Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
155. EXT. DI DEPAN PINTU APARTEMEN RANI — MALAM
Pemain: Rani, Adipati, Ibunya Adipati, Ara
Di depan pintu apartemennya, Rani menghentikan langkah untuk membuang seluruh beban di dadanya lewat napas panjang dari mulut. Walau tak sepenuhnya lega, tapi itu cukup ampuh memperlancar pernapasannya yang sempat tersumbat. Sebelum air matanya meluncur, sebelum hatinya kian hancur, ia tinju-tinju dadanya sendiri dengan sedikit tenaga. Dalam pikiran sekacau ini, ia berharap tindakan itu mampu melawan rasa perih di hatinya.
Rani terus menenangkan diri karena tak habis pikir dengan semua yang terjadi.
Ia baru akan menekan kode kunci apartemennya untuk menghilangkan jejak, tapi tiba-tiba saja Adipati datang dan langsung mendekapnya dari belakang.
Kalimat-kalimat yang Adipati ucapkan dengan sangat tegas dan keras kepala itu sontak menegun Rani dalam sekejap, masih di depan pintu. Begitu dengan nada tinggi yang Adipati serukan di kalimat terakhirnya, seolah yakin dirinya siap menentang bahaya.
Rani bisa merasakan betul debaran keras di punggungnya. Jantung pria itu berdegup sangat kencang seiring sumpahnya yang bergejolak penuh gairah.
Semangat Adipati entah bagaimana bisa membius keyakinan Rani yang sempat melemah, menjadi menyala-nyala, bahkan lebih terang dari sebelumnya. Ia berputar badan, menatap sang kekasih dengan jantung yang mendadak berdebar-debar tak terkendali.
Di balik dada, suara hati Rani bergemuruh, menemukan jawaban atas apa yang selalu membuatnya tak bisa meragukan pria itu.
Pria itu tertegun dengan mata mengembun.
Lalu tanpa ingin menunda lagi, Rani sedikit mengangkat tumit untuk dapat melingkarkan kedua lengannya ke leher pria itu dan memagut bibirnya dengan lahap. Rani tahu perbuatannya ini mencengangkan sang kekasih, tapi ia tidak peduli dan tanpa malu terus saja melumatnya. Setelah beberapa detik mematung, Adipati pun meladeni kenakalan Rani dengan menarik pinggangnya untuk dirapatkan.
Seseorang di belakang mereka akhirnya memekik, menegur keduanya.
Rani dan Adipati tersentak menghentikan tindakan brutal mereka, serentak menoleh ke arah pintu apartemen Adipati yang sudah terbuka, dan entah sejak kapan nenek Ara berada di situ sambil memalingkan mata dari pemandangan panas yang putranya dan Rani suguhkan di koridor.
Lekas-lekas Rani menurunkan tangannya dari leher Adipati, merapikan sedikit rambutnya, serta mengusap sudut bibir sang kekasih yang ternoda lipstik merahnya.
Hingga wanita itu kembali masuk, Rani dan Adipati saling melempar pandang dengan rasa tak percaya.
Adipati menggeleng dengan bibir yang mulai menahan tawa.
Rani tak tahan meneriakkan kegembiraannya untuk kabar baik ini. Dipeluknya kembali ayah Ara yang juga tak bisa lagi menutupi kebahagiaan itu dari raut wajahnya.
Sempat terkekeh oleh pertanyaan polos sang putri, Adipati memintanya mendekat.
Ara berjalan cepat menghampiri mereka, dan langsung diangkat Adipati untuk digendong.
Sang gadis langsung meringis malu-malu dirayu ayahnya. Rani tak tahan ingin ikut campur dalam senda gurau keduanya dengan memeluk lengan Adipati di sisi yang kosong.
CUT TO.