Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tali Pati Rani
Suka
Favorit
Bagikan
17. TPR skrip #17

56. INT. KAMAR ADIPATI — MALAM

Pemain: Adipati, Rani, Ara

Adipati masih memperhatikan Rani yang masih bermain dan melepas rindu bersama Ara. Adipati yang sudah bertahun-tahun tak bertemu Rani pun sudah berhenti berharap pada wanita itu. Ia hanya senang Rani bisa datang untuk anaknya.


ADIPATI
Udah hampir jam dua belas, lho. Anak Papa udah waktunya tidur.


Tak ingin larut ke dalam kisah yang telah lalu, Adipati mengerjapkan mata, membuyarkan lamunannya. Demi sang buah hati, ia harus terus berjalan meski tertatih.


ARA
Ah, Papa! Ara masih pengen main sama Mama, Pa!

RANI
Aku udah nyuruh dia pergi tidur, tapi dia menolak terus!

ADIPATI
(tersenyum simpul) 
Kamu nggak pernah tidur lebih dari jam sembilan malam, Sayang! 


Adipati mengusap kepala sang putri ketika sudah sampai di dekat mereka. Sedari tadi dirinya hanya mematung menyaksikan keakraban ibu dan anak itu dari ambang pintu.


ARA
Kalau begitu Mama harus temani Ara tidur!

RANI
Iya baik, Sayang.

ARA
Sama Papa juga!

RANI DAN ADIPATI
Heh?
(Adipati dan Rani saling pandang)

ADIPATI
Oh iya, tentu saja! 
(jawab Adipati kemudian. Ia mengedipkan mata satu kali pada Rani, memberi isyarat agar tidak menolak)


Daripada berujung drama, Adipati pun harus mengikuti keinginan putrinya. Tidur bersama Rani, mungkin sudah menjadi hal biasa di masa lalu. Namun kini agaknya Adipati canggung. Rani pun tentu merasakannya juga. Selain karena sudah sangat lama mereka tidak bertemu, bertahun-tahun, wanita itu juga sudah bersuamikan pria lain. Lagi-lagi agar Ara mau tidur, mereka tidak bisa menolak.


Adipati pun menidurkan dirinya di sisi sang putri. Di sisi Ara yang satunya tentulah Rani yang menempati. Keduanya memiring menunggu hingga putri cantik itu terlelap, sebab Ara menggenggam tangan orang tuanya dan meletakkannya di dada.


RANI
Dia mirip banget sama aku. 
(Rani membuka percakapan. Dipandanginya wajah Ara yang telah memejam.)

ADIPATI 
(tersenyum simpul) 
Nggak sama sekali. Dia lebih mirip sama aku.


Rani balas menatap Adipati. 

RANI
Kamu sendiri yang bilang kalau Ara mirip denganku!

ADIPATI
Iya, emang. Tapi itu hanya saat Ara lagi ngambek aja. Dia itu keras kepala seperti kamu!


Adipati tak kuasa menahan tawa begitu Rani melototinya.


RANI
Pati!
(Memekik tak sadar seraya mengangkat tangan, hendak mendorong dada Adipati. Gerakannya itu mengusik Ara. Gadis itu langsung kembali pulas saat Rani berdesis menenangkannya.)

ADIPATI
Aku keluar, ya. 


Adipati pamit usai memastikan putrinya tidak akan terbangun lagi.

CUT TO.


57. INT. RUANG TENGAH RUMAH ADIPATI — MALAM

Pemain: Adipati, Rani

Adipati menghamparkan matras tipis di ruang tengah, menghadap langsung ke arah pintu utama yang ia biarkan terbuka lebar-lebar. Karena rumah itu hanya memiliki dua kamar, maka Adipati tidak kebagian kamar.


RANI
Kamu akan tidur di sini?


Rani tiba-tiba datang menegur.


ADIPATI
Eh? Iya, pemandangan di sini sangat bagus.

RANI
(terkekeh pelan)
Gara-gara aku, kamu jadi tidur di luar.

ADIPATI
Ya, setiap kali kamu datang, aku harus memberikan kamarku untuk kamu. Nggak apa, nggak masalah.


Rani tertawa lepas.

CUT TO.


58. EXT. DI TERAS DEPAN RUMAH ADIPATI — MALAM

Pemain: Adipati, Rani

Adipati dan Rani duduk di teras depan, berdampingan tetapi keduanya merasa canggung karena lama tak bertemu. 


ADIPATI
(membuka suara)
Gimana kabar kamu sama ... Wira?


Rani menoleh dan hanya mengulas senyum. Senyuman yang lemah. 

RANI
Semua berjalan seperti yang sudah ditakdirkan.

ADIPATI
Ah, baguslah.


Keduanya kembali diam. Sampai Rani tiba-tiba mengeluarkan sebatang rokok dari tas selempang mini yang sejak tadi menggantung di pundaknya, Adipati terbelalak. Ia kedip-kedipkan mata berharap salah melihat benda kecil dan panjang tersebut, tapi Rani benar-benar menjepitnya di antara kedua bibir.


ADIPATI
Kamu merokok?

RANI
Hm?
(Rani menoleh lalu mengangguk dengan wajah polosnya)
Nggak keberatan, kan?


Kedua jari wanita itu bergerak terlatih menjepit si rokok untuk dijauhkan dari mulut. Dengan amat lihai, Rani menyembulkan sekumpulan asap dari bibir seksinya.


ADIPATI
(tersedak hinggak terbatuk)
Uhuk!


RANI
Oh, maaf, maaf!
(mematikan rokoknya dengan buru-buru)

ADIPATI
Sebaiknya kamu nggak melakukannya di depan Ara.

RANI
(menjawab dengan suara lemah dan keki)
Aku mengerti.


ADIPATI
Kamu berubah!

Rani pun tercenung menatapnya. 

RANI
Aku memang nggak seperti yang du—

ADIPATI
Kamu jadi lebih cantik!


RANI
(terperangah)
Oh?
(tersenyum malu)
Kamu juga berubah, jadi lebih ... rapi.


Adipati tersenyum sinis. 


RANI
Ke mana rambut panjang kamu?

ADIPATI
Ara suka banget jambak-jambak rambut aku, jadi aku potong aja.

RANI
(tertawa)
Dia sejahil itu?


ADIPATI
Persis kamu!


Rani tertawa lagi.

RANI
Kenapa nggak menikah juga?

ADIPATI
Hah? Aku? Menikah?

RANI
Iya, kamu!

ADIPATI
(tampak berpikir, kemudian melemparkan candaan)
Aku pernah mendaftarkan pernikahan, tanggal juga sudah ditentukan, tapi harus aku batalkan karena suatu alasan. Akhirnya pengantinku kabur dan nggak mau kembali lagi.


Satu-dua detik mencerna kalimat Adipati, Rani lantas tergelak-gelak menyadari Adipati tengah menyindirnya. 

RANI
Maafin aku.

ADIPATI
Semua itu udah berlalu. Kamu bahagia sama dia, dan aku bahagia seperti ini.

RANI
Ah, begitu menurut kamu?


ADIPATI
Memangnya bagaimana menurut kamu?

RANI
Aku ... tetap merasa bersalah soal itu. Dua kali kita menunda pernikahan, akhirnya batal juga. Aku beneran minta maaf. Tapi aku juga berterima kasih sama kamu, karena udah membesarkan Ara dengan sangat baik. Dia nggak benci apalagi dendam sedikit pun ke aku. Itu semua pasti karena kamu!


Adipati mengulas senyuman tipis. 

ADIPATI
Bagaimanapun dirimu, kamu tetap ibunya. Walaupun kamu jauh, tetap menjadi tugasku untuk mengenalkan sosok kamu pada Ara.

RANI
Terima kasih ya, Pati!


Adipati baru akan menimpalinya, tetapi ponsel Rani berbunyi. Rani malah mematikan ponselnya, padahal Adipati bisa melihat foto Wira yang memanggilnya dari ujung sana.


ADIPATI
Kenapa nggak diangkat?

RANI
Ah iya, aku akan segera kembali.


Rani beranjak dari sisi Adipati. Dia pergi untuk menerima panggilan dari suaminya menuju ke luar gerbang. Dan Adipati membenci situasi seperti ini. Selalu begitu, sedari dulu. Wanita itu selalu saja pergi karena dan untuk Wira. Dia selalu berkata akan kembali, tapi nyatanya tidak pernah kembali. Ya, walaupun Wira kini adalah suami sah Rani, dan Adipati sakit hati menyadari itu, ia tidak bisa berbuat apa-apa sekalipun menuntutnya selalu ada untuk Ara. 

CUT TO.


59. EXT. DI LUAR GERBANG RUMAH ADIPATI — MALAM

Pemain: Adipati, Rani

Hingga setengah jam berlalu ia menunggu di tempat yang sama, Rani belum kembali juga. Adipati masih menduga-duga Rani berbicara apa saja dengan Wira di telepon hingga selama itu. Namun karena khawatir, Adipati akhirnya menyusul Rani.


ADIPATI
(berseru lirih karena melihat Rani tengah meminum minuman keras)
Rani!


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar