Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
104. EXT. PELATARAN RUMAH KONTRAKAN WIRA — PAGI
Pemain: Rani, Wira
Rani tak bisa tidur nyenyak semalaman dan pagi sekali ia sudah berkemas karena tak punya pilihan lain selain ikut dengan Wira. Dia tak punya tujuan lain di Bandung. Namun, Wira malah mengajak Rani untuk mengikutinya setelah memasukkan koper ke bagasi.
Rani menurut saja ketika Wira menggandeng tangannya dan membawanya ke rumah seberang dengan sandal selop suaminya yang kebesaran. Perasaan Rani langsung tak keruan melihat pintu gerbang yang sangat lekat di ingatannya. Semakin mereka mendekat, semakin dirinya diterpa kecemasan. Wira benar-benar membawa Rani ke rumah Adipati.
CUT TO.
105. EXT. DI DEPAN RUMAH ADIPATI — PAGI
Pemain: Rani, Wira, Adipati, Ibunya Adipati, Santi, Ara
Wira menekan bel di sisi pintu, dan Rani pun langsung membalikkan badan dengan sangat resah. Ia sangat panik, akan tetapi ia tidak bisa menyembunyikan diri. Pintu itu terbuka tanpa harus menunggu lama, dan suara ibu Adipati seketika membuat Rani tegang luar biasa.
Wira terkekeh malu. Sementara Rani masih bertahan membelakangi sang suami, tangannya meremas-remas mantel tanpa tujuan. Ia tidak mengerti kenapa sesuatu seolah menahannya untuk lari dan masuk ke dalam mobil demi menghindari perjumpaan ini.
Rani agak terkejut suaminya menjadi pujaan baru di permukiman ini.
Adipati datang.
Mendengar suaranya saja, kepanikan Rani menjadi-jadi.
Wira memutar badan Rani ke belakang, dan sungguh Rani harus melihat apa yang tidak ingin ia lihat. Ibu dan Santi ternganga mengetahui siapa istri Wira, dan sepasang mata Adipati justru menatapnya datar di ambang pintu gerbang.
Wira merangkul pundak Rani dan mengajaknya mendekat kepada orang-orang itu. Degup jantung Rani kian menggebu. Pikirannya buntu sekadar memikirkan bagaimana caranya lari dari kenyataan ini.
Wira terlihat berseri. Dia tampak bangga memperkenalkan Rani sebagai isrtinya, sedangkan dua wanita di depannya dibuat terkejut.
Tak merespon dengan baik, ibu Adipati berpaling dan langsung masuk ke dalam rumah. Wajahnya begitu kesal.
Rani tidak peduli. Baguslah jika ia tidak perlu berlama-lama melihat mata ibu Adipati yang kerap angkuh padanya. Atau kalau tidak, ia akan kembali trauma. Bola matanya beralih pada Adipati, dan pria itu pun memandanganya. Seulas senyum Adipati paksakan melengkung dari bibirnya, membuat jantung Rani terasa dicengkeram dosa.
Rani tak membalasnya. Menatap mata Adipati yang penuh dusta, sakit sekali rasanya hati Rani. Dia harus berpura-pura tidak pernah mengenal Rani tentulah demi menjaga hubungan baik Rani dan suaminya. Kenapa dia melakukannya? Rani tidak pernah memintanya. Anehnya, Rani tidak suka.
Adipati tahu, Rani pun tahu, apa yang akan dikatakan wanita itu tentang Rani dari ketercengangannya.
Sejenak tampak kebingungan, kemudian tersipu.
Wira menepuk pundak Adipati. Adipati tertawa hambar.
Saat Wira kembali memandang Adipati, Adipati berseru.
CUT TO.
106. INT. DI DALAM MOBIL WIRA — PAGI
Rani dan Wira sudah ada di dalam mobil dan Adipati mengantarnya sampai ke mobil.
Adipati yang membungkuk, menengok dari arah jendela sebelah jok Rani pun melempar senyum.
Rani benar-benar menahan segala perasaan yang berkecamuk di dadanya. Ia hanya bisa diam saja.
Rani menatap Adipati yang ada di sampingnya dengan tatapan permohonan maaf.
Badan Adipati kembali tegak begitu Wira mulai menjalankan kendaraannya.
Kira-kira sejauh satu meter, Rani mendapati dari kaca spion, putrinya keluar menghampiri ayahnya.
Rani melihat Ara meraung-raung, menangisi kepergiannya, akan tetapi Adipati sigap memeluk Ara dan membopongnya untuk diajak masuk kembali. Tak sadar tubuh Rani menegak, hampir saja bangkit dan berlari menghampiri putrinya. Sungguh Rani tidak pernah menginginkan perpisahan ini. Ia masih ingin menemani sang buah hati. Namun ketiadaan kepercayaan yang ia dapatkan, membuatnya hanya bisa menyesali dan meminta maaf dalam hati.
CUT TO.