Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hamid baru saja makan ketoprak dan minum aqua gelas. (CU: Piring ketoprak yang sudah habis perlahan ke arah wajah Hamid). Ia melihat dua buah gelas Aqua bekas minuman seseorang di atas salah satu meja kantin. Aqua gelas pertama airnya masih banyak sedangkan yang satunya lagi sudah hampir habis, airnya hanya seujung jari. Hamid berkata dalam hati:
“Dua buah gelas Aqua ini bagaikan aku dan Murni. Dua-duanya sama jernih. Tapi kalau dilihat yang satu airnya sedikit sekali dan satunya masih banyak. Apakah air yang sedikit itu menunjukkan cintanya Murni yang kian menipis padaku, dan yang masih banyak itu cintaku padanya? Sebagaimana cincin ini (melihat ke cincin yang ada di jarinya). Cincin yang melingkar tapi tidak menyatu!. H m m m lebih baik aku tuang saja air yang banyak itu ke gelas yang berisi air yang sedikit biar sama-sama isinya sebagaimana isi hati aku dan Murni. Ya! Sebaiknya aku lakukan saja sekarang, mumpung kantin lagi sepi”
Hamid menuangkan air yang banyak ke air yang sedikit agar volumenya betul-betul sama banyak. Saat volume air sudah hampir rata, terdengar olehnya lagu DEWA 19 dengan judul “Pupus”:
Baru kusadari
Cintaku bertepuk sebelah tangan
Kau buat remuk seluruh hatiku . . .
Semoga waktu akan mengilhami
Sisi hatimu yang beku
Semoga akan datang keajaiban
Hingga akhirnya kau pun mau
Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu
Meski kau takkan pernah tahu
Baru kusadari
Cintaku bertepuk sebelah tangan
Kau buat remuk seluruh hatiku
Hamid berhenti menuangkan air, ia terpaku beberapa saat dan perlahan pandangannya terarah pada speaker aktif yang ada di sudut ruangan kantin, sumber dari lagu DEWA yang ia dengar:
Baru kusadari
Cintaku bertepuk sebelah tangan
Kau buat remuk seluruh hatiku
Baru kusadari (uuh baru ku sadari)
Cintaku bertepuk sebelah tangan (bertepuk sebelah tangan)
Kau buat remuk seluruh hatiku
Seluruh hatiku....Oh ho”
Ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan melanjutkan menuang air hingga isinya benar-benar sama rata. Hamid melanjutkan perkataannya dalam hati:
“Tapi. . . apa yang akan kulakukan selanjutnya dengan dua buah gelas berisi air ini? Aku minum? Aku bawa pulang? Aku simpan di tempat yang aman? Atau aku buang?
Ah! Membingungkan! Ya Allah . . . mengapa aku jadi seperti ini? Mengapa setiap kali aku melihat dua buah benda yang sama selalu menganalogikan aku dan Murni? Apakah aku ini sudah gila? Aku sudah lelah dengan permainan hati ini ya Allah. . .”
Hamid meringis sambil sedikit menjambak rambut kepalanya dengan tangan kirinya. Tiba-tiba ada suara seorang wanita memanggilnya:
Penjaga kantin : mas. . . kenapa mas? . . .
Hamid : Eh, Oh, enggak apa-apa mbak, saya migrain aja, kepala saya sakit.
Penjaga: Oh, kebetulan ada tuh obat sakit kepala!
Hamid : Terima kasih mbak, saya istirahat saja, permisi . . .
Hamid meninggalkan kantin,
Penjaga: Mas! Mas!
Hamid: Ada apa lagi mbak? (mengernyitkan dahinya)
Penjaga: Ketoprak dan minumnya belum dibayar!
Hamid: Menepuk jidat
fade out