Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
125. INT. DI DALAM KAMAR RANI — MALAM
Pemain: Adipati, Rani
Rani usai mandi dan berendam di dalam kamar mandi. Rani keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk di badan dan kepalanya.
Sontak saja Rani terkesiap sambil memekik saat menyadari ada seseorang di kamarnya. Rani langsung menyilangkan tangan ke dada sebagai bentuk perlindungan.
Adipati hanya menatapnya datar tanpa merasa bersalah.
Rani mengentak-entak kakinya dengan suara mendayu, akan tetapi berangsur lega sebab bayangan sesosok perampok sempat melintas di pikirannya.
Rani menganga.
Ekspresi menggeliatnya membuat Rani sangat geli.
Rani berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaian terbaiknya, tapi Adipati membuntutinya.
Rani yang semula masih sibuk memilih pakaian pun berbalik memandang wajah sendu yang kini terpampang di hadapannya. Rani jadi tidak tega. Akhirnya setelah mengganti handuknya dengan baju dan meminta Adipati menunggu, Rani pun menyetujui permintaan pria itu.
Tiba-tiba mendekat seraya membuka atasannya, Adipati membuat Rani panik.
Rani menggeleng pelan, tidak habis pikir.
Sebagai langkah awal pengukuran, Rani melingkarkan meter pita ke leher Adipati. Ia mengukur bagian bawah leher dalam satuan sentimeter untuk dibuat kerah nantinya. Kendati menaikkan dagu, tatapan Adipati tak lepas dari Rani yang canggung dibuatnya. Untuk memberinya pelajaran, Rani sengaja mencatat ukuran yang ia dapat di dada kiri pria itu dengan pena.
Rani tersenyum geli. Kembali ia lingkarkan meterannya di bawah ketiak Adipati, dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.. Kemudian, tiba-tiba ia tercenung menyadari sesuatu. Pandangannya terpaku di dada bidang Adipati, lalu menurun ke perutnya yang berbentuk kotak-kotak.
Rani mengerjapkan mata sambil membodohi dirinya sendiri.
Rani masih mengukur bagian tubuh Adipati yang lain sambil membayangkan bentuk pakaian yang akan dibuatnya nanti.
Adipati terbungkam begitu Rani menyoroti matanya dengan tatapan tajam. Ia pun kembali bergerak memainkan meterannya yang kali ini ia lingkarkan mengelilingi pinggang ayah Ara. Sengaja ia melonggarkan meteran sedikit dengan meletakkan sebuah jari di antara meteran dan pinggang.
Rani mengerutkan kening.
Adipati terkekeh. Dia mengambil ponsel Rani dari atas meja kerja, lalu dengan mudahnya membuka kunci layar yang memang tak membutuhkan kode. Dia sengaja berswafoto dengan memfokuskan kamera di bagian dadanya.
Rani mencoba menahan kekesalannya dengan embusan napas yang panjang.
Adipati beberapa detik merenung memperhatikan wajah Rani.
Ia pikir pria itu akan bersikeras membujuk Rani supaya bersedia dinikahinya dengan usaha total dan cara-cara konyolnya.
Adipati lantas berlalu, keluar dari apartemen Rani yang melongo dibuatnya.
CUT TO.
126. INT. DI RESTORAN — MALAM
Pemain: Rani, Adipati, Pelayan, Pengunjung Restoran
Adipati membuktikan ucapannya karena setelah keluar dari unit Rani, lelaki itu tidak lagi mengganggu Rani. Bahkan ketika Rani hendak makan di restoran bawah apartemennya, ia berpapasan dengan Adipati yang tampak tidak memedulikannya,
Seperti dengan sengaja, Rani mendengar Adipati memesan menu yang sama.
Rani hanya mencibir karena ternyata Adipati masih mengekorinya.
Rani melihat Adipati memberikan tempat duduknya untuk seorang wanita yang tengah hamil tua bersama dua anak kecil dan satu wanita tua. Adipati lantas mendatangi meja Rani yang memang masih menyisakan tiga kursi kosong. Dia membawa makanannya dan langsung duduk di depan Rani tanpa permisi.
Demi membuktikan bahwa dirinya bisa tanpa bantuan orang lain, Rani harus bersikap gengsi. Lantaran masih tak bisa membuka tutup sausnya, lama kelamaan Rani jadi kesal sendiri dan memutuskan makan tidak pakai saus sambal.
Setelah memperhatikan Rani dengan tatapan meledek, Adipati mendorong sausnya yang telah dibukanya dengan sangat cepat ke arah piring Rani.
Rani pun segera menyantap menunya yang hampir dingin dengan perasaan dongkol.
Oh? Rani mengangkat pandangan. Apa baru saja Adipati bicara padanya?
Rani kembali menghabiskan sisa makanannya tanpa ingin memandang ke arah pria di hadapannya lagi. Meski begitu, ia tahu Adipati terus memperhatikannya sambil tersenyum-senyum sendiri.
Suapan terakhir baru masuk ke dalam mulut, tapi Rani sudah tidak tahan untuk memanggil pelayan ke mejanya. Rani diberi catatan tagihan makannya di mana tertera dua menu yang sama di situ.
Pengakuan si pelayan sontak mencengangkan Rani sekaligus membuatnya terheran-heran.
Rani menunjuk Adipati, geram.
Si pelayan memandang Adipati sesaat.
Sejenak tertawa geli, Adipati menimpali.
Adipati memberikan kartu debit hitamnya dari dompet kepada si pelayan yang lantas membawanya pergi.
Terbelalak, Rani mencoba untuk tidak melawan kali ini. Ia tidak mau semakin membuktikan kebenaran ucapan pria itu, meskipun pendapatnya itu sama dengan pemikiran Tita, asistennya. Maka Rani pun lantas keluarkan selembar uang bernominal paling besar dari dompetnya dan meletakkannya di meja Adipati.
Rani pun beranjak meninggalkan mejanya, dan juga Adipati yang cekikikan dibuatnya.
CUT TO.
127. INT. DI DEPAN UNIT APARTEMEN RANI — MALAM
Pemain: Rani, Adipati, Pelayan, Pengunjung Restoran
Ia tiba di depan pintu kamar apartemennya tanpa hambatan, dan ... tanpa ada penguntit. Ketika di lift, Rani sengaja terburu-buru supaya Adipati tidak mengikutinya lagi. Namun ia baru akan memasukkan password kunci kamarnya, pria itu sudah tampak di ujung koridor. Dia berjalan santai ke arah Rani dengan langkah pasti.
Rani tidak mengerti kenapa menekan digit angka kode kuncinya menjadi lebih berat dari biasanya. Tangannya tertahan di angka lima, karena kerja otaknya mendadak melambat memikirkan ucapan Adipati di belakangnya.
Rani berbalik ke arah pria itu.
Entah siapa yang sangat kurang kerjaan sampai harus menempel stiker semacam itu di pintu. Rani dibuat gusar olehnya.
Rani cepat-cepat masuk ke dalam unitnya dan ia bisa mendengar suara Adipati tertawa di luar.
CUT TO.