Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tali Pati Rani
Suka
Favorit
Bagikan
32. TPR skrip #32

104. EXT. PELATARAN RUMAH KONTRAKAN WIRA — PAGI

Pemain: Rani, Wira

Rani tak bisa tidur nyenyak semalaman dan pagi sekali ia sudah berkemas karena tak punya pilihan lain selain ikut dengan Wira. Dia tak punya tujuan lain di Bandung. Namun, Wira malah mengajak Rani untuk mengikutinya setelah memasukkan koper ke bagasi.


WIRA
Ayo, ikut aku sebentar! 

RANI
Ke mana?

WIRA
Aku ingin berpamitan pada kenalanku selama di sini, sekalian mengenalkanmu padanya.

RANI
Oh?


Rani menurut saja ketika Wira menggandeng tangannya dan membawanya ke rumah seberang dengan sandal selop suaminya yang kebesaran. Perasaan Rani langsung tak keruan melihat pintu gerbang yang sangat lekat di ingatannya. Semakin mereka mendekat, semakin dirinya diterpa kecemasan. Wira benar-benar membawa Rani ke rumah Adipati.


RANI
Wira!

WIRA
Ya?

RANI
Aku rasa ini nggak perlu. Aku ingin kita cepat kembali ke Jakarta. Aku merasa nggak nyaman dengan sandal ini.

WIRA
Sebentar saja, Sayang. Orangnya sangat baik, kita juga nggak akan merepotkannya. Nanti setelah itu kita mampir ke toko sepatu, ya.

CUT TO.


105. EXT. DI DEPAN RUMAH ADIPATI — PAGI

Pemain: Rani, Wira, Adipati, Ibunya Adipati, Santi, Ara

Wira menekan bel di sisi pintu, dan Rani pun langsung membalikkan badan dengan sangat resah. Ia sangat panik, akan tetapi ia tidak bisa menyembunyikan diri. Pintu itu terbuka tanpa harus menunggu lama, dan suara ibu Adipati seketika membuat Rani tegang luar biasa.


IBU
Ah? Kamu, kan?

WIRA
Betul, saya penghuni baru rumah itu. Salam kenal, Bu.

IBU
Ah, ya ampun Gusti ... anak siapa kamu ini teh? Kasep pisan!


Wira terkekeh malu. Sementara Rani masih bertahan membelakangi sang suami, tangannya meremas-remas mantel tanpa tujuan. Ia tidak mengerti kenapa sesuatu seolah menahannya untuk lari dan masuk ke dalam mobil demi menghindari perjumpaan ini.


SANTI
Aaah! Di sini rupanya! 
(Menyahuti antusias. Datang dari arah satunya, dan bergabung bersama mereka)
Mas ganteng, ada apa pagi-pagi begini sudah ada di sini? Kalau perlu sesuatu, kenapa nggak ke rumahku saja?

IBU
Heh, Santi! Jaga sikapmu, jangan kegenitan begitu!


Rani agak terkejut suaminya menjadi pujaan baru di permukiman ini.


SANTI
Kenapa Tante mengaturku? Aku hanya bersikap selayaknya tetangga yang baik!

IBU
Sikap? Tapi gayamu seperti ulat kecentilan!

WIRA
Ngg, Bu.
(menyela)
Adipati-nya ada?

IBU
Oh, ada. Nah, ini dia!


Adipati datang.

ADIPATI
Ada apa? 
Eh, kamu?


Mendengar suaranya saja, kepanikan Rani menjadi-jadi. 

RANI (V.O.)
Astaga, ya Tuhan ... tolong aku! 
(Sangat gugup)


WIRA
(menyapa dengan akrab)
Hey.

ADIPATI
Kenapa pagi-pagi banget?

WIRA
Aku akan kembali ke Jakarta, jadi aku ingin berpamitan sama kamu.

ADIPATI
Oh, iya.

WIRA
Terima kasih untuk traktirannya semalam. Sungguh keajaiban, aku bertemu dengan istriku saat dalam perjalanan pulang kemarin.

ADIPATI
O-oh, oya?

SANTI
(menggumam pelan)
Apa? Dia sudah beristri?

WIRA
Tunggu, ya! 
(menghampiri Rani di belakangnya)
Sayang, kemarilah!


Wira memutar badan Rani ke belakang, dan sungguh Rani harus melihat apa yang tidak ingin ia lihat. Ibu dan Santi ternganga mengetahui siapa istri Wira, dan sepasang mata Adipati justru menatapnya datar di ambang pintu gerbang.


Wira merangkul pundak Rani dan mengajaknya mendekat kepada orang-orang itu. Degup jantung Rani kian menggebu. Pikirannya buntu sekadar memikirkan bagaimana caranya lari dari kenyataan ini.


WIRA
Adipati, Ibu, dan ... Neng Santi, perkenalkan ini istriku, Rani namanya.


Wira terlihat berseri. Dia tampak bangga memperkenalkan Rani sebagai isrtinya, sedangkan dua wanita di depannya dibuat terkejut.

WIRA
Tujuanku datang kemari memang mencarinya. Syukurlah, aku bisa menemukannya lebih cepat.

RANI
Salam. 
(memaksakan mengangguk pada Santi dan Ibu)


Tak merespon dengan baik, ibu Adipati berpaling dan langsung masuk ke dalam rumah. Wajahnya begitu kesal.


ADIPATI
(mengarang alasan asal)
Ibuku melupakan masakannya! 


Rani tidak peduli. Baguslah jika ia tidak perlu berlama-lama melihat mata ibu Adipati yang kerap angkuh padanya. Atau kalau tidak, ia akan kembali trauma. Bola matanya beralih pada Adipati, dan pria itu pun memandanganya. Seulas senyum Adipati paksakan melengkung dari bibirnya, membuat jantung Rani terasa dicengkeram dosa.


ADIPATI
(berpura-pura)
Salam kenal.


Rani tak membalasnya. Menatap mata Adipati yang penuh dusta, sakit sekali rasanya hati Rani. Dia harus berpura-pura tidak pernah mengenal Rani tentulah demi menjaga hubungan baik Rani dan suaminya. Kenapa dia melakukannya? Rani tidak pernah memintanya. Anehnya, Rani tidak suka.


SANTI
Bukannya kamu—

ADIPATI
Ah, Santi! Sepertinya kamu juga meninggalkan masakanmu!
(menyahut sebelum Santi meneruskan kalimatnya)


Adipati tahu, Rani pun tahu, apa yang akan dikatakan wanita itu tentang Rani dari ketercengangannya.


SANTI
Aku nggak-

ADIPATI
Kamu akan membuatkan bekal untukku hari ini, kan?
(melebarkan matanya, sepertinya sengaja menggoda)


Sejenak tampak kebingungan, kemudian tersipu.

SANTI
Baiklah, aku akan segera kembali.

ADIPATI
Oke.

SANTI
(pamit pada Wira)
Permisi.

WIRA
Sepertinya dia sangat tertarik sama kamu!

ADIPATI
Dia juga tipeku!

WIRA
Oh ya? Wah, siapa yang tahu jodohmu akan sedekat ini? Aku tunggu kabar baiknya! 


Wira menepuk pundak Adipati. Adipati tertawa hambar.


RANI
Bisa nggak kita berangkat sekarang?
Aku kedinginan!

WIRA
Iya, Sayang, baiklah.


Saat Wira kembali memandang Adipati, Adipati berseru. 

ADIPATI
Ah iya! Berhati-hatilah saat mengemudi!

WIRA
Terima kasih banyak untuk beberapa hari kemarin.

ADIPATI
Terima kasih juga untukmu.

WIRA
Semoga kita bisa bertemu lagi di lain kesempatan.

ADIPATI
Ya, tentu saja.

CUT TO.


106. INT. DI DALAM MOBIL WIRA — PAGI

Rani dan Wira sudah ada di dalam mobil dan Adipati mengantarnya sampai ke mobil.


WIRA
Sayang sekali aku nggak bisa bertemu dengan putrimu! 
(sesal Wira di belakang setir)


Adipati yang membungkuk, menengok dari arah jendela sebelah jok Rani pun melempar senyum. 

ADIPATI
Dia biasa bangun siang.


WIRA
Lain kali kamu harus mengajaknya saat kita janjian ketemu. Istriku suka banget sama anak-anak!

ADIPATI
Ah, siap!


Rani benar-benar menahan segala perasaan yang berkecamuk di dadanya. Ia hanya bisa diam saja.


WIRA
Oke, selamat tinggal.

ADIPATI
Ya, semoga kalian tiba di tujuan dengan selamat!


Rani menatap Adipati yang ada di sampingnya dengan tatapan permohonan maaf.

Badan Adipati kembali tegak begitu Wira mulai menjalankan kendaraannya. 

Kira-kira sejauh satu meter, Rani mendapati dari kaca spion, putrinya keluar menghampiri ayahnya.


ARA
Mamaaaa!

RANI (V.O.)
Ara? Dia tahu aku datang? 


Rani melihat Ara meraung-raung, menangisi kepergiannya, akan tetapi Adipati sigap memeluk Ara dan membopongnya untuk diajak masuk kembali. Tak sadar tubuh Rani menegak, hampir saja bangkit dan berlari menghampiri putrinya. Sungguh Rani tidak pernah menginginkan perpisahan ini. Ia masih ingin menemani sang buah hati. Namun ketiadaan kepercayaan yang ia dapatkan, membuatnya hanya bisa menyesali dan meminta maaf dalam hati.

CUT TO.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar