FLASHBACK
jelang satu tahun pelatihan di Los Angeles.
62. INT. RUMAH ADIPATI — PAGI
Pemain: Adipati, Rani, Ibunya Adipati
Adipati begitu senang karena melihat nama Rani memanggil di ponselnya. Adipati sudah merindukan Rani dan menunggu kepulangannya.
RANI
Pati.
ADIPATI
Rani? Aku baru akan menghubungi kamu. Astaga, rasanya aku udah nggak sabar nunggu lusa. Pokoknya aku akan menjemput kamu di bandara satu jam lebih awal!
RANI
Pati, aku udah balik dari Los Angeles dua hari lalu.
ADIPATI
Apa?
RANI
Ya, sekarang ini aku udah ada di Purwokerto. Maaf aku baru kasih tahu kamu.
ADIPATI
Apa terjadi sesuatu? Kenapa mendadak?
RANI
Aku pernah memberitahu kamu ayahku sedang sakit.
ADIPATI
Iya, gimana dengan kondisinya sekarang? Apa kamu pulang karena itu?
RANI
Ayah udah nggak ada. Ayah meninggal dunia semalam.
Adipati terkejut sekaligus kecewa, tetapi kemudian ia sadar kalau Rani sedang bersedih.
ADIPATI
Rani, tenanglah. Kuatkan diri kamu. Tunggulah aku, aku akan berangkat ke sana sekarang juga!
RANI
Nggak. Nggak perlu.
ADIPATI
Apa? Kenapa?
RANI
Pati, kamu harus menjaga Ara.
ADIPATI
Kamu nggak usah mikirin itu. Ibu akan menjaganya selama aku pergi. Setelah ayahmu dimakamkan, kita bisa kembali ke sini bersama.
Adipati bergegas mengemasi barang-barangnya dengan cekatan. Ibu datang memasuki kamar sambil menggendong Jia yang telah berusia empat belas bulan.
IBUNYA ADIPATI
Adi?
ADIPATI
Ibu, aku harus pergi sekarang. Aku titip Ara, ya.
IBUNYA ADIPATI
Kamu teh mau ke mana? Kenapa terburu-buru?
ADIPATI
Rani udah pulang ke Purwokerto, Bu. Ayahnya meninggal dunia tadi malam.
IBUNYA ADIPATI
(terkejut)
Ibu mau ikut juga atuh!
Ayahnya teh belum pernah melihat cucunya. Setidaknya Ara tahu kampung halaman ibunya.
ADIPATI
Nggak usah, Bu. Ibu di sini aja jagain Ara. Ara lebih aman di sini dulu. Suasana di sana pasti lagi kacau. Begitu selesai pemakaman, kami berdua akan pulang ke sini.
IBUNYA ADIPATI
Ya sudah. Sampaikan pada Rani, Ibu sangat berduka. Semoga dia kuat menerimanya. Kamu harus selalu bersamanya, dan jangan biarkan dia sendirian, ya. Dia pasti sangat hancur.
ADIPATI
Ibu jangan khawatir. Aku pergi, ya!
CUT TO.
63. EXT. PELATARAN RUMAH RANI — SIANG
Pemain: Adipati, Rani, Wira
Adipati sudah menemukan alamat rumah Rani setelah naik kereta selama sekitar enam jam lebih. Adipati bisa melihat Rani yang tengah menangis dan hendak menghampirinya, tetapi ia melihat seorang pria yang tak lain adalah Wira keluar dari dalam rumah Rani dan merangkul Rani.
RANI
Pati!
(Tiba-tiba Rani menegur lamunannya. Dia sudah berdiri di hadapan Adipati dengan mata sembap)
Adipati mengerjap, mengira dirinya sedang berhalusinasi. Namun di belakang Rani, ia melihat Wira sedang berbicara dengan telepon di sudut ruang.
RANI
Kamu baru sampai?
Adipati mengangguk satu kali.
ADIPATI
Aku turut berduka atas kepergian ayah kamu.
Rani merunduk sedih.
ADIPATI
(menunjuk Wira yang berada jauh dari jangkauan mereka)
Dia ....
RANI
(berujar dengan nada menyesal)
Pati, maafin aku. Aku nggak jujur sama kamu soal Wira selama aku sekolah di sana.
Adipati mengernyit.
RANI
Aku sendiri juga nggak tahu dia akan nerusin pendidikan masternya di universitas seni yang sama. Kami bertemu, lalu ....
Adipati mengubah ekspresi wajahnya jadi tak bersahabat.
RANI
Aku udah berusaha menjauhinya, tapi dia selalu punya cara untuk membuatku percaya. Pati, kamu tahu aku ini sangat penakut. Aku nggak bisa melakukan semuanya sendirian, tapi Wira ... dia selalu datang dan menawarkan diri untuk membantuku. Aku melihat dia begitu tulus, akhirnya aku pun jadi sering mengandalkannya karena di sana nggak ada orang lagi yang kukenal.
Adipati mssih diam dan bertahan. Ia tatap lurus-lurus wanita itu, tak ingin gegabah mengambil kesimpulan.
RANI
Ketika Ayah memberitahukan kondisinya, Wira yang menemaniku pulang dan mengurus semuanya, sampai aku bisa menyelesaikan pelatihanku dengan cepat dan mendapatkan ijazah.
ADIPATI
(Mengangguk mantap)
Ucapkan terima kasih padanya, setelah itu dia bisa kembali ke tempat asalnya. Begitu pemakaman ayahmu selesai, aku akan bawa kamu ke Bandung.
RANI
Pati, maafin aku, aku nggak bisa ikut sama kamu.
(Rani menolaknya dengan sungkan-sungkan)
Sontak saja Adipati kaget.
ADIPATI
Kenapa?
RANI
Beberapa hari terakhir selama kondisi Ayah menurun, Wira membantuku merawatnya.
Adipati kaget dan tercenung sesaat.
RANI
Ayah melihatnya sebagai pemuda yang baik. Sehari sebelum meninggalkan kami, Ayah meminta Wira berjanji untuk menikahiku.
Sungguh aku ingin sekali berterus terang pada Ayah tentang kita dan Ara. Tapi ... tapi aku nggak tega. Ayah begitu bahagia melihatku sama Wira. Bahkan Ayah jadi lebih bersemangat untuk sembuh di akhir hayatnya. Ayah ... Pati, aku dan Wira udah berjanji pada Ayah. Aku—
ADIPATI
(menyela)
Lalu bagaimana dengan anak kita?
RANI
Seperti bagaimana aku masih menyembunyikannya pada Ayah sampai akhir hayatnya, aku juga harus—
ADIPATI
Kamu nggak akan mengakui putrimu di depan Wira?
(Adipati sengaja memotong kalimat Rani karena ia akhirnya tahu maksud dari semua ini.)
RANI
Pati, kamu boleh marah padaku karena ini. Tapi bagaimana aku bisa mengkhianati ayahku?
ADIPATI
Jadi, kamu akan menikah dengannya, dengan merahasiakan anak kita?
RANI
Aku dan Wira saling mencintai, aku pikir—
ADIPATI
Aku bertanya mengenai status anak kita!
RANI
Aku janji, aku nggak akan melalaikan Ara. A-aku juga berjanji akan membuatkan gaun dari desainku sendiri untuk Ara setiap bulannya.
ADIPATI
Ara nggak butuh gaun, Rani! Dia butuh ibunya!
RANI
Pati, aku udah melakukan kebohongan besar pada ayahku. Kebersamaan kita, hanya karena kesenangan aja. Kalau kita tetap hidup bersama tanpa cinta, apa bisa?
Bukankah itu sama aja dengan aku menjalani kebohongan lagi? Sumpah yang aku ucapkan di depan Ayah, akan menjadi kebohongan juga kalau aku nggak menepatinya. Apa aku bisa menanggung akibat dari semua kebohongan itu di sisa hidupku nanti?
ADIPATI
Kamu selalu melakukan apa yang kamu mau. Dan aku nggak pernah bisa melarang itu. Lakukanlah, lakukan.
Rani menggapai tangan Adipati dan menggenggamnya.
RANI
Kamu mau berjanji padaku untuk selalu memberikan kabar perkembangan putri kita padaku, kan? Aku mohon ....
WIRA
Rani?
Cepat-cepat Rani melepaskan tangan Adipati yang tertegun dibuatnya.
WIRA
Keluargaku sudah datang, kamu bisa menemui mereka sekarang, kan?
Adipati merasa sakit hati saat melihat Wira merangkul Rani. Sejenak memberi salam pada Adipati dengan menundukkan kepala, Wira pun mengajak Rani pergi meninggalkannya.
END OF FLASHBACK