Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dzikir Sebuah Cincin Retak
Suka
Favorit
Bagikan
22. SCENE 22 EXT, PURWANTORO, SIANG

Di tengah jalan dalam menuju pulang, mereka menemukan pemandangan yang cukup indah dan sayang kalau dilewatkan begitu saja.

Hamid : Wow pemandangan di sini lumayan bagus man!

    Bagaimana kalo kita berhenti dulu, yaa sekedar lihat-lihat pemandangan.

Yadi : Boleh sih, ane juga mulai pegel-pegel nih bokong, dari pagi di motor melulu.

Hamid : Yaudah berenti dah dulu di depan sebelum jembatan.

Yadi : Sip

Hamid : Daerah mana sih ini?

Yadi : Tadi waktu berangkat ane sempet liat di plang, kalo ga salah di daerah Purwantoro.

Yadi segera menyandarkan motor yang dikendarainya di pinggir jalan dekat rerumputan. Mereka melepas helm masing-masing

Hamid : Hadeeuuh lumayan juga ya perjalanan kita

Yadi : Ya, bener, lumayan... eh, ngomong-ngomong lumayan apanya nih?

Hamid : Lumayan cape, tapi juga lumayan indah pemandangannya...

Yadi : Iya sih (sambil melihat sekeliling tersenyum)

Hamid berpose dengan menaiki motor dengan background jalan raya dan pemandangan. Mereka larut dalam obrolan asyik sambil menikmati pemandangan hamparan sawah dan ladang, kelokan sungai dengan batu-batu cukup besar, serta petani yang bekerja di sawah maupun ladang.

Yadi : Man, kita kayaknya ga usah lama-lama deh di sini. Kita kan belom nyiapin dagangan bakso ama mi ayam buat besok

Hamid : Oh iya, ayo dah kita berangkat lagi! Lagian kasian Murni udah nunggu dari tadi di rumah

Yadi :What?? Murni lagi... Murni lagi...!

Udah minum obat belom ente man?! Ha ha ha!

Keduanya tenggelam dalam tawa, kemudian segera melanjutkan perjalanan mereka menuju Ponorogo.

(Hamid berpose di atas motor, tiga jam sebelum kecelakaan di Ponorogo Jumat, 10 November 2000)

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar