Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dzikir Sebuah Cincin Retak
Suka
Favorit
Bagikan
49. SCENE 49 INT, RUMAH BI FITRI, BEKASI, SORE

Lia dan bibinya duduk di ruang tamu. Lia terlihat kusut, matanya bengkak dan masih terisak-isak. Sepertinya baru saja ia menangis. Suasana hening, tak satu pun bicara di antara mereka berdua untuk beberapa saat. Namun bibinya akhirnya berkata:

Bi Fitri: Ya sudah Lia, kalau memang ibunya berkata seperti itu, bahwa kamu tidak boleh mengganggu anaknya, dan dia ingin mencari menantu yang cantik dan kaya, ya sudah, berarti memang Allah sudah menunjukkan bahwa laki-laki dari Madiun itu tidak cocok buat kamu. Kamu mau, jadi bahan ejekan ibunya sepanjang pernikahan?! Ingat kita ini siapa! Kalau keluarganya orang berada Lia, mereka biasa hidup senang. Gaya hidupnya juga berbeda. Memangnya kamu sanggup menerima dan mengimbangi perbedaan kufu(derajat)itu?

Lia tidak menjawab untuk beberapa saat. Sambil terisak ia berkata;

Lia : Iya bi, tapi Lia sudah terlanjur sayang padanya . . .huk huk huk . .

Bi Fitri: Alah. . . emangnya rumah tangga cuma kamu dan dia aja?! Rumah tangga itu ada hubungan erat dengan anggota keluarga kita dan keluarga pasangan kita Lia, enggak bisa lepas diri begitu aja. Bagaimana kalau kamu disetir terus sama keluarganya? Apa kamu tidak malu?!

Lia tidak berkata apa-apa. Ia hanya bisa terisak. Beberapa lama kemudian ia berkata dan masih terisak.

Lia : Lia tidak tahu harus bagaimana lagi bi, ka Hamid yang Lia harapkan juga tidak pernah datang lagi.

Bi Fitri: Lho, emangnya kamu apanya dia? Apa kamu sudah jadi pacarnya? Kan belum Lia. Tapi bibi sih yakin, kalau kamu sama Hamid memang cocok karena satu kufu

Lia : Tahu lah bi. . Lia ke kamar dulu bi (bergegas masuk kamar).

Bi Fitri: Ya Allah, nih anak... (meggeleng-gelengkan kepala

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar