Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tali Pati Rani
Suka
Favorit
Bagikan
33. TPR skrip #33

107. INT. RUMAH WIRA — SIANG

Pemain: Rani, Wira, Ibunya Wira

Ketegangan Rani masih terus berlanjut setibanya ia di rumah Wira. Kedua mata sang ibu mertua membelalak saat Wira masuk ke rumahnya yang bak istana sambil menggandeng istrinya. Masih bisanya wanita itu memperhatikan Rani dari atas ke bawah dengan tatapan menilai dan kernyitan yang seakan-akan Rani ini sangat menjijikkan. Rani ingin sekali hengkang, apa daya Wira terus menggenggam tangannya.


IBUNYA WIRA
Apa-apaan ini, Wira?

WIRA
Ma, aku akan pergi mencari tempat tinggal lain bersama Rani, tanpa membawa apa pun dari rumah ini. Aku akan meninggalkan semua fasilitas yang pernah aku beli dengan uang dari perusahaan.


Tak hanya ibunya, Rani sendiri sangat terkejut dengan keputusan suaminya. 


IBUNYA WIRA
Putraku, apa kamu benar-benar mengerti dengan apa yang kamu katakan?

WIRA
(menjawab mantap)
Iya, Ma. Aku ingin hidup dengan pilihanku. Kalau Mama dan yang lainnya terus menerus menekan Rani, sama artinya dengan memberiku beban. 
Kalau memang aku nggak bisa menjadi pewaris semua aset peninggalan Papa tanpa keturunan, nggak apa. Nggak masalah.

IBUNYA WIRA
Wira, kamu tahu apa artinya itu?

WIRA
Biarkan kami menentukan jalan hidup kami sendiri, Ma.

IBUNYA WIRA
(menahan amarah)
Kamu akan menyesal!! 


Mata sendu Wira terarah pada Rani di sebelahnya. Tidak pernah Rani melihat suaminya seyakin ini bisa hidup tanpa ibunya. Rani senang, tapi juga bimbang.

WIRA
Aku membutuhkan Rani, Ma.

IBUNYA WIRA
(sinis)
Kamu tidak butuh wanita yang tidak berguna seperti dia!

WIRA
(menimpali dengan yakin)
Aku tetep akan bersamanya, bagaimanapun kondisinya.


Pria itu lantas mengajak Rani pergi dari hadapan wanita yang telah melahirkannya. Dia begitu yakin untuk meninggalkan orang tua tunggalnya.


IBUNYA WIRA
Wira! Wira!


Sang ibu terus memanggil-manggil nama putranya, tapi Wira tak goyah sedikit pun dengan pendiriannya. Dia membawa Rani hingga keluar dari rumah yang telah disinggahinya sejak kecil.

CUT TO.


108. INT. DI DEPAN GERBANG RUMAH WIRA — SIANG

Pemain: Rani, Wira

Wira mau menghentikan langkahnya saat Rani yang meminta, di depan gerbang rumahnya.


WIRA
Ada apa?

RANI
Kamu yakin akan meninggalkan mama kamu?

WIRA
Kamu masih nggak percaya sama aku?

RANI
Wira, kamu akan kehilangan semuanya!

WIRA
Nggak masalah. Kita akan mulai lagi dari awal.


Rani mendengkus. 

RANI
Baiklah, lupakan soal itu. Tapi coba pikirkan dari sisi aku. Kita tetap saja akan kesulitan nantinya kalau nggak memiliki keturunan, dan semua itu akan semakin rumit kalau keturunan itu bukanlah dari darah dagingmu. Beberapa orang akan mempertanyakan, atau mungkin memanfaatkan.


Wira tercenung begitu Rani mengingatkan kembali kalimat yang pernah pria itu katakan untuk menilai akibat dari kemandulan Rani.

WIRA
Aku nggak peduli lagi.


Tubuh Rani langsung terasa lemas karena nyatanya tak satu pun alasan darinya yang setidaknya bisa Wira jadikan bahan pertimbangan. Pria itu benar-benar mantap dengan keputusannya. Sepertinya Wira sungguh-sungguh ingin berubah, dia ingin mempertahankan pernikahannya dengan Rani. 

RANI (V.O)
Kenapa aku nggak bisa sesenang itu? Bukankah sikap Wira itulah yang aku harap-harapkan sejak dulu?

CUT TO.


109. INT. APARTEMEN WIRA — MALAM

Pemain: Rani, Wira

Wira menyewa sebuah apartemen untuk ditinggalinya bersama Rani sementara sampai menunggu dia bisa membeli rumah. Wira mengaku masih memiliki cukup tabungan untuk kebutuhan keduanya selama dia mengembangkan bisnisnya, begitupun dengan Rani.


Namun, Rani tak mencemaskan soal uang. Rani masih terus saja memikirkan hatinya yang tertinggal di Bandung. Ia terus teringat Ara dan Adipati.


WIRA
Sayang, tiba-tiba aku memikirkan saranmu waktu itu untuk menyewa ibu pengganti. Aku rasa itu bukan ide yang buruk. Kita bisa mencobanya kalau memang kamu sangat ingin memiliki anak dariku!


Rani melihat Wira serius mengucapkan saran yang dulu Rani katakan.


RANI
(menimpali)
Kita harus mencari wanita yang masih muda dan sehat.

WIRA
Ya. Kita akan menemukannya!


Rani mengangguk mantap lantaran tak ingin meredupkan semangat suaminya.

RANI (V.O)
Aku pikir tidak ada salahnya memberi Wira kesempatan untuk berubah. Walaupun rasa-rasanya ada yang berbeda dan berkurang, aku akan mencobanya lagi.

WIRA
Sekarang ... bisa nggak kita melakukannya? Aku sangat merindukan kamu!


Mereka duduk berhadapan di atas kasur. Mata Wira begitu dekat menatap lekat mata Rani bersama hasrat yang tertahan di sana. Wira meminta izin untuk mulai bercinta, menegun Rani beberapa saat. 


RANI (V.O.)
Tuhan. Bagaimana aku akan menolaknya? Astaga ... mengapa aku bisa berpikir untuk menolaknya? Aku tahu ini tidak benar. Menolak keinginan suami adalah dosa besar. Tapi aku tidak mengerti dengan semua ini. 


Meskipun hubungan Rani dan Wira tampak membaik, tetapi Rani terus memikirkan Ara dan perannya sebagai ibu yang ditinggalkan.


WIRA
(menegur Rani yang diam saja)
Sayang?

RANI
Wira, maaf. Aku lagi datang bulan.


Wira tertawa lirih.

WIRA
Ya udah, aku masih bisa menahannya.


Rani meminta maaf dalam hati untuk kebohongannya ini. Sudah sangat lama sejak terakhir mereka melakukannya. Sebab seringnya bertengkar karena berbeda pendapat, hubungan intim itu menjadi tidak menggairahkan lagi. Sungguh Rani tidak ingin mengecewakan pria itu, tapi ia lebih tidak ingin memaksakan dirinya yang sedang hampa untuk bercinta.


Suasana dingin di antara keduanya akibat penolakan yang dilakukan Rani, sedikit mencair saat ponsel sang suami berdering nyaring. Dia mendapat panggilan telepon dari asisten ibunya.


WIRA
Ada apa?
(menempelkan ponsel di telinga)
Apa? Mama sakit?


Rani kaget.

Ya. Selama lima tahun menjadi menantunya, Rani tidak pernah satu kali pun menyaksikan ibu mertuanya sakit parah hingga harus dirawat intens di rumah sakit besar. Begitu mendengar kabar kondisi kesehatan ibunya yang menurun, Wira langsung mengajak Rani menyusul ke rumah sakit.

CUT TO.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar