Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dzikir Sebuah Cincin Retak
Suka
Favorit
Bagikan
44. SCENE 44 EXT, KEBUN DEKAT REL KERETA API, SORE

Backsound musik DEWA 19 “Arjuna” sepanjang montage:

Sudah kudaki gunung tertinggi, hanya untuk mencari di mana dirimu, sudah kujelajahi isi bumi, hanya untuk dapat hidup bersamamu

Sudah kuarungi luas samudra, hanya untuk mencari tempat berlabuhmu, tapi semakin jauh ku mencari, cinta semakin aku tak mengerti,

MONTAGE:

Fade in:

Pertemuan pertamanya dengan Murni di bawah lampu 5 watt di salah satu sebuah rumah dengan percakapan yang begitu syahdu, tatapan matanya yang begitu indah dan senyumnya yang mempesona:

Short dialogue:

Murni : Masih ingat kak, dengan surat Murni setahun yang lalu?

Hamid : Tentu dong, surat pertama yang bikin deg-degan tuh

Murni : Emang spesial yah?

Hamid : Ya iyalah Mur, jujur, itu baru pertama kakak menerima surat dari seorang gadis

(keduanya saling menatap dan tersenyum , kemudian saling menundukkan wajah malu-malu)

Dissolve to

Oh ya kak, Murni ingin menyampaikan sesuatu, tapi mohon kakak menanggapi ini dengan santai saja. Ini hanya sekedar kabar saja buat kakak.

Kak, Insya Allah dalam dua atau tiga bulan lagi Murni akan pergi ke negeri tetangga, Brunei Darussalam.

Tapi jangan khawatir kak, Murni pergi ke sana cuma dua tahun kok, sebagaimana kakak pernah meninggalkan Murni dua tahun, ha ha ha! (Hamid tersenyum) Bukan balas dendam lho, Murni cuma ingin mencari kegiatan saja, habis. . . di Karawang tidak ada yang dikerjakan Kak!.

Dissolve to

Hamid : Bener nih Mur kakak berat banget melepas kamu (menatap Murni dan segera melipat kedua bibirnya ke dalam sambil menajamkan alisnya)

Murni : (Terdiam membisu dan menunduk seperti sedang memikirkan sesuatu)

Hamid : (Melanjutkan kata-katanya) Apa kamu sudah siap tinggal di sana, sama siapa di sana, bagaimana lingkungan di sana. Dan bagaimana di sana kalau ada cowok yang ganteng, gagah, kaya raya dan dia suka sama kamu Mur. Kamu tuh cantik dan baik. Sementara aku ini masih belum terlihat jelas jalanku. Di pondok aja baru lulus belum kuliah...belum bekerja, dan....

Murni : Nah.. Nah... Nah... Kalau kakak berpikiran seperti itu, bagaimana hubungan kita akan baik, kak. Kakak lho yang berkata seperti itu, bukan Murni. Bagaimana kalo kejadiannya nanti seperti yang kakak bilang, hayoooo...

Murni menaiki sepedanya, lalu mengayuhnya dengan segera menuju jalan utama. Murni perlahan makin jauh, tangannya terlihat menyeka air mata. Rambutnya yang hitam dan panjang melambai tertiup angin senja. Ia segera lenyap di tikungan jalan. Hamid berdiri mematung di depan lumbung. Pandangannya perlahan tertuju pada cincin yang melingkar di jari manisnya yang sebelah kiri. Tangan kanannya perlahan memegang cincin itu dengan gemetar. Satu tetes air mata tepat jatuh di atas cincin yang akan ia pegang.

Dissolve to

Hari menjelang magrib. Saat di jalan utama Hamid hendak menyalip motor shogun tahun 2000 warna silver yang ada di depannya, namun tiba-tiba saja motor itu belok ke kanan, Hamid hilang keseimbangan dan menabraknya. Hamid dan Yadi terpelanting jauh. Baju yang dikenakan Hamid terkoyak. Hamid di bawa ambulan menuju rumah sakit. Tampak Hamid berada di dalam ambulan. Ia berkata dalam hati: “Ya Allah apakah ini menjelang akhir hidupku”. Ia menatap kosong ke arah langit-langit ambulan. Hamid tak sadarkan diri. Bunyi sirine dan adzan maghrib mengiringi kepergian Hamid ke rumah sakit.

Di rumah sakit Hamid diinfus, badannya terlihat lemah sekali. Beberapa temannya datang menjenguk, di antaranya adalah Indro. Hamid menatap temannya satu persatu.

Indro merendeng Hamid menuju ke ke luar rumah sakit menuju becak. Mereka berdua menaikinya. Namun ketika hampir saja sampai warung bakso, Hamid menggigil kedinginan. Ujung kakinya gemetar. Mulutnya sedikit terbuka dan gemetar. Indro terbelalak kaget.

Indro : Mid. . . kenapa Mid. . .

Hamid tidak menjawab ia hanya berkata dalam hati, “Ya Allah. . . apakah ini pertanda akhir hayatku?

Murni . . . maafkan aku jika kita tak dapat bertemu lagi . . . “ Hamid menatap ke atas. Tiba-tiba dedaunan terlihat makin samar.

Dissolve to

Hamid segera bangkit menghampiri lemari kayu yang usang dan mengarahkan tinjunya ke arah lemari tersebut hingga jebol. Ia mengarahkan pandangannya perlahan ke arah tangan kanannya. Cincin yang ada di jari manisnya itu retak!

Dissolve to

Oh ya kak, Murni ingin menyampaikan sesuatu kak, mohon maaf jika apa yang Murni sampaikan ini tidak berkenan di hati kakak. . . .

Mulai sekarang Murni minta agar kakak tidak menghubungi Murni lagi!!! Deah, tetangga kakak yang kebetulan satu tempat kerja dengan Murni selalu bilang bahwa Kakak adalah miliknya dan Murni tidak berhak mengganggunya!. Maafkan Murni kak. Memang Murni akui, Murni tidak punya apa-apa, Murni hanya punya gubuk reot yang suatu saat akan roboh tertiup angin. Sekali lagi Murni mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Biarlah kak Hamid akan menjadi milik Deah untuk selama-lamanya!!!

Fade out

........

Suara klakson kereta berbunyi hingga hamid tersadar dari lamunan panjangnya. Ia segera bangkit dan menuju pulang ke rumah Cing inah

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar