Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dzikir Sebuah Cincin Retak
Suka
Favorit
Bagikan
3. SCENE 3 INT, AULA PONDOK, PAGI

*SETAHUN KEMUDIAN* 

Suasana pelepasan kelas 6 di aula pondok. Pak Kiayi memberikan wejangan kepada para santrinya agar mereka lebih mawas diri dalam mengarungi kehidupan setelah lulus dari pondok.

Pak Kiayi : “Anak-anakku sekalian, berbuatlah, karena hanya dengan berbuat kehidupan manusia akan lebih bermakna”. (Di antara para santri, ada Akrom dan Hamid yang tampak serius menyimak arahan dari Pak Kiayi. Pak Kiayi Abdullah menggunakan jas safari berwarna hitam dengan sorban yang tersampir di pundaknya menambah kewibawaan beliau).

“Dalam hal ini, tentu berbuat dengan hal-hal yang positif. Kalian para santri, insya Allah banyak sudah yang kalian pelajari, namun janganlah puas dengan apa yang kalian peroleh. Galilah ilmu lebih dalam lagi agar menjadi manusia yang adil, arif, dan bijaksana.” Begitu imbuhnya. 

MC  : “Demikianlah acara pelepasan santri akhir tahun 1999. Semoga apa yang disampaikan oleh Bapak Pimpinan Pondok dapat kita aplikasikan bersama dan memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi kita semua, amin. Acara yang terakhir yaitu do’a yang akan dipimpin oleh Al mukarram Ustadz Shadiq. Kepada beliau kami persilahkan!”

Ustadz Shadiq menuju podium dari tempat duduknya yang tidak jauh dari Pak Kiayi. Tampak para pembesar Pondok di sekelilingnya. Wajahnya tenang, rambutnya tampak mulai putih yang sebagian tertutup dengan pecinya yang berwarna hitam pekat. Jas safari dan dasi warna merah marun yang dikenakannya menambah kewibawaannya.

Ustadz Shadiq :”Anak-anakku sekalian, marilah sama-sama kita berdoa untuk meminta segala hal yang terbaik untuk kita semua. Semoga Allah memberikan apa yang menjadi harapan kita bersama untuk saat ini dan pada masa yang akan datang tentunya. Marilah kita beristigfar bersama-sama, astaghfirullahhal adziiim....”

Pak Ustadz melanjutkan doanya (suara berangsur menghilang. Para santri dan Hamid yang tampak khusyuk berdoa)

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar