Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
146. INT. RUANG UTAMA UNIT APARTEMEN ADIPATI — SIANG
Pemain: Adipati, Rani, Ara, Ibunya Adipati
Tepat dugaan, Ara yang terlihat merengek meminta kehadiran ibunya pada sang nenek langsung meloncat dari sofa begitu Rani kembali datang. Pipinya banjir air mata. Namun tak menyurutkan ceria di sebaris senyumnya. Gadis itu memeluk Rani begitu erat seolah takut akan ditinggal lagi.
Sementara itu, Adipati menghampiri ibunya, memintanya baik-baik untuk tidak mengacaukan situasi.
Butuh waktu hingga beberapa saat untuk ibunya termenung mempertimbangkannya, sebelum akhirnya bersedia mengalah demi cucunya.
Pesta pun dilanjutkan sesuai rencana, kendati suasana terasa canggung lantaran sepanjang acara berlangsung, ibu Adipati terus saja memasang wajah angkuh. Selepas meniup lilin di penghujung hantaran lagu ulang tahun, Ara memotong kuenya dibantu sang ibu. Mendapat potongan kue pertama dari sang putri tak lantas membuat Rani senang. Ia lebih ingin Ara memberikan persembahan itu pada neneknya. Wanita yang usianya sudah lebih dari setengah abad itu tampak menerimanya dengan setengah hati.
Rani terus berusaha sebisa mungkin mengobral senyum dan tawa meski hatinya terluka. Tujuan semula demi menjaga perasaan putrinya, lamat-lamat kesedihannya pun turut menepi karena sang putri tak pernah berhenti memeluknya. Apalagi ketika Ara membuka hadiah dari ibunya. Sebuah gawai berjenis tablet dengan layar selebar dua belas inci, disambut girang oleh gadis cantik itu. Rani mendapat banyak ciuman dari putrinya, dan itu sungguh suatu kebahagaiaan yang ia rasa tiada bandingan.
Tak terasa, waktu terlalu cepat berlalu. Semua susunan acara telah dilalui, dan kini suasana mulai menyepi.
Adipati tampak sedang berusaha mendekati—dan mungkin membujuk—ibunya yang sejak tadi memilih duduk menyendiri di sofa panjang. Pria itu duduk di sofa yang saling berhadapan. Sementara Ara sedang bersenang-senang dengan hadiah dari orang tuanya di atas kasur.
Walau merasa tidak enak hati lantaran menjadi penyebab ibu Adipati menjadi keki, Rani tetap memaksakan kakinya untuk melangkah menghantar minuman yang telah ia buat. Dengan tangan gemetar, ia suguhkan dua cangkir teh di atas meja untuk Adipati dan ibunya yang selalu membuang muka darinya.
Rani baru akan hengkang, tapi Adipati menahan tangannya.
Takut-takut Rani duduk di sebelah sang kekasih yang terus menggandeng tangannya. Adipati menautkan jari-jarinya ke jemari Rani, meremas-remasnya seolah ingin menyalurkan kekuatan pada Rani yang grogi. Dia tahu benar caranya meredam kecemasan Rani.
Di saat yang bersamaan, napas Rani berhenti sejenak. Namun, sang ibu sama sekali tidak tergerak memandang permohonan di mata putranya.
Entah sudah berapa kali Rani menarik napas panjang, lalu menahannya lama dan akhirnya berembus kecewa. Ibu Adipati sama sekali tak ingin memandang mereka. Betapa Rani ketakutan dibuatnya.
Rani pun lumayan terkejut ketika sang kekasih tiba-tiba membahas masalah keluarganya, penyebab orang tuanya berpisah. Ia menatap lurus Adipati dengan perasaan waswas.
Adipati memandangnya, mengelus-elus tangannya.
Adipati mempererat genggamannya di tangan Rani, kemudian satu tangannya terangkat menyeka setitik air di sudut mata sang kekasih, hingga Rani tidak jadi menangis.
Tertegun menyelami bola mata Rani beberapa saat, senyum Adipati pun tersungging lembut. Sebelah tangannya terulur memegang pipi Rani yang merasa benar-benar diistimewakan. Sejurus kemudian, Adipati menarik punggung Rani untuk dipeluknya.
CUT TO.