Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
83. INT. DAPUR RUMAH ADIPATI — PAGI
Pemain: Rani, Adipati, Ara, Ibunya Adipati
Rani baru keluar dari kamar, mendatangi Ara yang sedang memasak bersama neneknya. Ara naik ke kursi pendek supaya bisa menjangkau tinggi meja dapur setinggi perut orang dewasa.
Rani berusaha tetap ceria di depan putrinya meski merasa tidak enak hati pada ibunya Adipati.
Rani melakukan permintaan Ara.
Mendengar ibu Adipati mencelanya dengan nada menggumam, Rani tak bisa mencegah matanya untuk tidak menatap punggung wanita itu. Dia mengumpat pada Rani sambil menangani masakan yang lainnya. Apa pun itu, Rani tidak bisa marah atau sekadar ingin menyapanya. Ia menyadari dirinya yang salah. Rani tidak akan membantah walau apa pun yang coba wanita itu katakan untuk menilainya. Bicara pada nenek Ara, hanya akan memperkeruh keadaan. Demi putrinya, Rani akan bertahan.
Namun lagi-lagi demi sang putri, ia harus mampu berbesar hati. Adipati keluar dari kamar, tampak kerepotan memasang kausnya di badan sambil menerima telepon.
Kekesalan dari caranya bicara tentu saja menarik perhatian para perempuan yang ada di dapur. Sekilas dari yang Rani tangkap, Adipati sedang memarahi rekan kerjanya untuk urusan yang dia lalaikan, sungguh pria pemberani. Rani jadi khawatir Adipati akan kehilangan pekerjaannya setelah ini.
Rani tertawa.
Dalam hitungan detik saja, pria yang dibicarakan putrinya sudah berdiri di sebelah Rani. Diacak-acaknya puncak kepala Ara sambil terus bicara pada telepon. Tangan Adipati kemudian bergerak memetik sebutir anggur yang ada di meja itu. Dia melahapnya sambil mengarahkan pandangannya ke mata Rani yang juga tengah menatapnya.
Begitu melihat rambutnya yang basah kuyup karena sehabis keramas, Rani mendengkus. Ia beranjak masuk ke kamar.
CUT TO.
84. INT. DI DALAM KAMAR — PAGI
Pemain: Rani
Lantaran tak menemukan handuk bekas Adipati di meja maupun gantungan dinding, ia berinisiatif mencarinya di laci pakaian. Benar seperti yang diingatnya dari masa lalu saat masih mengandung dan tinggal di rumah ini, Rani menemukan tumpukan handuk yang begitu rapi di dalam sana. Handuk biru di barisan paling atas pun ia tarik kemudian, lalu tiba-tiba sebuah benda jatuh ke lantai di saat yang bersamaan, dari dalam lipatan handuknya.
Itu kotak perhiasan. Rani memungutnya tanpa berpikir panjang.
Rani membukanya. Dua buah cincin emas polos berbeda ukuran terpajang berjejer di situ, sepasang cincin pernikahan.
Rani tercenung mempelajari dugaannya.
Rani kembali keluar setelah meletakkan kotak cincin itu ke tempatnya semula.
CUT TO.
85. INT. DAPUR RUMAH ADIPATI — PAGI
Pemain: Rani, Adipati, Ibunya Adipati
Tanpa canggung ataupun permisi, Rani mengeringkan rambut Adipati dengan handuk itu. Adipati tepekur mencerna perbuatan Rani. Adipati terus menatapnya dalam-dalam.
Rani tersentak. Namun Adipati malah tersenyum penuh arti. Perlahan kening Rani mengerut. Tersungging senyumnya yang ragu-ragu. Agaknya ia tahu ke mana jalan pikiran pria itu, akan tetapi Rani takut terlalu percaya diri. Ketika Adipati mengangkat kedua alisnya mengisyaratkan sesuatu yang tidak Rani mengerti, ia malah merasa sedang digoda. Rani mengangkat dagunya singkat guna mempertanyakan.
Tiba-tiba ibunya sudah berdiri di antara mereka, melepaskan tangan Rani yang melingkar di leher Adipati. Rani dan Adipati pun kaget.
Mata Rani mulai berkaca-kaca.
Rani menahan diri dari kesedihan.
Ibunya Adipati membuang muka.
Cepat-cepat Adipati mengajak ibunya masuk ke kamar sebelum semakin banyak ancaman yang ditebarkannya kepada Rani.
Bahkan air mata yang Rani jatuhkan tak juga mencairkan kebekuan hati wanita itu. Kata-katanya begitu memukul. Rani sakit sekali mendengarnya. Ia merasa sudah seperti wanita terkutuk yang membawa kesialan bagi orang-orang itu.
Ara berlari memeluk Rani.
Cut to.