Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tali Pati Rani
Suka
Favorit
Bagikan
50. TPR skrip #50

155. EXT. DI DEPAN PINTU APARTEMEN RANI — MALAM

Pemain: Rani, Adipati, Ibunya Adipati, Ara

Di depan pintu apartemennya, Rani menghentikan langkah untuk membuang seluruh beban di dadanya lewat napas panjang dari mulut. Walau tak sepenuhnya lega, tapi itu cukup ampuh memperlancar pernapasannya yang sempat tersumbat. Sebelum air matanya meluncur, sebelum hatinya kian hancur, ia tinju-tinju dadanya sendiri dengan sedikit tenaga. Dalam pikiran sekacau ini, ia berharap tindakan itu mampu melawan rasa perih di hatinya.


RANI
Nggak apa-apa. Nggak apa, Rani!


Rani terus menenangkan diri karena tak habis pikir dengan semua yang terjadi. 


Ia baru akan menekan kode kunci apartemennya untuk menghilangkan jejak, tapi tiba-tiba saja Adipati datang dan langsung mendekapnya dari belakang. 


ADIPATI
Beraninya kamu ninggalin aku dengan cara seperti ini!
(mencetus marah)
Kamu melihat masa depan bersamaku atau enggak, kamu yakin atau enggak, aku nggak peduli. Kalau aku bisa membuat kamu mampu dan bertahan hidup dengan tetap menjadi masa lalumu, maka tetaplah begitu!!


Kalimat-kalimat yang Adipati ucapkan dengan sangat tegas dan keras kepala itu sontak menegun Rani dalam sekejap, masih di depan pintu. Begitu dengan nada tinggi yang Adipati serukan di kalimat terakhirnya, seolah yakin dirinya siap menentang bahaya.


ADIPATI
Aku menginginkan kamu hari ini, saat ini juga, seperti di waktu-waktu sebelumnya. Dan hari ini pun akan menjadi masa lalu bagimu, juga bagiku. Jadi, mari kita saling memberikan yang terbaik dari apa pun yang kita miliki setiap harinya!


Rani bisa merasakan betul debaran keras di punggungnya. Jantung pria itu berdegup sangat kencang seiring sumpahnya yang bergejolak penuh gairah. 


Semangat Adipati entah bagaimana bisa membius keyakinan Rani yang sempat melemah, menjadi menyala-nyala, bahkan lebih terang dari sebelumnya. Ia berputar badan, menatap sang kekasih dengan jantung yang mendadak berdebar-debar tak terkendali.


Di balik dada, suara hati Rani bergemuruh, menemukan jawaban atas apa yang selalu membuatnya tak bisa meragukan pria itu. 

RANI (V.O.)
Tuhan, ada keteduhan di matanya. Ada perlindungan dalam suaranya. Dia tidak selalu menjanjikan semuanya akan berakhir indah, dan walaupun dia tidak memiliki apa-apa, tapi aku tenang dan percaya karena tanggung jawabnya yang benar-benar nyata. Mungkin itulah mengapa selama ini aku tidak pernah benar-benar bisa pergi darinya. Tanggung jawab itu telah mengikatku secara konstan, dan akan selalu membawaku kembali padanya.


RANI
Kamu memang jahat, Pati! Kamu nggak pernah biarin aku benar-benar bisa pergi dari kamu! Kamu selalu bikin aku ingin kembali ke kamu!


Pria itu tertegun dengan mata mengembun.


RANI
Kamu harus bertanggung jawab untuk hal ini! Kamu harus bertanggung jawab!!


Lalu tanpa ingin menunda lagi, Rani sedikit mengangkat tumit untuk dapat melingkarkan kedua lengannya ke leher pria itu dan memagut bibirnya dengan lahap. Rani tahu perbuatannya ini mencengangkan sang kekasih, tapi ia tidak peduli dan tanpa malu terus saja melumatnya. Setelah beberapa detik mematung, Adipati pun meladeni kenakalan Rani dengan menarik pinggangnya untuk dirapatkan.


Seseorang di belakang mereka akhirnya memekik, menegur keduanya.

IBUNYA ADIPATI
Oh, ya ampun!!


Rani dan Adipati tersentak menghentikan tindakan brutal mereka, serentak menoleh ke arah pintu apartemen Adipati yang sudah terbuka, dan entah sejak kapan nenek Ara berada di situ sambil memalingkan mata dari pemandangan panas yang putranya dan Rani suguhkan di koridor.


ADIPATI
Ibu?


Lekas-lekas Rani menurunkan tangannya dari leher Adipati, merapikan sedikit rambutnya, serta mengusap sudut bibir sang kekasih yang ternoda lipstik merahnya.


IBUNYA ADIPATI
Percepat pernikahan kalian bulan ini juga. Atau Ibu akan berubah pikiran! Dan lupakan semua syarat itu! Ibu tidak akan menuntut apa pun dari kalian, asal kalian saling cinta.


Hingga wanita itu kembali masuk, Rani dan Adipati saling melempar pandang dengan rasa tak percaya.


ADIPATI
(tercengang-cengang)
Kamu dengar itu, Rani?

RANI
Aku nggak mimpi, kan, Pati?


Adipati menggeleng dengan bibir yang mulai menahan tawa. 

ADIPATI
Ibu merestui kita! Ibu ingin kita segera menikah!


Rani tak tahan meneriakkan kegembiraannya untuk kabar baik ini. Dipeluknya kembali ayah Ara yang juga tak bisa lagi menutupi kebahagiaan itu dari raut wajahnya. 

RANI
(bersorak girang)
Kita akan menikah! Kita akan menikah, Pati!

ADIPATI
Iya, Sayang, aku nggak percaya ini!

ARA
Papa, Mama! 
(Kini suara Ara menarik perhatian orang tuanya bersamaan ke arah pintu.)
Apa yang Papa dan Mama lakukan di situ?


Sempat terkekeh oleh pertanyaan polos sang putri, Adipati memintanya mendekat. 

ADIPATI
Kemarilah, Sayang!


Ara berjalan cepat menghampiri mereka, dan langsung diangkat Adipati untuk digendong.


ARA
Kenapa Papa dan Mama terlihat senang sekali?

ADIPATI
Siapa yang nggak senang, memiliki putri sebaik kamu?! Kamu itu udah jadi alasan yang terbaik buat kami!


Sang gadis langsung meringis malu-malu dirayu ayahnya. Rani tak tahan ingin ikut campur dalam senda gurau keduanya dengan memeluk lengan Adipati di sisi yang kosong. 


RANI (V.O)
Ya, siapa yang menyangka, Tuhan benar-benar memberikan kebaikan dari sesuatu yang datang tak terduga.

CUT TO.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar