Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tali Pati Rani
Suka
Favorit
Bagikan
4. TPR skrip #4

FLASHBACK - 8 TAHUN LALU

15. EXT. DI STASIUN KERETA API PURWOKERTO — PAGI

Pemain: Rani, Ayah Rani

Ayah mengantarkan Rani dengan wajah sedih karena Rani tak pernah pergi jauh sebelumnya. 


AYAH
Semoga Tuhan menjagamu selalu, Putriku.


Rani mengangguk dan tersenyum untuk meyakinkan sang ayah.

RANI
Aamiin. Rani akan baik-baik aja di Jakarta, Ayah.
Ayah nggak perlu khawatir.


AYAH
(bersuara agak parau karena menahan tangis)
Bagaimana Ayah nggak khawatir? Ini pertama kalinya Ayah melepasmu untuk pergi jauh. Kamu satu-satunya yang Ayah punya setelah ibumu tiada.


RANI
Ayah, Rani pergi juga, kan, untuk sekolah, untuk menggapai cita-cita Rani jadi desainer. Rani janji akan menjaga diri sendiri dengan baik.

AYAH
Semoga Tuhan mengirimkan malaikat penjaga-Nya untukmu, Sayang.


RANI
Aamiin.
Jaga diri Ayah baik-baik. Jaga kesehatan Ayah selama Rani nggak ada.


Ayah pun mengangguk dan memeluk Rani dengan menahan tangis. 

Terdengar pengumuman kalau kereta akan berangkat sebentar lagi. 

Mereka melepaskan pelukan. 

Rani melambaikan tangan dan bergegas masuk ke pintu keberangkatan untuk naik ke kereta yang sebentar lagi akan melaju.

CUT TO.


16. EXT. DI JALANAN DEKAT STASIUN KERETA API SENEN, JAKARTA PUSAT — MALAM

Pemain: Rani, Pencuri, Adipati

Rani sedang berjalan dengan menyeret koper besar dan menenteng tas di bahunya. Ramai lalu lalang orang membuat gadis itu terlihat tak nyaman. Terlebih setelah dia tiba di dekat sebuah gang yang sepi, nyalinya jadi ciut. Lalu, dia melihat pemuda compang-camping yang mendekat padanya dan seketika menarik tas dari bahunya.


RANI
(memekik sambil menarik tasnya) 
Aaaargh.

PENCURI
(menarik kembali tas Rani)
Lepaskan! Berikan ini padaku!

RANI
(berteriak sambil menarik tasnya lagi)
Tidak! Kembalikan tasku! Tolooong!


Adegan tarik menarik masih terjadi antara Rani dan Pencuri, sampai tiba-tiba dari arah belakang muncul seorang pemuda yang tak lain adalah Adipati.


ADIPATI
Woiii! Lepasin!


Rani melihat pemuda itu dan tampak lega. Namun, si pencuri malah menarik tasnya saat Rani lengah hingga Rani jatuh tersungkur.


ADIPATI
Bedebah!


Adipati langsung menahan pencuri yang hendak lari dan menghajarnya. Ia melayangkan beberapa pukulan dan tendangan hingga si pencuri terkapar di tanah. Orang-orang berdatangan dan mengamankan si pencuri. Adipati menghampiri Rani yang terlihat shock dan memberikan tasnya.


ADIPATI 
Ini tas kamu. Kamu nggak apa-apa?


Rani hanya diam dengan sekujur tubuh yang masih gemetar.


Adipati melihat tangan Rani yang terluka.

ADIPATI
Tangan kamu terluka.
Ayo, ikut aku!
(mengulurkan tangan dan berbicara dengan sopan)
Aku akan bantu kamu berdiri. 
Maaf aku harus menyentuhmu.


Rani tak bisa menolak dan dibantu berdiri oleh Adipati.


ADIPATI
Kamu bisa jalan?

Rani mengangguk.


ADIPATI
(melihat koper di tepi gang)
Itu koper kamu? Aku bawain, ya.

CUT TO.


17. EXT. DI DEPAN MINIMARKET — MALAM

Pemain: Rani, Adipati

Adipati membawa Rani ke sebuah minimarket. Mereka duduk di depan minimarket. Adipati mengobati luka lecet di lengan Rani. Rani memandang Adipati dengan tatapan terpana melihat wajah putih pemuda gondrong yang tampak terawat.


RANI
(mengaduh)
Aww!

ADIPATI
Tahan, ya. Ini nggak akan lama, kok.


RANI
Aku baik-baik aja.

ADIPATI
Ini bisa infeksi kalau nggak segera diobati.


Rani terpegun sejenak karena tutur kata dan perlakuan sopan pemuda di hadapannya. Rani kemudian melihat luka kecil di sudut bibir Adipati.

RANI
Kamu juga terluka!


ADIPATI
(berkata enteng)
Aku bisa mengobatinya sendiri nanti.


RANI
Terima kasih, ya ....


ADIPATI
Wilayah ini nggak cukup aman, kamu harus berhati-hati kalau ingin jalan-jalan sendirian di sore hari.


Rani memberanikan diri memperhatikan pemuda di hadapannya lebih intens. Rani merasa kagum karena Adipati sopan dan baik meski ia merasa masih harus berhati-hati.


RANI
(akhirnya bersuara kembali)
Aku baru tiba dari Purwokerto.

ADIPATI
(menatap Rani)
Oh ya?

RANI
Aku ke sini mau mencari kosan. Aku mahasiswi baru di Institut Kesenian Jakarta. Ini adalah hari pertamaku datang ke ibu kota.


Sejenak tertegun, Adipati kemudian tersenyum. 

ADIPATI
Salam kenal. Namaku Adipati. Aku juga mahasiswa di sana jurusan desain interior, semester empat.


Rani ikut tersenyum.

RANI
Senior?


ADIPATI 
Kamu desain interior juga?

RANI
Enggak, fashion design.


ADIPATI
Ah, itu emang cocok sama kamu. Siapa nama kamu?

RANI
Rani.


Adipati manggut-manggut. 

ADIPATI
Oke, Rani. Aku juga tinggal di kosan nggak jauh dari sini. Aku biasa jalan kaki ke kampus karena jaraknya memang lumayan dekat.


RANI
(berkata dengan ekspresi ceria)
Beneran?


ADIPATI
Kalau kamu mau lihat, aku bisa antar kamu ke sana.
D sana juga menerima kos untuk perempuan.


RANI
(sejenak tampak ragu)
Ngg?


Seolah bisa membaca pikiran Rani, Adipati mengeluarkan sesuatu dari dompetnya. 

ADIPATI
Ini kartu mahasiswaku. Kamu nggak perlu takut aku akan menipumu.


Rani pun meringis, memperlihatkan kedua gigi kelincinya. Rani membaca identitas pemuda itu di benda yang diberikannya. Di situ tercatat tahun kelahirannya yang dua tahun lebih awal dari Rani.

RANI
Baiklah, aku ikut sama kamu.


ADIPATI
Oke. Aku kerja di minimarket ini. Kalau kamu nggak keberatan, aku akan izin sebentar pada patner kerjaku.


RANI
Apa aku ngerepotin kamu?

ADIPATI
Ah, nggak. Tunggu sebentar, ya!

CUT TO.


18. INT. DI DALAM RUMAH KOS-KOSAN — MALAM

Pemain: Rani, Adipati

Setelah berjalan kaki, mereka tiba di depan rumah kos-kosan berlantai lima. Adipati membukakan kamarnya di lantai tiga. Setiap lantai berjejer lima kamar yang keseluruhan pintunya berdesain sama, masing-masing menggunakan papan nomor sebagai identitas.


ADIPATI
Ini kamarku, lima meter persegi. Nggak beda jauh dengan kamar lainnya untuk desain dan perabotan dasar. Tersedia AC, air hangat dan lemari es juga. Dua juta setengah per bulan. Kalau ingin harga sewa di bawah itu, kita nggak dapat dapur dan kamar mandi dalam.


Sambil mendengarkan pemaparan Adipati, mata Rani tak berhenti menyisir setiap sudut ruangan. Dia melihat kasur tipe 90x200cm, lemari satu pintu yang tergabung dengan meja belajar, televisi layar datar, AC, juga meja lantai beserta karpet tipisnya. Kamar mandinya sangat sederhana, berjejer dengan dapurnya yang tanpa sekat ruang. 


RANI (V.O.)
Tempatnya rapi dan bersih. Meski nggak sebesar kamarku di Purwokerto, tapi ini bisa dibilang mewah untuk sebuah kosan.


ADIPATI
Rata-rata penghuni di sini tuh mahasiswa, beberapa juga satu kampus dengan kita. Hanya satu-dua saja pekerja migran yang menempati lantai bawah. Kalau kamu tertarik, aku bisa mengantar kamu menemui pemiliknya.


Rani berpikir keras sebelum berani memutuskan. 


ADIPATI
Atau aku bisa carikan di tempat lain kalau menurutmu ini kurang luas atau nggak nyaman—


RANI
(menyela)
Enggak! Tempat ini pas buat aku yang penakut. Lingkungannya juga bersih. Aku harap, aku bisa dapatkan kamar malam ini juga.


Adipati melebarkan senyumnya.

CUT TO.




Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar