141. INT. RUANG UTAMA UNIT APARTEMEN — PAGI
Pemain: Adipati, Rani
Adipati terus memperhatikan Rani yang tengah sibuk menyiapkan makanan. Wanita itu berjalan ke arah Adipati yang duduk di ruang utama sembari membawa makanan dalam nampan. Dress putih yang membalut tubuhnya sebatas lutut kian menambah keanggunannya.
RANI
Coba aku lihat.
Rani duduk menghadap Adipati di sofa yang sama. Dia mengambil termometer yang diletakkan di bawah lidah Adipati selama beberapa menit yang lalu. Termometer itu menunjukkan garis merah pada angka 36 derajat celcius.
RANI
Suhu badan kamu udah kembali normal.
Tiba-tiba Adipati meluncurkan kecupan di pipi Rani yang membeliak dibuatnya.
ADIPATI
Akhirnya kamu benar-benar jadi milikku!
Rani tersenyum, lalu memegang sebelah rahang Adipati, mengelusnya dengan tatapan haru.
RANI
Terima kasih, sudah setia menungguku.
Lelaki itu menggenggam tangan Rani itu, menciuminya.
ADIPATI
Jangan pergi lagi. Jangan tinggalin aku dan Ara lagi.
Rani mengangguk berjanji.
RANI
Ya udah. Ayo makan sarapanmu dulu, biar aku suapi.
Semangkuk sop ayam hangat yang baru saja Rani masak sangat menggugah selera. Ketika Adipati menerima suapan pertama sop itu, dia langsung berbinar.
ADIPATI
Umm! Ini enak banget! Apalagi disuapin sama calon istri.
Rani tertawa kecil.
RANI
Kalau begitu habisin.
Rani mengusap sesuatu di sudut bibir Adipati usai menyodorkan suapan keduanya.
Adipati juga menyuapi Rani hingga makanan mereka habis.
RANI
Pati.
ADIPATI
Ya?
Tampak sungkan-sungkan, Rani merapatkan diri ke lengan Adipati.
RANI
Aku ingin kamu menghubungi Ara untukku. Boleh, kan?
Adipati berpura-pura berpikir keras sebelum akhirnya menggeleng dengan tega.
RANI
Kenapa? Apa Ara marah sama aku? Bukannya seharian kemarin kamu belum memberi kabar ke dia? Nggak apa kalau aku nggak bisa bicara sama dia. Aku akan melihatnya aja dari sini.
ADIPATI
Besok lusa hari ulang tahunnya. Kita akan menjemput dan memberinya kejutan di sini.
Tak disangka, malah Rani yang terkejut.
RANI
Ulang tahun Ara?
ADIPATI
Ya, anak kita. Bukankah malam itu aku udah kasih tahu kamu? 0203, itu artinya lusa!
RANI
Aaakh! Ya ampuuun, kenapa aku nggak ingat sama sekali? Ibu macam apa aku ini? Aku udah melewatkan hari jadinya tahun kemarin, kenapa bisa sekarang aku juga melupakan tanggal kelahiran anakku sendiri?!
Adipati tergelak singkat.
ADIPATI
Nggak apa!
RANI
Jadi kamu akan bawa dia kemari?
ADIPATI
Ya. Kita akan merayakan ulang tahunnya di sini. Bagaimana menurut kamu?
RANI
Kalau begitu kita harus cepat-cepat mempersiapkannya! Kita nggak punya banyak waktu lagi!
(mendadak panik, Rani mengambil ponselnya di atas meja dan langsung membuka aplikasi belanja online)
Aduuh, aku harus memberikan kado apa untuk anakku? Mainan apa yang belum Ara punya, ya? Nggak cukup waktu untuk merancang gaun. Ah, apa aku memberinya tablet aja? Pati, kamu ada saran nggak?
ADIPATI
Ara akan suka apa pun dari kamu!
RANI
Itu sama sekali nggak membantu! Aku akan memesan perlengkapan dekorasinya aja dulu. Kita akan menghias apartemenmu ini dengan sangat meriah, bagaimana? Untuk kuenya biar aku yang carikan di toko langgananku. Mereka punya banyak desain kue khusus anak-anak.
Rani tiba-tiba menjadi sangat sibuk dengan ponselnya. Tangannya terus bergerak mengotak-atik benda pintar itu untuk melakukan apa yang dikatakannya. Matanya terus terpusat pada gambar-gambar yang dicarinya.
ADIPATI
Aku akan antar kamu pergi ke toko dan memilih langsung semua yang kamu butuhkan di sana!
RANI
Enggak, Pati. Kamu baru aja pulih. Akan lebih baik kalau kamu istirahat aja seharian ini. Bukankah lusa kamu yang akan menjemput putri kita di Bandung? Kamu harus menjaga stamina untuk bisa mengemudi. Lagi pula aku udah terbiasa belanja dan bertransaksi lewat ponsel.
Adipati manggut-manggut.
ADIPATI
Kalau begitu aku akan membantumu.
Rani mesem.
RANI
Ini, bantu aku memilih desain kuenya!
(melihat-lihat desain kue di toko online)
ADIPATI
Ah, baiklah. Yang ini lucu.
(menunjuk desain karakter anak lelaki)
RANI
Pilih yang karakter anak perempuan, Pati!
ADIPATI
Kenapa harus? Nggak semua anak gadis menyukai boneka!
RANI
Tapi bukan berarti kita harus memilihkan karakter mobil, kan?
ADIPATI
Ah, ya sudah, untuk apa minta pendapatku? Kamu udah tahu harus memilih yang mana.
RANI
Bantu aku pilih desain kuenya, Pati! Kita bisa minta mengganti warna kuenya nanti. Mereka punya pelayanan yang terbaik untuk pelanggannya.
ADIPATI
Oh. Kalau begitu sekalian carikan kue untuk pernikahan kita nanti!
RANI
Patiii, bukan saatnya mikirin itu!
Adipati terbahak.
CUT TO.
142. INT. RUANG TENGAH UNIT APARTEMEN ADIPATI — SIANG
Pemain: Adipati, Rani
Adipati melihat Rani tampak sedikit lega setelah mendapatkan apa saja yang diperlukannya. Apalagi ketika semua barang yang dipesannya datang, Adipati terkesima melihat keantusiasan itu di wajah Rani. Rani benar-benar menghias apartemen Adipati dengan dekorasi penuh kemeriahan dan semangat.
Balon-balon berbentuk abjad dirangkainya menjadi tulisan ucapan ulang tahun yang ditempel di gorden jendela, bersama nama anak mereka dan angka tujuh sebagai penanda usianya. Sementara balon lain berwarna-warni sengaja dipajang di sebuah vas dengan menggunakan tongkat khusus balon, yang kemudian diletakkan di sudut-sudut ruangan. Dekorasi lain yang terbuat dari kertas mengkilap dengan berbagai bentuk pun digantung di bagian atas jendela, tempat Ara akan berdiri meniup lilin ulang tahunnya.
Rani telah merencanakan semuanya dengan sangat matang meski terpikirkan secara dadakan. Adipati hanya menurut saja ketika wanita itu mengarahkannya untuk sebuah bantuan, seperti harus menaiki tangga guna menjangkau area yang tinggi.
ADIPATI
Rani.
RANI
Hm?
ADIPATI
Kamu berpikir nggak, kalau menyewa dua apartemen begini hanya membuang-buang uang aja?
RANI
Apa maksud kamu?
ADIPATI
Kenapa kamu nggak tinggal di sini saja, atau sebaliknya aku yang tinggal di apartemen kamu? Kita bisa simpan uang sewanya untuk tabungan menikah.
Ide Adipati hanya disambut tawa oleh wanita yang sedang sibuk merangkai dekor di lantai.
RANI
Pati, simpan aja pikiran konyol kamu itu! Dan belajarlah dari pengalaman!
ADIPATI
Apa masalahnya? Kita akan menikah, kan? Pada akhirnya nanti kita akan tinggal dalam satu rumah juga!
RANI
Memangnya kapan kita akan menikah?
ADIPATI
Secepatnya! Kita akan rencanakan setelah bicara pada Ibu besok lusa.
Begitu mendengar Adipati menyebut ibunya, senyuman di bibir Rani berangsur terkikis. Pandangannya merunduk seolah ada sesuatu yang tiba-tiba menyurutkan semangatnya.
RANI
Ya, itu pasti. Kita akan bicara padanya.
Mengerti, Adipati pun mengulurkan tangannya untuk dapat menggenggam tangan Rani yang duduk tak jauh darinya.
ADIPATI
Tenanglah, semuanya akan baik-baik aja.
RANI
(menukas)
Walaupun itu nggak akan mudah.
Dia terlihat tidak yakin dengan ucapan Adipati. Wajah murungnya membuat Adipati serba salah. Adipati tahu bagaimana hubungan Rani dan ibunya.
Tak ingin kebahagiaan sang kekasih dalam menyambut kedatangan putri mereka surut, Adipati merasa perlu mengembalikan suasana hati wanita itu seperti semula. Sekonyong-konyong dirinya menyerobot dekor di tangan wanita itu untuk menidurkan kepala ke pangkuannya. Tindakannya itu tentu saja disambut heran oleh calon istrinya.
ADIPATI
Aku ingin kamu berhenti bekerja setelah kita menikah!
RANI
(terkejut)
Apa? Maksud kamu, nggak mendesain lagi?
ADIPATI
Kamu udah punya banyak karyawan, biarkan mereka yang memegang tanggung jawab.
RANI
Tapi aku seorang perancang, mana mungkin aku berhenti merancang?
ADIPATI
Semua wanita bisa beralih profesi setelah dia menikah.
RANI
Pati! Aku keberatan dengan tuntutanmu itu! Untuk apa kamu izinkan aku pergi belajar merancang ke luar negeri kalau pada akhirnya kamu memintaku untuk berhenti? Lebih baik kita nggak usah menikah saja!
ADIPATI
Kalau gitu, ada syarat yang harus kamu penuhi untuk tetap bisa terus bekerja.
Rani mengernyit.
RANI
Syarat?
Adipati mengguman seraya menggigit bibir bawahnya sendiri.
ADIPATI
Setelah menikah kamu harus melayani aku setiap hari, pagi, siang dan malam. Nggak boleh menunda, apalagi beralasan!
Adipati sengaja mengatakannya untuk mengalihkan suasana. Namun jika wanita itu menganggapnya serius dan bersedia demi mempertahankan pekerjaannya, Adipati akan merasa sangat beruntung.
Tak sesuai harapan, Rani sontak ternganga oleh pengajuan syarat konyol Adipati.
RANI
Aakh, ini hanya akal-akalan kamu aja! Aku jadi pengen cekik kamu!
Tawa keduanya pecah, menyeruak ke seluruh ruang
ADIPATI
Kalau kamu bersedia melakukannya untuk suamimu ini, aku berjanji nggak akan ngerepotin kamu! Aku akan mengeringkan rambutku sendiri dan mengembalikan handuk ke tempatnya. Aku juga akan langsung mencuci piringku setelah makan, dan mengangkat tumpukan pakaian di lemari dengan sangat berhati-hati!
Adipati kembali membuat Rani terpingkal-pingkal.
Sepanjang mempersiapkan kejutan untuk putri mereka, Adipati terus saja melihat Rani mengembangkan senyumnya. Ia tahu wanita itu lelah setelah semalaman merawat Adipati yang sakit, tapi dia tetap tak mau berhenti hingga kini malam datang lagi.
Sebuah perasaan yang menggebu di balik dada, membuat Adipati tak tahan ingin menghampiri kekasihnya dan langsung memeluknya dari belakang. Rani yang masih bersukacita mendekorasi ruangan pun tersentak ringan.
RANI
Pati ....
ADIPATI
Istirahatlah, kita bisa melanjutkannya besok.
RANI
Aku nggak akan bisa tenang sebelum menyelesaikan semuanya. Setelah semua ini tertata, kita akan tahu apa kekurangannya.
RANI
Semuanya udah sangat sempurna. Kamu udah memberikan yang terbaik. Aku mengkhawatirkan kondisi kamu.
Adipati menopangkan dagunya di pundak Rani, terus bersuara di dekat telinga wanita itu.
RANI
Aku baik-baik aja!
ADIPATI
Bagaimana dengan rahimmu?
(Satu tangan Adipati yang melingkar di dada pun menurun memegangi perut wanita itu)
Bagaimana kalau itu membuatnya kembali mengalami pendarahan? Aku akan tersiksa banget melihat kamu kesakitan.
Rani melengkungkan senyum haru seraya menyelami mata calom suaminya ini.
RANI
Aku udah nggak pernah mengalaminya lagi sejak terakhir kali di Bandung.
ADIPATI
Oya? Itu perkembangan yang bagus!
Rani mengangguk mantap.
RANI
Aku rutin mengkonsumsi ramuan resep dari kamu!
ADIPATI
Woah, beneran? Itu benar-benar memberi kamu perubahan!
RANI
Ya. Aku harus mengimbanginya dengan pola hidup yang sehat. Aku berhenti merokok dan nggak lagi minum alkohol.
Adipati tersenyum senang.
ADIPATI
Kamu benar-benar berusaha keras! Semua itu pasti akan memberi kamu hasil yang baik!
(mengusap-usap lengan Rani)
Aku bangga banget deh sama kamu!
RANI
Semoga aja. Aku bisa melakukannya juga pasti karena aku udah keluar dari lingkungan itu.
ADIPATI
Kamu bener! Udah coba periksakan ke dokter?
Rani menggeleng.
ADIPATI
Eh, kenapa enggak?
RANI
Aku masih belum siap, Pati. Aku nggak siap kalau harus mendengar kabar yang akan menyakiti hatiku lagi.
Adipati tercenung mempelajari kecemasan Rani itu.
ADIPATI
Nggak apa. Lain kali aku akan menemani kamu memeriksakannya setelah kamu benar-benar siap. Apa pun hasilnya, kamu udah berusaha yang terbaik! Dan aku tahu kamu adalah wanita yang kuat!
Adipati berlalu setelah mendapat anggukan dari sang kekasih dan ia membalasnya dengan ciuman di pelipis.
Setengah jam ia berada di kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun saat ia kembali, Rani sudah tertidur, bertengger di kaki sofa dengan kaki terbujur. Begitu masih bisanya dia ingin menyelesaikan dekorasinya dengan sisa tenaga! Adipati jadi tak habis pikir.
Agar tak menjadi beban, Adipati berpikir untuk menyelesaikan sisa dekorasi yang belum terpasang. Mengandalkan kehaliannya yang pas-pasan, ia tempel semua bahan di mana pun cela tempat yang ada.
CUT TO.
143. INT. DI KAMAR UNIT APARTEMEN ADIPATI — MALAM
Pemain: Adipati, Rani
Selesai membersihkan ruang dari potongan-potongan kertas dan plastik, Adipati membopong tubuh sang kekasih untuk ditidurkan di kasur.
Usai memastikan tubuh semampai itu terbaring dengan nyaman, Adipati menarik selimut untuknya dari kaki hingga ke dada. Pandangannya terpaku sesampainya di wajah Rani yang terpejam tenang. Setelah semua yang terjadi, Adipati masih saja tidak percaya hari ini akan terjadi. Mereka menjadi sepasang kekasih dan akan terikat dalam hubungan yang suci.
ADIPATI
Mungkin ini masih sulit untuk kita mengerti, Rani. Mengapa untuk bisa sampai di titik ini, kita harus terlebih dahulu meragu dan terjatuh, lalu berpisah dan tersiksa. Kita memang nggak mengerti, tapi Tuhan pasti punya alasan baik untuk kita. Karena terkadang ... ya, hanya waktu yang bisa membuat kita belajar!
Sesaat terdiam, Adipati pun mendesah panjang sambil menelusuri wajah cantik Rani.
RANI
Aaakh, cantiknya ... calon istriku ini! Euh, aku jadi gemas sendiri!
Takut terbawa perasaan, Adipati menegakkan punggung untuk hengkang. Namun baru saja ia membalikkan badan, suatu ingatan menahan langkahnya.
ADIPATI
Oh! Ada yang terlupa! Apa, ya? Ah, iya!
Adipati berbalik, lalu sigap mendaratkan kecupan di kening Rani.
ADIPATI
(berbisik sambil meringis geli)
Mimpilah yang indah, sayangku!
Kembali beranjak dari sisi kasur, Adipati teringat satu hal lagi.
ADIPATI
Ah, astaga! Masih ada yang tertinggal!
Adipati pun membungkuk untuk melayangkan ciuman lekat di pipi wanita itu.
ADIPATI
Satu lagi untuk jagain kamu!
(lekas mendaratkan ciuman di pipi Rani yang satunya.)
Lagi-lagi ketika ia akan berlalu, perasaan tidak rela jauh dari ibu Ara itu membuatnya gundah. Ya, walaupun ia tidak akan ke mana-mana. Ada saja pikiran nakal yang menjadikannya alasan untuk tetap menjaga wanita itu.
ADIPATI
Akh, lupa lagi! Ini supaya kamu nggak mimpiin cowok lain!
Adipati yang telah siap membungkukkan punggung di atas Rani pun menurunkan bibirnya untuk mengecup bibir wanita itu.
Kecupan gemasnya tiba-tiba saja mengundang tawa Rani, hingga tubuh Rani itu berguncang. Dia membuka mata, lalu terpingkal-pingkal seakan telah lama mengumpat.
ADIPATI
Oh? Kamu nggak tidur?
RANI
Gimana mau tidur, kamu gangguin terus!
(memekik kesal dengan suara khas manjanya)
Aku mau pulang aja! Lama-lama di sini, aku nggak bisa tidur tenang!
ADIPATI
(mencegah)
Eeh! Kamu yakin bisa tidur setelah ini?
RANI
Kenapa enggak?
ADIPATI
Wajahku akan terus membayangi kamu!
RANI
Ikh, jangan terlalu percaya diri!
Adipati tergelak puas melihat ekspresinya.
ADIPATI
Aku anterin, ya calon istriku!
RANI
Nggak perlu! Tiga langkah doang dari sini!
CUT TO.