Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tali Pati Rani
Suka
Favorit
Bagikan
38. TPR skripl #38

119. INT. DI DALAM RUANGAN DI KANTOR ADIPATI — SORE

Pemain: Rani, Adipati, Sekretaris Adipati

Rani tiba di sebuah ruangan di sebuah gedung berlantai lima yang membuatnya berdecak kagum karena desain interiornya yang bagus. Rani datang karena permintaan pemesan karya-karyanya yang ingin Ran mengantarkan pesanan itu seorang diri. 


SEKRETARIS
Silakan tunggu di sini. CEO kami sedang dalam perjalanan menuju kemari.

RANI
Terima kasih.


Sekretaris itu meninggalkan Rani seorang diri di depan jendela kaca yang memenuhi dinding. Rani menunggu si pelanggan sambil menikmati pemandangan kota yang tersaji dari lantai lima ini. 

Bunyi pintu yang terbuka membuat Rani memutar badan dan ia langsung terkejut melihat pria yang tengah berjalan tegap ke arahnya diikuti sang sekretaris. 


RANI
(berbisik lirih)
Pati?


Rani terkejut dan sibuk menerka-nerka kenapa Adipati ada di sini.


SEKRETARIS
Pak, ini Ibu Rani dari Ara Fashion dan semua barang pesanan Anda juga ada di sini.
(menjelaskan di belakang Adipati yang sudah berdiri di hadapan Rani)


Rani terpaku mencerna semuanya.


ADIPATI
(memerintah sekretaris sambil menatap Rani)
Tinggalkan kami.


Sekretaris menunduk memberikan salam kepada Rani juga, kemudian berlalu meninggalkan Adipati bersama Rani dengan pikiran yang buntu. 


RANI (V.O.)
Sekretaris itu berkata semua rancangannya dipesan oleh CEO-nya. Jadi, apakah itu artinya ... Adipati adalah pemilik dan pemimpin perusahaan ini?


Kini mereka berhadapan di dalam satu ruangan, tanpa ada yang memulai pembicaraan. Cukup lama Rani dan Adipati saling bersitatap dengan bibir terkatup. Adipati tampak angkuh, tetapi penuh karisma. Rani membodohi diri sendiri yang tidak tahu pekerjaan Adipati selama ini dan juga kesuksesannya.


RANI
(tersenyum sinis)
Hot Daddy? 
(merasakan malu tingkat tinggi, Rani memutuskan untuk hengkang saja)
Aku pergi.


Baru beberapa langkah melewati Adipati, pria itu menangkap satu tangan Rani dan menahan langkahnya. Pandangan keduanya kembali bertemu.


ADIPATI
Udah setahun lebih. Tepatnya empat belas bulan. Apa kamu sama sekali nggak merindukan Pati-mu ini?


Walau dengan ekspresi yang datar, pertanyaan langsung Adipati itu sukses membelalakkan mata Rani. Setelah beberapa saat saling bertukar pandangan, Rani lekas menampik tangan Adipati dari lengannya untuk beranjak pergi.


ADIPATI
Aku membawa surat dari Ara untuk kamu!


Rani menghentikan langkah. Ketika ia berbalik, pria itu mengangkat beberapa amplop putih dan sengaja memamerkannya. Tergoda, Rani kembali berjalan ke arah Adipati. Secepat itu tangan Rani bertindak merampas sekumpulan surat yang katanya dari sang putri, tapi rupanya Adipati lebih cekatan menghindarinya.


RANI
Berikan!

ADIPATI
Bukannya kamu udah nggak ingin tahu lagi bagaimana kabar dan keadaannya?


Kesal sekaligus malu, Rani menurunkan tangannya yang sempat tertahan melayang di udara, sembari membuang muka.


ADIPATI
Setiap bulan Ara menulis surat untuk kamu, dan aku harus berbohong padanya, mengatakan kalau surat-surat ini sudah aku sampaikan ke kamu.


Rani tak bisa bila bersikap angkuh lebih lama lagi. Apalagi jika pernyataan Adipati sangat membantunya menjawab kerinduannya pada sang anak selama ini. Ia menatap mata pria itu, agak terenyuh membayangkan wajah penuh harap putrinya, seperti yang dikatakan pria itu.


ADIPATI
Selama satu tahun ini, ke mana kamu bersembunyi? 
Aku bertemu Wira minggu lalu, saat dia sedang bersama ibu dan calon istrinya. Mereka akan membeli sebuah rumah untuk ditinggali setelah menikah bulan depan.

RANI (V.O.)
Jadi, Wira sudah akan menikah lagi? Baguslah, aku nggak perlu lagi bersembunyi untuk menghindari terornya yang masih berusaha memaksaku rujuk di awal-awal perceraian. 

ADIPATI
Lalu, kenapa kamu nggak pernah memberitahuku soal ini? Kenapa ... kamu menceraikannya tepat di malam tahun baru itu?

RANI
Aku nggak ingin menjadi beban bagi siapa pun.

ADIPATI
Apa kamu tahu, hanya video rekamanmu pada malam tahun baru yang menjadi satu-satunya cara Ara mengobati kerinduan pada mamanya. Dia mengajak video itu mengobrol, dan dia selalu percaya kamu akan datang menemuinya. Apa nggak bisa ... kamu datang padanya walau bukan untukku?


Rani mendengkus keras. Berupaya untuk tidak larut dengan cerita Adipati tentang putrinya. 

RANI
Bagaimanapun aku berusaha menjadi ibunya, aku nggak akan pernah pantas disebut seorang ibu!

ADIPATI
Tapi walau bagaimanapun dirimu, kamu tetaplah ibunya!


Rani tak bisa membantah, akan tetapi tak juga ingin meruntuhkan pertahanannya.


ADIPATI
Kembalilah ... kembalilah padaku!
Kamu sudah mengakhiri kisahmu dengan Wira. Tapi kamu nggak pernah menyelesaikan cerita kita.

RANI
Cerita kita udah berakhir. Aku ingin memulai hidupku yang baru. Enggak dengan Wira, juga tanpa kamu.

ADIPATI
Walaupun itu demi Ara?

RANI
Aku nggak ingin bergantung terus menerus sama kamu!

ADIPATI
Kamu selalu bilang begitu. Memangnya apa pernah aku mempermasalahkannya? Apa aku pernah merasa keberatan dengan itu semua? Dan ... apakah kamu sanggup melakukannya?

RANI
(menjawab sombong)
Aku bisa tanpa siapa pun selama satu tahun ini!

ADIPATI
Kamu yakin? 
Kamu mampu bertahan tanpa aku, atau hanya mampu berpura-pura menutupi kelemahanmu itu?
(menyimpulkan keterdiaman Rani)
Kamu nggak bisa. Kamu nggak bisa tanpa aku!


Rani tersenyum sinis, mencoba memungkirinya. 

RANI
Jangan terlalu percaya diri. Kamu nggak sehebat itu!

ADIPATI
Apa pun alasanmu menolakku, aku tetap ingin menikahi kamu!

RANI
(terkejut)
Apa?

ADIPATI
Aku mencintai kamu, Rani. Aku ingin menjadi yang selalu bisa kamu andalkan. Aku nggak akan melewatkan kesempatan ini dengan melakukan kesalahan yang sama di masa lalu!

RANI (V.O.)
Tuhan, kenyataan macam apa ini? Setelah lama tidak bertemu, setelah pengasingan yang aku lakukan, bahkan penolakan, perasaan Pati tidak juga berubah?

ADIPATI
(mengajak dengan nada mantap)
Ayo, kita menikah!

RANI
Kenapa kamu maksa aku?

ADIPATI
Mencoba hidup dengan pria lain hanya akan membuang-buang waktu kamu aja.


Pria itu tiba-tiba mengangkat tangan kanan Rani dengan tangan kanannnya. Adipati menyalaminya, lalu menggenggamnya erat, membuat Rani mengernyit kebingungan. Tak berhenti di situ, pria yang kini tampak lebih berotot di bagian lengan itu lantas melucuti dasi yang telah terikat rapi di kerah kemejanya. Dasi biru tua bermotif garis-garis yang melengkapi setelan jas dongkernya itu dililitkan ke tangan mereka sampai habis. Rani semakin tak mengerti tujuan pria itu melakukannya.


ADIPATI
Seperti ini, kita sudah terikat sejak awal bertemu.


Rani tercenung.


ADIPATI
Kamu nggak akan bisa jauh dari aku, begitu pun aku yang nggak pernah bisa mengabaikan kamu. Tali ini telah mengikat kita, dan Ara-lah yang menguncinya. Bagaimanapun kamu akan pergi, pada akhirnya kamu akan kembali padaku.
(menatap Rani serius)
Ketahuilah, Rani. Semua yang terjadi sama kamu, bukanlah kesalahan apalagi suatu karma. Semua itu hanya cara Tuhan menuliskan takdir kita. Supaya aku tetap terjaga untuk kamu, sampai Tuhan membalikkan hatimu padaku.

RANI (V.O.)
Tuhan, benarkah itu? 


Rani menatap mata Adipati untuk menyelami kata-katanya.

RANI
Apa alasanmu bisa seyakin itu?

ADIPATI
Aku nggak tahu, tapi mungkin aja ... semua ini adalah jawaban dari doa-doa ayahmu.


Kemungkinan yang Adipati berikan untuk menjawab keraguan Rani itu mendadak seolah menamparnya. Sesuatu yang menjerat otaknya untuk berpikir sempit seketika lepas dan memberinya pencerahan. Satu doa yang selalu sang ayah lantunkan semasa hidupnya sejak Rani merantau, kembali terngiang di telinganya.

RANI (V.O.)
(menirukan perkataan ayahnya dulu)
Tuhan, pertemukanlah putriku dengan malaikat penolong-Mu di sana.


Adipati kembali bersuara ketika Rani sibuk menenggelamkan diri ke dalam renungan. 

ADIPATI
Rani, kamu tahu kenapa aku nggak mempermasalahkan ketidakadanya cinta di antara kita?
(melanjutkan setelah melihat Rani hanya diam)
Karena jika kita sedang berseteru, kamu akan lari ke mana? Hanya aku yang selama ini kamu andalkan sejak berpisah dengan ayahmu. Kepercayaanmu padaku tentu nggak akan sebesar ini ketika menjadi sepasang kekasih. Saat kita jalani hubungan ini apa adanya, tanpa komitmen, kamu pasti akan kembali meski kita sedang bermasalah.
(menjelaskan semakin rinci)
Jadi aku berpikir pada saat itu, lebih ingin menjadi orang yang selalu bisa kamu andalkan, daripada harus menjadi orang yang hanya bisa menemanimu dalam kesepian.

RANI (V.O.)
Begitukah? Sangat menyakitkan membayangkan posisinya. Kenapa Pati bisa rela dan bertahan dalam keadaan yang seperti itu sejauh ini?

ADIPATI
Tapi sekarang, aku siap menjadi keduanya untuk kamu. Ayo, mari kita menikah!

RANI
Aku nggak mau!


Kedua alis Adipati terpaut akibat sikap Rani yang keras kepala.

ADIPATI
Sekarang jalan itu udah terbuka di depan mata, nggak ada lagi penghalang bagi pertemuan kita. Masihkah kamu berpikir untuk pergi lagi?

RANI
Kalau kamu sangat ingin menikah, carilah wanita lain saja! 
(Rani bergerak melepas lilitan dasi di tangan mereka) 
Jangan memaksaku!
{menyentak sembari mengentak tangan Adipati ke bawah)

ADIPATI
Daripada harus memulai semuanya dari awal, akan lebih baik dan lebih mudah kalau kita memperbaiki yang sudah pernah terjalin!

RANI
Aku bilang, aku nggak mau!


Kembali membentengi hatinya dengan keangkuhan, Rani pun berlalu dari hadapan pria itu setelah merampas semua amplop dari tangan ayah Ara. Beberapa detik sebelum menuju pintu, langkahnya terhenti. Adipati tidak lagi menahannya.

Rani menoleh ke belakang, mendapati pria itu menatapnya sendu. Lalu, senyuman penuh arti pun ia lemparkan dan langsung menegun Adipati di sana. 

CUT TO.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar