28. INT. DI DALAM KOSAN ADIPATI — MALAM
Pemain: Rani, Adipati
Adipati sedang melamunkan Rani yang hampir sejam lalu berangkat ke pestanya Wira. Pintu kamar kosannya diketuk tak sabar dari luar. Adipati terperanjat dan langsung melihat siapa yang berkunjung.
Adipati memandang Rani yang berantakan dan basah kuyup.
ADIPATI
Rani?
RANI
Pati ...
ADIPATI
Kenapa basah kuyup begini? Kamu ujan-ujanan? Perasaan di luar nggak ujan. Dan, kenapa juga kamu udah pulang secepat ini?
RANI
Enggak, aku ...
(tiba-tiba menangis kencang)
ADIPATI
Ayo masuk, masuk!
Adipati langsung panik melihat Rani menangis. Segera ia menarik tangan Rani dan membawanya masuk ke kamar. Ia celingukan ke kiri dan kanan sebelum menutup pintu karena takut ada orang yang mengira ia berbuat macam-macam.
CUT TO.
29. INT. DI TEMPAT KOSAN — BEGIN MONTAGE
- Adipati melihat Rani basah kuyup dan langsung berlari membawa handuk dan pakaian gadis itu di kamarnya.
- Adipati menyuruh Rani berganti baju.
- Setelah Rani berganti baju, Adipati duduk di sampingnya di ranjang.
END MONTAGE.
30. INT. DI DALAM KOSAN ADIPATI — MALAM
Pemain: Adipati - Rani
Adipati tak bisa menahan diri untuk tidak menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada Rani.
ADIPATI
Sebenernya apa yang udah terjadi sama kamu? Bukannya kamu bilang akan pergi ke pestanya Wira?
Rani memeluk lututnya sendiri dan menatap lurus ke depan.
RANI
Iya, dia bawa aku ke rumahnya. Tapi aku nggak pernah berpikir kalau pestanya akan seperti itu.
ADIPATI
Seperti apa maksud kamu?
RANI
(menghela napas panjang)
Semua yang datang pakai bikini. Mereka berenang, berpasangan, minum bersama, dan juga bermesraan. Pati, aku udah datang ke tempat yang salah.
Adipati terbelalak mendengar penjelasan Rani.
ADIPATI
Sekarang kamu jadi tahu sendiri, kan. Lalu kenapa kamu nangis?
RANI
Mereka semua ngetawain aku.
ADIPATI
Kamu dipermaluin?
Rani mengangguk disusul air matanya yang kembali jatuh.
RANI
Beberapa dari mereka mendorong aku ke kolam renang. Aku udah bilang nggak mau mengganti pakaianku dengan bikini, tapi mereka nggak mau dengar. Wira juga nggak menahan teman-temannya, malah ikut ngetawain aku.
ADIPATI
Lalu kamu pulang sendiri, dan Wira nggak nganterin kamu?
Rani malah menangis menjadi-jadi dan tidak menjawab pertanyaan Adipati.
ADIPATI
Keterlaluan banget. Aku akan beri perhitungan sama dia!
Rani menahan tangan Adipati yang mulai terpancing emosi dan beranjak untuk melakukan apa yang dikatakannya.
RANI
Kamu nggak perlu ngelakuin itu!
Wira udah bantu aku keluar dari kolam itu. Tapi kawan-kawannya nahan dia buat ngejar aku.
Adipati mengembuskan napas kesal. Ia duduk kembali dan mengempaskan punggungnya ke dinding.
ADIPATI
(berkata geram)
Kalau gitu berhentilah bersedih!
RANI
(menggerutu)
Dia baik banget sama aku. Aku nggak nyangka kehidupannya akan seliar itu. Dia terlihat begitu bahagia sama teman-temannya, tapi di satu sisi aku juga merasa dia ingin mengistimewakan aku, mungkin teman-temannya menjadi penghalang.
ADIPATI
(berkata dengan kesal)
Dan kamu tetap masih memujanya meski seperti itu cara dia mengistimewakan kamu?
RANI
Pati, aku percaya, ada saatnya dia harus meninggalkan teman-temannya dan lebih memilih pasangannya.
ADIPATI
Tapi kamu bukan pasangannya! Kalau kamu ingin bisa sama dia, kamu harus jadi seperti mereka!
RANI
(berkata polos)
Harus punya banyak uang? Cantik, seksi, dandan, suka minum, dan pintar dansa? Aku bahkan belum pernah berkencan dengan pemuda mana pun. Kalau mereka tahu itu, mereka pasti akan ngetawain aku lagi!
ADIPATI
Kamu bakal ngelakuin semua itu demi bisa bersama Wira?
RANI
Kenapa enggak?
ADIPATI
(berkata berang)
Apa?
RANI
Kalau dipikir-pikir ... aku ini memang terlalu polos.
ADIPATI
Oh?
RANI
Sering banget aku melihat orang-orang itu membicarakan tentang pasangannya. Bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama, berkencan, dan melakukan ... seks. Tapi aku nggak ngerti sama sekali. Jangankan berciuman, bergandengan tangan aja nggak pernah!
Adipati merasa muak mendengar apa yang Rani katakan.
RANI
(merengek seperti anak kecil)
Pati, aku ini ketinggalan zaman banget, kan? Aaakh, gimana aku akan memulai semua itu? Aku udah setua ini! Semakin lama, aku merasa nggak percaya diri dalam bergaul!
Rani terus mengeluarkan kata-kata yang menurut Adipati tidak penting dan tidak masuk akal untuk dicerna. Dia terus menyalahkan dirinya sendiri, menganggap dirinyalah yang tidak bisa beradaptasi dengan kehidupan Wira.
RANI
Aku ini bener-bener kuno, deh! Aku nggak pandai bergaul. Aku nggak memiliki pengalaman apa pun!
Karena geram dengan perkataan Rani yang terus merendahkan dirinya sendiri dan begitu memuja Wira, Adipati seketika menarik tengkuk Rani dan menciumnya selama beberapa saat.
Rani tercengang dengan perlakuan Adipati barusan. Ia tidak bisa merespons apa pun dan malah terbelalak setelah Adipati menarik diri.
ADIPATI
(menceletuk)
Gimana? Apa pengalaman ini bisa sedikit mengembalikan kepercayaan diri kamu?
(memandang Rani yang masih terbengong-bengong)
Tapi ini bukan untuk memulai menjadi seperti teman-temannya Wira, ingat ya! Jangan memaksakan diri kamu melakukan sesuatu yang nggak kamu sukai demi menyenangkan hati orang lain. Itu akan bikin kamu semakin membenci dirimu sendiri kalau nanti udah nggak ada lagi cara. Tinggalin sesuatu yang nggak memberi kamu kebaikan, walaupun kamu sangat menginginkannya. Karena Tuhan bisa aja memberi kebaikan dari sesuatu yang datang nggak terduga!
RANI
(memanggil lirih)
Pati ....
(memukul dada Adipati dan berteriak kesal)
Beraninya kamu mengambil ciuman pertama aku!
ADIPATI
(gelagapan)
Eh? Eh, eh!
RANI
(merengek)
Aku emang belum pernah melakukannya, tapi bukan berarti aku ingin melakukannya!
ADIPATI
Kamu pengen banget berpengalaman, kan?
RANI
Tapi nggak sama kamu!
ADIPATI
Kenapa? Apa kamu ingin kita pacaran dulu?
RANI
Kamu itu bukan tipeku!
ADIPATI
Kalau aku jadi Wira, kamu juga bukan tipeku!
RANI
Aku nggak peduli!
(Rani memberontak. Dia mencubiti perut Adipati yang meloncat-loncat berusaha menghindar)
Seharusnya ini buat Wira! Kamu udah mencurinya!
ADIPATI
Wira lagi, Wira lagi! Nih, aku kembaliin!
Geregetan, Adipati kembali mendorong kepala Rani dengan kedua tangannya ke depan, kembali menekankan sebuah ciuman gemas.
RANI
Mmm!
Rani terguncang keras saat Adipati melepaskan kecupannya, setelah sempat mengerang dan coba melakukan perlawanan. Napasnya tersengal-sengal dengan mata membulat. Adipati tak bisa menahan senyum melihat ekspresi lucu tetangga dekatnya tersebut.
RANI
(memekik berang)
Pati!
Adipati tahu Rani akan marah atas kenakalannya, tapi suara guruh mendadak menggelegar di atas sana. Disertai kilatan petir yang memecah gelapnya malam hingga menembus kaca jendela. Secara bersamaan, lampu di ruangannya mati. Rani berteriak ketakutan. Dia meloncat seraya mendekap erat tubuh Adipati, menyembunyikan wajah di dada bidangnya.
Rani mempererat pelukannya, dan Adipati semakin kesulitan bergerak.
RANI
Pati, aku nggak mau balik ke kamar. Aku takut tidur sendirian!
ADIPATI
Kamu boleh tidur di sini sampai listriknya nyala lagi.
CUT TO.