Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FLASCHBACK
128. INT. KANTOR ADIPATI — BEGIN MONTAGE
Pemain: Adipati, Wira, Calon Istri Wira, Ibunya Wira
- Adipati tiba di kantor propertinya di Jakarta untuk menangani masalah pembatalan pembelian properti oleh seorang ibu paruh baya.
- Saat hendak bernegosiasi, Adipati melihat Wira dan seorang wanita membersamai ibu itu yang ternyata ibunya Wira.
- Mereka bertukar sapa dan melanjutkan negosiasi hingga ibunya Wira bersedia tidak membatalkan pembelian rumah dan mengganti dengan yang baru.
- Wira memperkenalkan ibu itu sebagai ibunya dan wanita itu sebagai calon istrinya.
- Adipati terkejut karena belum tahu soal Rani dan Wira yang sudah bercerai.
- Ibunya Wira dan calon istrinya Wira pamit lebih dulu dan menunggu Wira di mobil sementara Wira masih mengobrol dengan Adipati.
- Adipati menanyakan soal Rani.
- Wira menceritakan alasan perceraiannya dan Rani yang terjadi setahun yang lalu saat malam tahun baru.
- Adipati langsung mencari tahu soal keberadaan Rani dari website dan toko online fashion milik perusahaan Rani
- Adipati merencanakan kejutan sebelum bertemu Rani kembali.
END MONTAGE, END OF FLASHBACK
129. EXT. KORIDOR APARTEMEN — PAGI
Pemain: Adipati, Rani
Lewat monitor interkomnya, berkali-kali Adipati mengawasi pintu apartemen Rani pagi itu. Tepat pada pukul delapan, Rani benar-benar membuka pintu sambil menempelkan ponsel di satu telinga, satu tangannya lagi menutup pintunya. Adipati pun bergegas keluar.
Ketika mendapati Adipati keluar di saat yang bersamaan, Rani langsung tertegun sejenak menatapnya. Meski sengaja, Adipati berpura-pura memasang wajah datar untuk membuat pertemuan ini seperti sebuah kebetulan. Sama seperti yang ia lakukan kemarin-kemarin, selalu memantau wanita itu dari balik pintu dan ia akan keluar di saat yang bersamaan, seolah-olah pertemuan mereka telah ditakdirkan.
Beberapa saat saling bertatapan, Rani mengerjapkan mata seraya menggelengkan kepala pelan.
Rani berjalan melewati Adipati tanpa melihatnya sedikit pun menuju ke ujung lorong. Dia terlihat sangat sibuk dan angkuh.
CUT TO.
130. DI TEMPAT PARKIR APARTEMEN — PAGI
Di tempat parkir gedung apartemen, Rani menemui Tita yang baru tiba dengan mengendarai mobil milik kantornya. Sesuai perintahnya, gadis itu datang membawakan bahan-bahan yang Rani minta dari kantor mereka. Tak hanya gulungan kain, tapi juga dengan semua perlengkapan untuk merancang busana.
Tita mengomel seraya membantu atasannya mengeluarkan banyak barang dari bagasi belakang.
Tita manggut-manggut.
Sementara Rani masih sibuk menurunkan barang-barang yang amat banyak, Tita berpikir keras.
Pendapatnya sontak melepaskan tawa Rani secara singkat.
CUT TO.
131. DI DALAM LIFT APARTEMEN — PAGI
Pemain: Rani, Adipati, Tita
Mereka masuk ke dalam lift dengan sedikit beban. Tita yang menenteng empat tas berisi potongan-potongan kain, juga mendekap satu roll kain sepanjang 50 meter dengan lebar 150 senti—yang tergulung utuh pada pipa sepanjang satu setengah meter, masih harus menarik satu koper berisi perlengkapan lainnya. Sedangkan Rani membawa enam tumpukan kotak persegi besar berisi manik-manik dan bahan untuk dekor lainnya di depan dada, sambil menggandeng tas besar di pundaknya.
Lift yang tadinya hanya berisi mereka berdua, terasa penuh saat seseorang masuk, dan Rani yang tadinya berdiri tepat di tengah-tengah pun harus bergeser mencari posisi aman.
Rani tidak menyangka semua barang yang dimintanya akan sebanyak ini. Rencananya, ia memang akan merancang busana di apartemennya. Namun tidak seperti alasan yang dikatakannya kepada Tita, Rani hanya merasa sedang tidak ingin ke mana-mana. Ia ingin bekerja dari rumah.
Suara seorang pria tak asing di lift yang sama sontak menarik pandangan Rani ke arah seberang Tita. Benar saja, Rani baru mengetahui bahwa orang yang baru saja masuk adalah Adipati.
Adipati langsung mengambil alih tas-tas berbahan kertas dengan ukuran jumbo dan juga gulungan kain dari tangan Tita yang kebingungan.
Rani langsung menggeram, lalu berpaling dengan amat dongkol. Ia menahan diri agar tak bergerak, tapi bola matanya tak mampu dicegah untuk mengerling ke arah dua orang di sebelahnya yang terlihat mengobrol sungkan-sungkan. Ketika Adipati mencuri-curi pandang padanya, Rani langsung membuang muka dengan sinisnya.
Tita membiarkan Adipati membawa semua barang-barang yang tadi diangkutnya, dan hanya menyisakan koper.
Setibanya di lantai tujuan, Rani yang masih harus berjaga-jaga agar tumpukan kotaknya tak jatuh saat dirinya melangkah, kembali dibuat kesal oleh Tita dan Adipati yang keluar lift mendahuluinya. Keduanya terlihat semakin akrab dan terus mengobral senyuman.
CUT TO.
132. DI DALAM UNIT APARTEMEN RANI — PAGI
Pemain: Rani, Adipati, Tita
Rani membiarkan Tita yang membuka pintu apartemennya karena dia satu-satunya orang yang tahu pin kuncinya, selain Adipati. Kali ini ia menyerobot masuk terlebih dulu lantaran tak tahan dengan kedua lengannya yang mulai tegang.
Rani yang baru saja meletakkan seluruh barang bawaannya ke meja pun melotot mendengar Tita membiarkan Adipati masuk, dan pria itu dengan santainya menginjakkan kaki ke dalam apartemen Rani.
Adipati mesem.
Rani geram karena mereka berkenalan akrab dengan tetap mengabaikan Rani sebagai atasan dan pemilik unit apartemen yang saat ini mereka jadikan tempat mengobrol.
Tita akhirnya menoleh ke arahnya bersama Adipati pun malah menceletuk.
Kedua mata Rani sontak membelalak. Beraninya sang karyawan menasihatinya dan malah menjadi-jadi.
Tak menggubris kemarahan Rani, Tita kembali memandang Adipati sambil menyunggingkan senyum.
Adipati yang sedari tadi tampak menahan tawa pun menyela.
Rani membeliak untuk apa yang didengarnya dari mulut pria itu. Baru saja Adipati memberitahu kode kunci apartemennya pada Tita yang baru dikenalnya tanpa banyak pertimbangan.
Adipati mengerling ke arah Rani yang masih tercengang, sebelum akhirnya benar-benar keluar dari apartemennya.
Tita berseru antusias, menyadarkan Rani bahwa ada sesuatu yang panas di bagian dalam dadanya.
Respon dan reaksi girang sang asisten tentu semakin membakar sekujur tubuh Rani. Dia merasa berbunga-bunga, bahkan mengakui adanya sebuah cinta, yang justru mendidihkan amarah Rani.
Ia memaksa asistennya hengkang dari apartemennya dengan sebuah dorongan keras sampai ke depan pintu. Ingin rasanya murka, akan tetapi ia sadar itu hanya akan mempermalukannya. Tita tidak mengerti siapa Adipati bagi Rani, jadi mungkin sikapnya itu bisa dianggap wajar di hadapan orang lain. Sayangnya, antara Rani dan Adipati bukanlah sekadar tetangga lagi.
CUT TO.
133. DI DEPAN UNIT APARTEMEN RANI DAN ADIPATI — PAGI
Rani berjaga di depan pintu mengawasi asistennya sampai benar-benar menghilang dari penglihatannya. Belum semenit bayangan gadis itu lenyap dari tikungan lorong, Adipati keluar semakin menambah kegeraman Rani.
Rani sudah tak tahan ingin menceletuknya.
Ternganga, Rani tak jera menegaskan kendati samar-samar ia merasakan malu.
Rani menentang Adipati dengan berani. Kini ia sudah berada dekat dengan pria itu hanya berjarak dua jengkal. Tak lagi tanggap merespon, pria itu mengheningkan suasana dengan tindakan menyelami mata Rani terang-terangan. Apalah yang di pikirkannya, tiba-tiba bibirnya berangsur mengembang, kemudian tawa kekehnya keluar dengan irama yang kian mengeras.
Seolah lelucon, gertakan Rani justru membuat tawa pria itu makin menjadi-jadi. Dia terbahak-bahak memekakkan telinga Rani.
Rani sungguh-sungguh dengan ancamannya, tetapi Adipati tak jera menjadikannya lelucon dengan kembali tergelak. Untuk membuatnya berhenti mentertawakannya, Rani langsung membuktikan ucapannya saat itu juga. Ia mendekati perangkat persegi panjang yang terpasang di sebelah gagang pintu. Tanpa benar-benar berpikir, ia memukuli benda itu secara brutal dengan tangan kosong.
Adipati berupaya mencegah tangan Rani yang terus memberontak, tapi Rani kukuh ingin merusaknya. Adipati menarik paksa kedua tangan itu, hingga tubuh Rani berbalik ke arahnya. Sedikit dorongan dari Adipati pun mampu mengentak punggung Rani sampai membentur daun pintu. Dia mencengkeram kedua pergelangan Rani yang direntangkannya di kedua sisi pintu, mengunci pergerakannya dan Rani pun benar-benar tak bisa berkutik lagi.
Saat Adipati mendesaknya dengan berbagai pertanyaan, Rani hanya bisa bungkam. Dengan jarak sejengkal tangan, kedua mata saling menentang dan seakan berbicara dengan bahasa isyarat. Dia mencoba menggali arti dari kekesalan Rani, sementara Rani tetap menjaga gengsi meskipun pria itu terlalu peka menilai sikapnya.
Saat mereka saling menatap, Rani seolah terbius dengan jarak mereka yang semakin dekat. Rani ingin hanyut, tapi beribu alasan menampiknya. Ia membuat Adipati tersentak saat Rani menurunkan tangan dari genggamannya. Tanpa ingin bersuara, ia memutuskan pergi dari hadapan pria itu.
CUT TO.
134. DI DALAM APARTEMEN RANI — PAGI
Pemain: Rani, Adipati
Di belakang pintu, ada sesal yang menggebu-gebu. Rani pun berbalik melihat sosok pujaannya itu dari monitor interkom. Adipati masih di sana, di balik pintu. Terang-terangan pria itu menatap kamera, seolah tahu Rani sedang memantaunya.
Adipati melambaikan satu tangan, kemudian membuat bentuk hati dari seluruh jari tangannya di depan dada. Ulah konyolnya berlanjut dengan melempar sebuah ciuman dengan mengayunkan bibir ke arah kamera. Tawa geli Rani terlepas seketika. Dia paling tahu caranya menghibur Rani setelah emosi menguasai.