Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dzikir Sebuah Cincin Retak
Suka
Favorit
Bagikan
11. SCENE 11 EXT, RUMAH CING INAH, PAGI

Sinar mentari pagi menembus di sela-sela dedaunan dari pepohonan yang ada di depan halaman rumah Cing Inah pagi itu. Burung-burung berkicau menyambut datangnya pagi. Tak mau ketinggalan, ayam jantan masih menambah sambutan burung dengan suaranya yang khas mengajak manusia untuk segara bangkit dari tempat tidurnya agar segera melakukan berbagai macam aktivitas

(shoot kamera ke arah depan pintu rumah Cing Inah)

Hamid mengenakan kemeja biru, celana hitam dan tas hitam tengah bersiap meninggalkan rumah bibinya untuk kembali menuju pondok. (Kamera tertuju pada depan rumah bibi Hamid). Tampak mereka berdua keluar dari dalam rumah sambil membicarakan sesuatu. Zoom in, Hamid pamit.

Hamid : Cing saya berangkat dulu (menghela nafas, seperti agak berat meninggalkan bibinya)

Cing Inah : Iya, biar slamet dah di jalan ya, (tersenyum seolah ingin menghibur, lalu menambahkan). Sebentar ngabdi setahun mah, ntar juga pasti udah di sini lagi, bukannya kamu mu nerusin kuliah di sini Mid?

Hamid : Iya Cing. Iya ya Cing, (mengangguk-angguk). Insya Allah setahun mah enggak terasa. Udah ya Cing saya pamit dulu, assalamu’alaikum

Cing Inah : Wa’aaikum salam...

Hamid segera meninggalkan bibinya dan hilang di tikungan jalan. Fade out

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar