Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
*DALAM SEBUAH MIMPI*
Murni datang menghampiri Hamid mengenakan rok panjang putih, baju panjang putih, dan kerudung putih. Murni berhenti di depan Hamid. Hamid duduk menekuk lututnya di depan Murni dan memegang kedua kakinya. Murni tersenyum dan perlahan-lahan mundur menjauhi Hamid sambil melambaikan tangannya dan perlahan-lahan lenyap. Hamid meneriakkan namanya “Murni!. . . Murni. . . !”
Hamid terbangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah seperti baru saja lari dari kejaran orang jahat. Ia menghela nafas dalam-dalam, menatap langit-langit kamar beberapa saat. Ia segera meraih segelas air ukuran gelas es teh yang ada di meja dan langsung meminumnya hingga habis layaknya orang yang sangat kehausan lantaran kerja berat atau perjalanan jauh.
Self dialog:
Ya Allah... apa arti semua ini? Apa arti mimpi ini sebetulnya? Pakai rok panjang putih,.... baju putih,... dan kerudung putih....kemudian aku memegang kedua kakinya, tapi ia malah melepaskan kedua tanganku dari kakinya, kemudian ia malah pergi dan melambaikan tangan...
Apa sebetulnya makna di balik mimpi ini? Apakah ia akan pergi selamanya? Pergi dari dunia ini? Ah tidak! Tidak mungkin! Jangan sampai! Jangan sampai itu terjadi! Atu jangan-jangan ia sudah memiliki yang lain? Ah tidak! Tidak mungkin juga! Karena baju yang dikenakannya baju putih, bahkan seluruhnya dari kaki hingga kepala, pakaiannya berwarna putih.
(Hamid diam sesaat, kemudian ia melirik ke arah cincin dan memegangnya perlahan)
Kembali cincin ini mengingatkan aku tentang hubunganku dengannya. Dekat di hati tapi sulit untuk menyatu. Ada kemungkinan ia kini tidak berpihak atau tidak memilih siapa-siapa, mungkin juga termasuk aku! Ini semua memang salahku! Huh.....
Lalu kalau tidak memilih siapa-siapa termasuk aku, dia akan memilih apa dan siapa? Jalan mana yang akan ia tempuh? Akan jadi apa dia? Mau kemana dia? Apa artinya aku akan kehilangan dirinya? Akhhhhh..... Astagfirullaaah... mengapa ini semua jadi begini....
(Hamid meremas rambutnya sambil melirik ke arah jam dinding yang masih setia berbunyi detik demi detik dari waktu ke waktu. Tampak waktu menunjukkan jam 2 pagi. Suaranya seolah membuat malam semakin mencekam dan membuat gelisah. Hamid menatap langit-langit dengan pandangan yang jauh menerawang. Wajahnya tampak kusut dengan dahi yang berkerut tanda sekian guratan masalah berat yang menimpanya. Dan teka-teki mimpi yang belum terjawab itu makin membuatnya lelah dan mengantuk hingga akhirnya tertidur lagi.