Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tali Pati Rani
Suka
Favorit
Bagikan
1. TPR skrip #1








Skenario

“TALI PATI RANI”


Penulis Skenario

Tiara Melyuchan










FADE IN:

1. INT. KORIDOR RUMAH KELUARGA WIRA — SIANG

Pemain: Rani, Wira, Ibunya Wira

Suasana terasa mencekam karena ibunya Wira mengumpulkan Rani (28 tahun) dan Wira (30 tahun) di ruangan itu untuk membicarakan masalah penting yang menyangkut masa depan pernikahan mereka sekaligus kelangsungan perusahaan keluarga Wira. Wira dan ibunya mengenakan pakaian formal dan necis khas orang kantoran, sementara Rani memakai dress floral selutut.


IBU WIRA

(berbicara dengan lantang)
Seperti yang sudah pernah kita sepakati sebelumnya.
(menatap Wira)
Begitu hasilnya keluar dan terbukti Rani tidak bisa hamil, maka kamu harus menandatangani surat gugatan perceraian itu!


Rani menimpali dan memperlihatkan raut keberatan.

RANI
Ma, aku dan Wira masih saling mencintai. Bagaimana mungkin kami harus berpisah hanya karena aku nggak bisa memberinya anak?


IBU WIRA
Kenapa tidak?
(menatap tajam pada Rani dengan penuh dengki)
Mungkin kamu bisa melewati seumur hidupmu dengan cinta, karena kamu tidak memiliki apa-apa selain itu. Tapi putraku? Dia satu-satunya pewaris dari keluarga kami, banyak yang harus dia pertahankan demi aset keluarga. Satu-satunya cara adalah dengan memberikan keturunan.


Rani meneteskan air mata. Ia mendekat dan memohon seraya memegangi lengan ibu mertuanya.

RANI
Tolong beri kami waktu, Ma. Kami akan berusaha lagi. Pasti masih banyak cara agar—


Ibu Wira menyela.

IBU WIRA
Cara yang bagaimana lagi?
(berbicara ketus)
Lima tahun pernikahan kalian, apa masih belum cukup? Memberimu kesempatan, hanya akan mengulur waktu karena hasilnya akan sama saja!


RANI

(berbicara dengan nada agak tinggi)
Ta-tapi aku bisa pastikan, aku bisa hamil! Aku bisa memberikan cucu untuk Mama!
(menatap Wira, sang suami yang hanya tertunduk dan membisu)
Ini hanya masalah waktu, Ma. Para dokter mengatakan ini karena aku tidak menjaga pola hidupku. Jadi mungkin ... mungkin aku hanya harus memperbaikinya.
(memandang Wira yang duduk di samping ibunya)
Iya kan, Sayang? Coba katakan sesuatu pada mamamu!


IBU WIRA
Apa yang bisa dia katakan? Dokter sendiri telah memberitahumu bahwa kamu tidak akan bisa hamil walau dengan cara apa pun. Rahimmu sudah rusak dan harus diangkat! Tapi Wira putraku, dia tidak pernah memiliki masalah apa pun! Dia masih bisa memberiku keturunan dari wanita lain!


Rani berusaha menahan tangisnya yang semakin kencang dan membungkam mulutnya. Bahunya berguncang keras.

RANI (V.O)

Bagaimana Ibu Mertua bisa setega ini? Kenapa dia tega mencampakkanku yang selama ini jadi kebanggaan di rumah ini?


Rani melangkah mendekati Wira.

RANI

(mencoba merayu suaminya dengan memelas)
Sayang ..., tolong bicarakan ini dengan mama kamu. Aku tahu kamu nggak menginginkannya!


IBU WIRA
Sudahlah, terima saja kenyataannya! Mungkin di suatu tempat akan ada pria yang bisa menerima kondisimu, tapi bukan putraku.


RANI

(membantah)
Aku jadi begini karena putramu, Ma! Karena aku sangat mencintainya!


IBU WIRA
Mencintai?
(mengernyit)
Kalau benar kamu mencintainya, seharusnya kamu bisa mencegahnya dari kebiasaan-kebiasaan yang buruk. Menikah bukannya menjadikan putraku lebih baik, tapi yang kamu lakukan malah mendukungnya. Aku sudah sering mengingatkan kalian, tapi kalian tidak pernah mendengarkan! Jika sekarang semua kebiasaan itu berdampak buruk padamu, apakah itu salah Wira? Konyol sekali.

(melangkah pergi meninggalkan Rani dan Wira)


DISSOLVE TO


2. BEGIN MONTAGE — VARIOUS LOCATIONS

Pemain: Rani, Wira, Pengacara, Dokter

Dua tahun lalu, pengacara mendiang ayah mertua Rani datang membicarakan warisan dan semua aset harta peninggalan—termasuk perusahaan tekstil yang kini sedang dikelola suaminya, juga bisnis lainnya seperti bar, karaoke dan juga beberapa restoran, hingga di bidang pertelevisian. 

- Wira berusaha keras untuk bisa membuat Rani hamil, tapi nyatanya tak semudah yang dibayangkan. 

- Terkuak kondisi kesehatan Rani yang memburuk dan mengakibatkan sistem reproduksinya terganggu.

- Mereka sepakat untuk menjadikan perpisahan sebagai jalan akhir, jika hasil pemeriksaan kesuburan Rani menyatakan hasil yang tidak baik dalam lima kali tes. 

- Setiap kali dokter memberikan hasil pemeriksaan medis, hubungan Rani dan suaminya terancam tidak baik-baik saja.

- Hasil tes medis dari dokter terakhir di rumah sakit ternama Jakarta pun tak juga memberikan Rani dan sang suami kabar baik.


END MONTAGE


3. INT. KAMAR RANI DAN WIRA — SIANG

Pemain: Rani, Wira

Wira memeluk Rani dari belakang saat istrinya itu akhirnya menumpahkan air mata di kamar.


WIRA
Sayang, nggak ada lagi yang bisa kita lakukan, maafin aku.
(berbisik sambil menelusupkan wajah ke sisi leher Rani)
I Love you!


Rani melepas pelukan sang suami dengan berang.

RANI
Kamu tega sama aku!
(menangis deras)


WIRA

(tertegun sejenak, kemudian berbisik)
Kita nggak bisa berbuat apa-apa lagi, Sayang!


RANI
Nggak! Masih banyak cara. Masih banyak dokter ahli yang belum kita temui, dan pasti bisa membantu kita!


WIRA

(berkata dengan nada agak tinggi dan keras)
Kita nggak punya banyak waktu lagi. Dalam satu tahun ke depan, aku harus punya anak dari darah dagingku sendiri untuk bisa mempertahankan perusahaan Papa. Atau kalau nggak, pamanku akan mengambil alih semuanya!


RANI
Yang kamu pikirin hanya warisan dan keluargamu! Kamu nggak memikirkan perasaan aku, Wira!


WIRA

(berusaha menenangkan)
Enggak, Sayang!


RANI

(menampik dan kembali bersuara dengan nada tinggi)
Lima tahun kita bersama, apakah nggak ada artinya bagi kamu? Ke mana cinta yang selalu kamu katakan ke aku? Semua itu palsu! Aku nggak lebih berharga dari semua hartamu!


WIRA
Bukan begitu, Rani! Kamu tahu aku punya banyak pekerja yang menggantungkan hidup keluarganya pada perusahaan Papa. Jika semua aset dan perusahaan jatuh ke tangan pamanku, maka dia akan menjual semuanya. Para pekerja harus di-PHK. Pamanku bukanlah orang yang baik, aku sudah pernah ceritakan itu ke kamu.


Rani kecewa dan menepuk dada sebagai tanda sakit hatinya.

RANI
Lalu, bagaimana denganku, Wira? Kamu udah berjanji pada ayahku untuk tetap bersamaku dan menjagaku! Apa yang sudah kita perjuangankan selama ini, akan kamu akhiri begitu saja?


WIRA
Aku mohon mengertilah. Ini juga nggak mudah bagiku, tapi mungkin saja nanti kita akan temukan cara dan bisa bersama lagi.
(mengembuskan napas berat)
Mama juga terpaksa melakukannya, karena papaku sendiri telah menulis syarat itu di dalam surat wasiatnya. Kita pun nggak punya pilihan lain. Selain itu, aku juga nggak mau kamu dipermalukan Mama dan keluargaku terus menerus di depan banyak orang, Sayang!


RANI
Pergilah! Biarin aku sendiri.


Wira pun pergi dari sana dan meninggalkan Rani sendiri yang semakin sedih memikirkan nasib pernikahannya dengan suami.



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar