insya Allah di tahun depan ya, Lia! Assalamu’alaikum (merapatkan kedua telapak tangannya seperti akan bersalaman, namun tak menyentuh tangan Lia, disambut dengan gaya yang sama oleh Lia)

Lia : Wa’alaikumsalam kak . . .

Lia hanya diam terpaku di tempat di bawah pohon jambu biji. Sapu lidinya ia sandarkan di lututnya. Kedua tangannya memegang walkman dan matanya tak berkedip menatap kepergian Hamid, seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam benaknya. Ia berkata dalam hati;

Lia : Ya Allah... mengapa aku seperti merasa kehilangannya...

Tapi . . . ah tidak mungkin! Dia sudah menjadi milik Murni! (kepalanya menggeleng-geleng)

Ojek segera melaju di jalan raya. Lia menatap walkman beberapa saat kemudian ia masuk ke dalam rumah untuk menyimpannya.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar