Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dzikir Sebuah Cincin Retak
Suka
Favorit
Bagikan
2. SCENE 2 EXT, GEDUNG BELAJAR DAN SEKITARNYA, PAGI

Tampak para santri keluar kelas untuk istirahat. Beberapa ustadz (guru) berdasi juga keluar dari kelas sambil membawa peralatan mengajar, di antaranya penggaris kayu ukuran satu meter.

Seorang pemuda tampan baru saja keluar kelas sambil membawa buku catatannya yang berwarna hijau dengan corak kotak-kotak merah dan hitam. Badannya bersih dan postur tubuhnya proporsional. Rambutnya hitam dan ikal. Akrom, begitu ia biasa dipanggil, menghampiri Hamid yang sedang duduk termenung di pinggir sungai. Bangku kayu yang ia duduki tampak sudah reot. Salah satu kakinya diganjal dengan potongan batu bata agar bisa berdiri dengan baik. Hamid tidak tahu Akrom menghampirinya karena ia masih hanyut dalam kesendirian di bawah rumpun pohon bambu yang rimbun di ujung gedung belajar. Sesekali ia tersenyum sendiri sambil melempar kerikil kecil ke sungai yang ada di depannya.

Tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundaknya.

Hamid : “Allahu Akbar!” (badannya tersentak)

Akrom : He he he! (terkekeh, giginya yang putih dan rata jelas terlihat)

     Makanya jangan ngelamun melulu! Cepet tua! He he he!

Hamid : he he he! Kau bisa aja. (sambil menggaruk kepalanya)

Akrom : memangnya mikirin apa sih? (sambil mengerutkan dahinya)

Hamid : Ah, enggak kok... (sambil menggelengkan kepala dan 

     tersenyum)

Akrom :alaaah... sama sahabat karib kok pake umpet-umpetan segala. Emangnya aku enggak tahu, dari tadi kamu tuh senyum sendiri, di pinggir sungai lagi! Nanti kesambet lho! (sambil tersenyum)

Hamid : Aku mau cerita, tapi nanti tersebar, lagi...

Akrom : yaah... masa enggak percaya sama aku Mid...

Hamid : Iya deh.. hmm darimana ya mulainya (sambil menarik hidungnya dengan jempol dan telunjuknya). Begini, kamu tahu kan di sini kita jarang sekali bertemu gadis. Paling sesekali gadis desa lewat..

Akrom : O o o o .. jadi kamu..(memotong)

Hamid : Ssssst.! Tunggu dulu dong... aku kan belum selesai...

Akrom : Ooo iya, sorry...sorry.... he he he

Hamid : Iya, di sini kan kita tidak pernah yang namanya ngobrol dengan gadis. Nah tiba-tiba saat liburan kemarin aku bertemu dengan gadis desa yang membuat aku suka kepadanya. Kemarin malam aku dapat surat dari gadis itu. Hmhhhhh... untung saja enggak ketahuan sama bagian keamanan pusat atau Ustadz (sambil menghela nafas)

Akrom :Memang isi suratnya apa sih?

Hamid :Isi suratnya sih seperti seorang adik kepada kakaknya, cuma sepanjang umurku, baru kali itu aku mengalaminya. Isinya sungguh menyenangkan. Aku juga sempat bertemu dengannya sebelum aku kembali ke sini Krom. Ia berpesan agar aku tidak melupakannya. Aku juga berpesan kepadanya bahwa aku enggak balik kampung dulu untuk tahun ini, karena nanggung sih, biar sekalian lulus. Terus aku juga berpesan agar dia tidak melupakanku.

Akrom : O o oh, so sweeetttt... (sambil geleng-geleng kepala dan memejamkan mata)

Hamid : Aku sih merasa ada bahagia, ada khawatir, plus campur bingung! (sambil melemparkan kerikil kecil yang ia ambil dari bawah bangku ke dalam sungai)

Akrom : hmmmm... itu namanya cinta Mid he he he... tapi kenapa kamu jadi bingung Mid??(mengerutkan dahinya)

Hamid : Ya kita kan di sini masih 1 tahun lagi, pulang ke kampung pun masih lama. Aku makin kangen padanya, sementara itu aku juga ga bisa berbuat apa-apa Krom. Kamu tahu sendiri bagaimana jika kita saling surat-menyutat kepada seorang gadis di pondok ini. Kita bisa kena hukuman yang setimpal!

Akrom :Cinta memang butuh perjuangan Mid, he he he..

Hamid : Iya sih, aku cuma ga ingin kalo aku sampe dikeluarin dari pondok, itu namanya bisa merusak masa depan aku juga kan? Aku juga enggak mau kalau-kalau belajarku di pondok ini jadi terganggu

Akrom : Ia juga ya. Terus gimana dong sekarang?

Hamid : Lebaran kemarin, terakhir aku ketemu dengan dia, dia sempet bilang bahwa dia akan setia menungguku sampe aku pulang dari pondok

Akrom :Beneran?

Hamid : (Mengangguk tersenyum)

Akrom :Wah hebat tuh cewek bisa nunggu segitu lamanya! Kamu percaya sama dia Mid?

Hamid : Pertanyaan bagus Krom! Percaya sih percaya, tapi... yaa yang namanya khawatir itu pasti ada Krom. Banyak yang suka sama dia Krom (menghela nafas, pandangannya tertuju pada rimbunnya daun bambu yang ada di atasnya)

Akrom : Sudahlah (menepuk pundak Hamid), orang bilang, kalo memang milik, pasti ga kemana he he he....! lebih baik sekarang kita makan dulu yuk, bukannya tadi pagi kau belum sempat sarapan? Hari ini ada salathoh rohah (sambal pada jam istirahat. Red) dan kerupuk. Pasti enak!

Hamid : (Mengangguk dan tersenyum sambil berdiri) Ayo!

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar