Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tali Pati Rani
Suka
Favorit
Bagikan
35. TPR skrip #35

113. EXT. TEPI PANTAI — MALAM

Pemain: Adipati, Rani, Wira, Teman-teman Wira

Rani dan Adipati masih berdiri agak jauh dari Wira yang tengah berpesta bersama teman-temannya. Setelah Rani menanyakan perasaan Adipati, lelaki itu masih diam.


RANI
(mengulang pertanyaannya)
Apa kamu mencintaiku, Pati?


Adipati tampak terkejut, tetapi masih diam.


RANI
Katakan padaku kalau kamu memang nggak cinta sama aku.

RANI
Kamu nggak bisa, kan? 
Kenapa ... kamu memendamnya selama ini?
(menatap Adipati yang bungkam)
Apakah ... karena kamu berpikir pada saat itu aku telah berjanji pada ayahku untuk enggak berurusan dengan cinta? Ataukah karena ... kamu berpikir aku nggak mencintai kamu?
(masih mencecar Adipati)
Ibu kamu berkata benar. Hanya orang bodoh yang mempertanyakan cinta setelah dua orang memilih hidup bersama. Dan kamu membuatku seperti orang bodoh selama ini!

ADIPATI
Rani.

RANI
(menyela)
Aku selalu ingin melakukan apa pun demi menepati janji pada ayahku. Aku bersedia hidup dengan orang yang telah berjanji pada ayahku. Tapi bagaimana aku bisa lupa, kalau kamu juga telah berjanji atas nama ayahku untuk selalu ada untukku?


Pria itu pun tampak melepas napas dengan pasrah. Menatap Rani dengan tatapan sayu dan penuh sesal.


RANI
Hanya karena kamu nggak mengucapkannya di depan ayahku, kamu merasa janjimu itu lemah? Sekarang setelah semua ini terjadi, siapa yang harus disalahkan dan menyesal? Hanya demi cinta dan cita-citaku, kamu memilih untuk melepaskan aku! Kamu nggak ngebiarin aku bertanggung jawab, dan memilih untuk menanggung semua itu sendiri?


Adipati tampak menelan ludah. 

ADIPATI
Kamu sangat menginginkan Wira yang menjadi suamimu.

RANI
Ya, itu karena aku nggak benar-benar tahu kamu mencintaiku! Apa kamu tahu? Aku nungguin kamu! Aku menunggu kamu mengatakannya! Tapi kamu berpikir hubungan kita saja sudah cukup membuatku yakin? Kamu salah, Pati. Aku tetaplah wanita yang membutuhkan kepastian!


Adipati memanggil nama Rani tanpa suara, seakan memohon maaf untuk kebodohannya itu.


RANI
Kamu pernah cerita tentang perjodohan ibu dengan ayahmu yang nggak saling cinta. Mereka mempertahankan pernikahan hanya karena kamu yang udah telanjur ada. Akhirnya waktu membuat ayahmu meninggalkan ibumu demi wanita lain. Aku takut kamu melakukan hal yang sama kalau kamu bertahan denganku hanya karena Ara, Pati. Aku takut banget saat itu.


Adipati membeliak begitu Rani mengungkap satu-satunya alasan dirinya membutuhkan adanya cinta dalam sebuah pernikahan. Ya, kisah mereka hampir sama dengan kisah ibu dan ayah Adipati.


RANI
Bodohnya aku, menilai kamu akan sama saja dengan ayahmu.

ADIPATI
Aku sudah pernah mengatakannya, Rani. Hari itu saat aku mengantar keberangkatanmu ke Hollywood. Kamu nggak dengar! 


Rani mengingat momen itu selintas.


ADIPATI
Nggak apa. Pertemuan kita di Purwokerto, jadi membuatku tahu bagaimana perasaan kamu yang sebenarnya ke aku.


Tak terima dengan alasan Adipati yang menurutnya terlalu pasrah dan tidak jantan, Rani mengeraskan suaranya dengan berang. 

RANI
Kamu pikir dirimu siapa? Kamu pikir kamu serendah itu sampai-sampai akan sulit buat aku bisa jatuh cinta sama kamu, hah?! Bahkan saat aku memutuskan untuk menikah dengan lelaki lain, kamu masih saja bungkam!

ADIPATI
Rani?


Kemarahan Rani menegun Adipati. Ia tidak peduli. Tidak akan ada pula yang mendengarnya. Mereka semua sibuk berpesta, dan Rani tak ingin lagi memendam dusta. Namun itulah yang sebenarnya terjadi. Rani berharap Adipati mau membuktikan bahwa dirinya lebih layak bersama Rani daripada Wira.


RANI
Setelah tahu semua itu, apa kamu pikir aku bisa hidup dengan tenang? Aku sangat menyesal! Kamu sudah melibatkan aku dalam banyak masalah! Karena kebungkaman kamu itu, aku jadi selalu memikirkan bagaimana caranya agar aku nggak bergantung sama kamu terus menerus! Apa kamu pikir selama lima tahun pernikahanku, aku benar-benar bisa tanpa kamu?

ADIPATI
Apa?

RANI
Kamu nggak tahu, Pati, gimana aku selalu memanggil nama kamu setiap aku merasa tersudut. Kamu nggak tahu, bagaimana penglihatanku menjadi bermasalah karena aku terus melihat Wira sebagai dirimu! Setiap kali Wira memanggilku, yang kudengar adalah suara kamu. Bahkan ketika aku bersamanya, yang ada di pikiranku hanyalah kamu! Aku berpikir mungkin saja aku bisa membuang semua kebiasaan itu seiring waktu, tapi ternyata aku nggak mampu.

RANI
Kalau Wira sampai tahu ini, bagaimama dia bisa memaafkan aku? Aku sudah menjadi kejam karena kamu! Sekarang, bagaimana kamu akan mempertanggungjawabkan ini? Aku benci sikap pecundang kamu itu!


Rani sudah tidak tahan lagi menutupi kebohongannya selama ini, selama masa pernikahannya dengan Wira. 


ADIPATI
Rani, maafin aku!


Adipati baru akan menyentuh kedua lengan Rani yang mulai tak terkendali, mungkin sebagai upaya menenangkannya, tapi Wira tampak berjalan ke arah keduanya. Buru-buru Adipati berpaling. Rani pun segera menyeka air yang menggenang di sudut pelupuk matanya.


WIRA
Maaf, udah lama ninggalin kalian.

ADIPATI
Kamu bisa melanjutkan pestanya. Kami akan menunggu di sini.

WIRA
Nggak enak harus ninggalin kalian di sini.

ADIPATI
Nggak apa, nggak perlu sungkan.
(Adipati memaksa, sangat jelas dia ingin bisa bicara pada Rani dari hati ke hati lagi)


Sesuatu meledak dengan sangat indah di udara. Tepat pada pukul dua belas, kembang api dari pusat kota di seberang lautan mulai menyala-nyala. Mereka bersahutan di langit, meletup-letup dengan berbagai warna diriingi bunyi letusan yang khas.


WIRA
(berseru)
Woah, pesta kembang apinya dimulai!


Pemandangan menakjubkan yang menghiasi langit hitam itu menarik perhatian teman-teman Wira dan Rani hingga mereka menghampiri ke tepi pantai.

Wira tiba-tiba memeluk Rani dari belakang, mengagetkan Rani dan Adipati. Rani cemas seketika.


WIRA
Kapan terakhir kali kamu merayakan tahun baru?

ADIPATI
Itu udah lama banget. Dulu pada saat masih kuliah. Di kosan, dengan seorang gadis.

WIRA
Woaaah, kekasihmu?

ADIPATI
Ya, dia ibu dari anakku.

WIRA
Ah, kenangan manis yang menyakitkan!

ADIPATI
Ya, begitulah. Sangat menyedihkan, karena sampai saat ini aku masih begitu mencintainya. Karena itu, sangat sulit buatku mencari penggantinya.


Adipati kembali memberikan jawaban di luar dugaan. Rani terperangah dibuatnya.


WIRA
Kalau kemungkinan untuk kembali memang nggak ada, kamu harus coba kasih kesempatan pada wanita lain.


Adipati mengalihkan pandangannya dari Wira ke Rani yang mulai merasakan panas di dadanya. Sepertinya Adipati sengaja melakukannya untuk menjawab penantian Rani selama ini.


TEMAN-TEMAN WIRA 
Wira!


Kemesraan yang dipamerkan Wira terganggu saat teman-temannya berteriak memanggilnya. Mereka melambaikan tangan di tengah pesisir, meminta Wira untuk datang.


WIRA
Sebentar, ya!


Wira kembali meninggalkan Rani bersama Adipati, karena teman-temannya telah menyiapkan kembang api besar dan mereka membutuhkan Wira untuk bantuan menyalakannya.


ADIPATI
Aku tunggu kamu di mobil! 


Adipati menarik perhatian Rani padanya. Rupanya dia masih ingin melanjutkan pembicaraan mereka tadi.


Rani menggeleng. 

RANI
Aku nggak mau. Nggak ada lagi yang harus kita bicarakan.

ADIPATI
(memohon dengan mata berkaca-kaca)
Rani, tolonglah! 

RANI
Nggak!

ADIPATI
Kita akan menyelesaikan ini bersama-sama untuk menjaga hubungan baik kita!

RANI
Percuma aja.

ADIPATI
(memaksa)
Kamu masih punya janji sama aku!

RANI
Lupain aja. Ibu kamu juga berkata benar, walau bagaimanapun aku akan bertanggung jawab atas kepergianku selama itu, nggak akan bisa mengubah keadaan. Kembali ke kamu, hanya akan membuatmu rugi.


ADIPATI
Ibuku bilang gitu?

RANI
Aku nggak akan pernah bisa menjadi Rani-mu lagi. Aku nggak akan bisa benar-benar menjadi milikmu. Jadi aku mencabut janjiku untuk bertanggung jawab. Mulai sekarang, kita udah nggak memiliki keterikatan lagi.

ADIPATI
Rani?

RANI
Kembalilah pada kehidupanmu yang dulu tanpa aku. Dan aku akan kembali pada kehidupanku bersama Wira.

ADIPATI
Bagaimana dengan anak kita?

RANI
Aku nggak akan menemuinya lagi.

ADIPATI
Apa? Kamu yakin?


Rani bergegas menyusul sang suami karena ia takut Adipati akan semakin memaksanya, atau malah membuatnya tak berdaya menolak. Sebelum Rani luluh, ia pun memilih meninggalkan pria itu.


ADIPATI
Rani!


Rani memutar badan sesaat melihat wajah sedih Adipati, akan tetapi ia tidak ingin menghentikan langkahnya. Rani akan benar-benar kembali pada Wira.

CUT TO.




Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar