Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tali Pati Rani
Suka
Favorit
Bagikan
45. TPR skrip #45

144. INT. RUANG UTAMA UNIT APARTEMEN ADIPATI — SIANG

Pemain: Rani, Adipati, Ara, Ibunya Adipati

Rani tengah cemas menantikan Adipati yang akan datang bersama putri dan ibunya untuk merayakan pesta ulang tahun Ara yang ketujuh yang sudah ia persiapkan sejak kemarin lalu. Rani sibuk mengatur napas sambil meremas-remas ponsel sebelum bertemu ibunya Adipati yang galak.


RANI
(bergumam sendirian)
Ya Tuhan, aku takut banget. Apa aku batalin aja rencana ini? Enggak, nggak, aku sangat mencintainya, Tuhan. Aku juga ingin sekali menikah dengannya. Aku harus berani menghadapi ini. Aku nggak boleh lemah begini!


Bel pintu akhirnya berbunyi. Rani terkesiap dari duduknya di sofa. Mereka telah sepakat, Adipati akan menekan bel begitu tiba dan akan memasuki apartemennya sebagai kode. Jika itu Adipati, artinya dia sudah bersama Ara dan ibunya. Senang, tapi juga takut-takut Rani rasakan. Berusahalah ia tenang dari upaya menutupi kegugupannya.


ADIPATI
Selamat dataaaang! 
(berseru sembari membuka pintu utamanya lebar-lebar)


Wajah Ara dan neneknya menjadi pemandangan pertama yang dilihat Rani di ambang pintu. Namun begitu pandangan mereka menemukan Rani di depan jendela berdekor dengan jarak sekitar kurang lebih delapan meter, senyuman yang semula Ara dan neneknya sunggingkan penuh ceria pun terkikis seketika.

Berbeda dari ekspresi terkejut yang ditunjukkan ibu Adipati, Ara tampak terpegun beberapa saat sebelum akhirnya satu kata terucap dari bibir mungilnya.


ARA
Mama?


Rani menangis. 

RANI
(berucap pilu)
Ara, putriku.

ARA
(berteriak lantang)
Mamaaa!


RANI
Putriku!


Ara berlari menghampiri Rani sementara Adipati dan ibunya berjalan ke arahnya. Rani dan Ara berpelukan. Rani menciumi semua bagian wajah Ara untuk menghilangkan kerinduan.


ARA
(bertanya diselingi tangis meraung)
Mama ke mana aja? Kenapa nggak pernah datang menemui Ara?


RANI
Maafin Mama, Sayang. Maafin Mama.


Tangisan Ara kian melengking, terasa semakin menghantam seisi dada Rani. Lekaslah ia kembali mendekap tubuh kecilnya erat-erat. 


IBUNYA ADIPATI
Kenapa dia bisa ada di sini?


Suasana haru yang menyelimuti apartemen Adipati menguap ketika suara ketus ibunya membaur dengan maksud mencela, tak gagal menyita seluruh perhatian di ruangan itu padanya.


Lekaslah Rani menegakkan kaki seraya mengusap pipinya yang basah. 

RANI
Apa kabar, Tante?
(hendak menyalami)


IBUNYA ADIPATI
(berujar pada Adipati sambil mengabaikan tangan Rani)
Kamu nggak kasih tahu Ibu kalau dia juga akan datang. Apa ini termasuk kejutan yang kamu rencanakan buat Ibu?


ADIPATI
Ibu, maaf aku nggak memberitahu Ibu soal Rani. Kalau aku bilang, Ibu pasti nggak akan mau ikut ke sini. Sebenarnya ini bukan kejutan. Kami ingin menyampaikan sebuah keputusan yang serius pada Ibu, aku dan Rani ... akan menikah.


Sang ibu membelalak mendengar pernyataan langsung putranya. Dia berpaling menatap Adipati dengan kerutan di kening, sekejap membuat sekujur badan Rani panas dingin. 


IBUNYA ADIPATI
Apa kamu bilang?

ADIPATI
Iya, Bu. Rani dan suaminya sudah berpisah sejak setahun lalu.


Ternganga, reaksi sang ibu mengubah suasana Rani menjadi tegang seketika. 

IBUNYA ADIPATI
(menuding dengan tatapan sinis)
Lalu, dia datang padamu dan ingin kamu menikahinya?


ADIPATI
Ibu, aku yang memintanya untuk menjadi istriku!

IBUNYA ADIPATI
Apa? Kenapa? Masih banyak gadis di dunia ini yang bersedia menjadi istri kamu, Adi! Wanita bukan dia saja!


ADIPATI
(menyahut dengan lantang)
Tapi aku hanya mencintai Rani, Bu! 
Dan Rani pun juga mencintaiku.


IBUNYA ADIPATI
Apa gunanya itu? Kenapa baru sekarang dia menyadarinya, hah? Aah, iya. Tentunya setelah tahu kamu sesukses ini sekarang, karena itu dia mulai berpikir untuk mendekatimu. Apa suaminya yang dulu bangkrut, lalu dia meninggalkannya, hah?


ADIPATI
(membentak berang)
Ibu, sudah! Cukup, Bu!


Sebelum terjadi hal-hal yang bisa saja saling menyakiti antara ibu dan anak itu, Rani memilih untuk mengalah. Diraihnya tas dari atas sofa, lalu pergi menuju pintu utama melewati Adipati dan ibunya yang tampak bersitegang.


ADIPATI
Rani? Rani!

ARA
Mama!

CUT TO.


145. INT. DI RUANG UTAMA UNIT APARTEMEN RANI — SIANG

Pemain: Rani, Adipati

Rani mencoba abai pada panggilan Adipati, bahkan teriakan putrinya hingga tiba di apartemen. Di unitnya, Rani tak kuasa membendung air matanya lagi. Langkah kakinya mulai terasa berat menahan beban luka di dalam hati. Akhirnya Rani terduduk lemah di lantai, terguncang meremas kesakitan di bagian dada.


ADIPATI
Rani ....


Tangisan Rani terjeda mendapati Adipati sudah ada di dalam apartemennya, menatap sedih dirinya di belakang pintu. Melihatnya dan segala kenangan yang telah mereka lalui berdua, seketika kembali memecah tangisnya. Baru saja Rani bertekad akan melupakannya, tapi kemunculan Adipati membuatnya tak rela.


Melihatnya tersedu-sedu, Adipati gegas menghampiri. Dia duduk di lantai di hadapan Rani untuk menyeka air matanya. 

ADIPATI
Jangan menangis, Sayang. Aku bersama kamu!


Hanya gelengan dari kepala Rani yang dapat mewakili betapa hancur perasaannya kini. 

RANI
Kita akhiri saja, Pati. 


ADIPATI
Tapi kita baru memulainya!


RANI
Kamu tahu, kan sekarang kenapa aku harus menolakmu?
(berujar diiringi isakan) 
Sejak hari itu, aku takut melihat ibu kamu. Aku takut mengingat tatapannya padaku. Aku takut banget, Pati ...!


ADIPATI
Nggak, Rani. Ibu nggak akan sekejam itu pada kita!


Rani pun kembali mengungkap kecemasannya. 

RANI
Aku takut apa yang pernah aku alami dulu kembali terjadi. Kalau memang aku ditakdirkan nggak bisa merasakan kasih sayang seorang ibu sejak kecil, seenggaknya aku boleh, kan ... berharap memiliki ibu mertua yang menyayangiku, Pati?


ADIPATI
Semua ini hanya kesalahpahaman di masa lalu. Aku nggak mungkin tinggal diam, Rani. Aku pasti akan membuat Ibu mau mengerti!


RANI
Gimana kalau nggak bisa? Kita nggak akan pernah bisa hidup tenang saat berumah tangga.

ADIPATI
Enggak, nggak, itu nggak akan terjadi! Percaya sama aku, aku berjanji akan memperbaiki semuanya!


RANI
Dengan cara apa? Hati ibumu udah mati buat aku. Sebaiknya kita nggak bersikeras, Pati. Kita putusin aja hubungan ini.


Rani membuat Adipati terkejut dengan keputusan yang ia ambil dalam keputusasaan.

ADIPATI
Apa? Aku nggak mau!

RANI
Aku berjanji akan selalu ada untuk Ara, walaupun kita nggak bisa bersatu.

ADIPATI
Kamu akan menyerah tanpa mencobanya dulu?


RANI
Aku nggak seberani itu.

ADIPATI
Kamu bisa, Rani. Kita akan memperjuangkannya untuk putri kita!


Rani menggeleng takut.


ADIPATI
Aku mohon, aku udah cinta banget sama kamu!
Bukankah kamu sangat ingin bertanggung jawab sebagai seorang ibu? Ini kesempatan kita untuk menjadi orang tua utuh bagi anak kita!


Adipati menegun Rani dengan air mata yang diluncurkannya. Pria itu menangis memohon padanya untuk tidak berputus asa.


RANI
Pergilah, lanjutin pestanya tanpa aku. Jangan buat anak kita jadi sedih.


Didorongnya dada pria itu, lantaran Rani merasa masih membutuhkan waktu. Waktu untuk bisa mengembalikan ketegarannya, atau justru untuk bersiap-siap merelakan semuanya.


ADIPATI
Kita akan melakukannya bersama-sama!


Adipati bersikukuh membawa Rani bersamanya. Dia menggenggam tangan sang kekasih.


RANI
Aku belum siap, Pati. Tinggalin aku.


ADIPATI
Aku mohon, Rani! Kalau aku nggak bawa kamu, anak kita pasti akan sangat sedih. Dia nggak menginginkan pestanya. Yang dia inginkan hanyalah ibunya!


RANI
Berat untuk menjalani yang seperti ini, Pati. Setiap harinya nanti, akan terasa sulit untuk kita lalui.


Ayah Ara menggeleng. 

ADIPATI
Kamu nggak perlu mencemaskan apa yang belum terjadi, Rani. Semua masalah nggak harus selesai pada hari itu juga. Selesai ataupun enggak, setiap harinya akan tetap berganti walau tadinya kita merasa nggak mungkin bisa melewati. Kita jalani aja, lama-lama kita akan terbiasa.

ADIPATI
Ayo ikut denganku. Mau ya, Sayang, hm?

CUT TO.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar