19. INT. DI DALAM KAMAR KOS — MALAM
Pemain: Adipati. Rani
Setelah selesai beres-beres di kamar kos barunya yang berhadapan dengan kamar kos Adipati, Rani berjalan sambil membawa dua piring nasi goreng spesial menuju kamar Adipati. Adipati baru selesai mandi dan mempersilakan masuk. Mereka makan bersama.
RANI
Aku sengaja masak banyak malam ini. Kamu harus ikut menghabiskannya, ya!
Adipati tersenyum dan mengangguk. Adipati baru mau menyuapkan nasi gorengnya, tetapi Rani tiba-tiba mencegah.
RANI
Eh, eh, tunggu sebentar!
Rambut kamu masih basah gitu!
Keringin dulu, deh.
Rani beranjak mengambil handuk di sekitar situ.
ADIPATI
Aku udah biasa ngebiarinnya kayak gini.
RANI
Itu akan sedikit mengganggu.
(Sambil terus berceloteh, Rani kembali ke meja)
Ini, keringkan dulu aja.
Rani menyerahkan handuk yang agak basah bekas mandi itu pada Adipati, tapi dia malah bengong.Rani berdecak dan ia segera ia berpindah tempat di sebelah Adipati untuk bertindak mengeringkan rambutnya.
ADIPATI
(berbicara dengan kikuk)
Eh, eh, nggak usah. Aku bisa melakukannya sendiri.
RANI
Nggak apa, aku tahu semua cowok tuh malas mengeringkan rambutnya.
Adipati merasa canggung. Ia masih diam saja bahkan sampai Rani selesai membuat rambutnya setengah kering.
RANI
Sudah, ayo kita makan.
Rani dan Adipati lanjut makan.
ADIPATI
Kamu pintar memasak rupanya. Ini enak!
Rani tersenyum tipis.
RANI
Sejak kecil aku hidup sama ayahku aja, jadi aku harus bisa membantunya mengerjakan tugas rumah.
ADIPATI
Ibu kamu udah nggak ada?
RANI
Iya. Ibuku udah meninggal saat melahirkan aku. Tapi aku mendapatkan kasih sayang seorang ibu dari ayahku juga, jadi aku nggak akan sedih ataupun tersinggung membahasnya.
ADIPATI
Baguslah. Kamu gadis yang cukup tangguh. Ayahmu pasti mengajarkan banyak hal sampai kamu jadi sekuat ini!
RANI
Kamu benar banget!
ADIPATI
Ayah kamu nggak menikah lagi?
RANI
Dia cinta banget sama ibuku.
ADIPATI
Kamu pasti mencemaskan ayah kamu saat ini karena sendirian di sana.
RANI
Sepertinya Ayah yang lebih mencemaskan aku. Kamu tahu? Ayahku nggak pernah bisa jauh dari aku. Meski aku udah SMA, dia selalu mengantar dan menungguku di sekolah sampai aku pulang!
ADIPATI
Oya? Lalu kenapa akhirnya dia bisa rela mengirimmu sekolah jauh di sini?
RANI
Aku, kan begitu pengen menjadi desainer. Ayah sudah melihat semua desain-desain pakaianku, dan juga mimpi-mimpiku, dia sangat mendukungku. Tapi sepertinya Ayah juga tahu lulus SMA nggak membuatku senang, karena di sana nggak ada sekolah khusus untuk desain. Ayahku jadi terbebani banget waktu aku mutusin untuk nggak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Benar-benar suatu kejutan deh, saat Ayah akhirnya mengizinkan aku bersekolah di sini. Untuk yang pertama kali dalam hidupnya, Ayah melepaskan aku sendirian, di kota asing ini.
ADIPATI
Kenapa ayahmu nggak ikut sama kamu aja?
RANI
Ayahku harus mengurus bisnisnya di sana. Kalau Ayah ikut ke sini, itu pasti akan sulit karena harus mencari pekerjaan baru.
ADIPATI
Benar juga. Saat ini ayahmu pasti lagi mikirin kamu. Dia pasti sangat mencemaskan kamu.
RANI
Aku harus memberinya kabar setiap tiga jam sekali, dan aku harus menceritakan apa saja yang terjadi.
ADIPATI
Oya? Wah, sangat protektif. Apa kamu juga menceritakan makan malam kita sekarang ini?
RANI
Selama di sini, aku harus menjauhi laki-laki. Aku diminta berjanji untuk nggak berpacaran dengan pemuda mana pun sampai aku lulus nanti.
ADIPATI
Aih, begitu. Walaupun kita hanya berteman?
RANI
Ya, sekalipun hanya tetangga, bisa jadi dia akan lebih posesif.
ADIPATI
Dia pasti akan bunuh aku kalau tahu kamu masuk ke kamarku!
RANI
Setiap kali telepon sejak aku meninggalkannya, Ayah pasti akan selalu mendoakan supaya aku bertemu dengan seseorang berhati malaikat, yang bisa menjagaku menggantikannya. Nggak ada yang lainnya, hanya itu. Dia sangat takut aku kesulitan seorang diri di sini.
Mereka terus mengobrol sambil menyantap nasi goreng. Rani bercerita panjang lebar tentang hidupnya dan Adipati menanggapi
RANI
(protes)
Dari tadi aku terus yang cerita. Sekarang giliran kamu, dong!
ADIPATI
Aku?
RANI
Ceritain tentang diri kamu, kehidupanmu.
ADIPATI
Hidupku biasa-biasa saja, nggak ada yang menarik.
RANI
Seenggaknya aku harus tahu tentang keluargamu. Sekarang ini kita berteman, kan?
ADIPATI
Ya udah.
Kalau kamu hanya punya ayahmu, aku hanya punya ibu. Tapi dia nggak seposesif itu sama aku. Justru aku dibiarin bekerja keras untuk bisa menghidupi diri sendiri. Ibuku bisa marah kalau aku mengeluh tentang permasalahanku.
RANI
Itu pasti karena kamu anak laki-laki. Dia ingin kamu jadi pemberani dan mandiri!
ADIPATI
Betul!
RANI
Lalu, di mana ayah kamu?
ADIPATI
Ayahku? Entahlah, dia pergi ninggalin ibuku saat aku masih sangat kecil.
RANI
Eh? Kenapa?
ADIPATI
Kita makan saja dulu, sebelum aku nggak berselera karena membicarakannya!
RANI
Oh? Ya sudah.
CUT TO.
20. EXT. JALANAN DEKAT KOS-KOSAN — PAGI
Pemain: Adipati, Rani
Adipati sedang berjalan sendirian sambil menahan ransel di satu pundaknya.
RANI
(memanggil dengan setengah berteriak)
Pati!
Adipati menoleh dan melihat Rani berlari ke arahnya. Ia celingukan ke kanan dan ke kiri untuk memastikan, lalu mengerutkan kening pada Rani.
RANI
Iya, aku manggil kamu, Pati!
ADIPATI
(tersenyum geli)
Oh, sebelumnya nggak ada lho yang memanggilku seperti itu. Mereka lebih sering memanggilku Adi.
Rani dan Adipati berjalan beriringan menuju kampus dengan melewati jalan pemukiman, tanpa melewati jalan raya.
RANI
(terkekeh lepas)
Nggak apa-apa, kan kalau aku beda sendiri? Aku lebih suka panggil kamu Pati.
ADIPATI
Boleh, khusus buat kamu, deh!
RANI
(nyengir)
Kamu biasa pulang pergi sendirian?
ADIPATI
Iya.
RANI
Kita sekarang ini tetangga, kayaknya lebih baik kalau kita berangkat bersama-sama, deh.
ADIPATI
(tertawa lepas)
Nanti kamu akan menemukan beberapa teman perempuan yang bisa nemenin kamu ke mana-mana.
RANI
Keahlian berkelahi mereka pasti nggak sebaik kamu!
Adipati tergelak mendengarnya.
CUT TO.
21. EXT. PELATARAN KAMPUS — SIANG
Pemain: Adipati, Rani
Rani berjalan menuju Adipati yang sudah menunggunya di dekat taman kampus. Hari-hari kuliah sudah berjalan beberapa hari. Rani sudah mendapatkan beberapa teman baru di kelasnya dan belajar dengan baik.
RANI
(menyapa dengan ceria)
Pati, udah nunggu lama ya?
ADIPATI
(tersenyum dan menggeleng)
Nggak, kok.
Yuk, langsung pulang.
Rani mengangguk dan mereka pun pulang bersama.
Hampir setiap hari mereka berangkat dan pulang kuliah bersama. Mereka berinteraksi dan berhubungan dengan sangat baik, di kampus ataupun di indekos.
Rani semakin percaya dengan Adipati.
CUT TO.