Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tali Pati Rani
Suka
Favorit
Bagikan
15. TPR skrip #15

50.INT. DI KAMAR ADIPATI — SUBUH

Pemain: Adipati, Rani, Ibunya Adipati

Adipati terbangun pada pukul empat pagi. Adipati merasa kasurnya basah kuyup tanpa sebab. Padahal ia sudah tidak berkeringat lagi seusai menyatu dengan Rani beberapa jam lalu. Merasa ada yang janggal, Adipati membangunkan Rani yang masih tertidur di sampingnya.


ADIPATI
(bersuara dengan lemah lembut)
Ran, Rani, kamu bangun deh.

RANI
Hmm, udah pagi, ya? Aku baru aja tidur.

ADIPATI
Coba lihat ini, apa kamu ngompol?

RANI
Apa? 
(Dengan susah payah Rani menarik punggung untuk duduk.)
Oh, apa ini? Kok basah gini?


ADIPATI
Aku juga nggak ngerti dari mana asalnya ini. Apa atapnya bocor? Tapi semalam nggak hujan.

RANI
Beneran bukan aku, aku nggak—


Adipati memaku pandangan pada Rani yang tiba-tiba menahan suaranya. Dia terpegun sambil berpikir keras seolah-olah sedang merasakan sesuatu pada dirinya. Rani pun menyingkap ujung dress yang menutupi kedua kakinya. Mereka dibuat terkejut oleh cairan yang bercucuran deras dari bagian pusatnya. Cairan bening agak berlendir, juga beserta bercak darah.


ADIPATI
Ya ampun! Apa ini?

RANI
Pati? Aku juga nggak tahu kenapa jadi begini!

ADIPATI
Memangnya apa kamu nggak merasakan sakit?

RANI
Hanya nyeri yang naik turun sejak kemarin lusa. Ta-tapi Ibu bilang itu kontraksi palsu! Pati, apa yang terjadi? Aku takut banget!

ADIPATI
Aduh ... aku juga nggak ngerti. Tu-tunggu, aku panggilin Ibu, ya!

RANI
Buruan!


Kepanikan Adipati dan Rani tak dapat dibendung lagi begitu ibunya masuk ke kamar yang sama terkejutnya melihat cairan itu terus mengucur deras dari pusat Rani.


IBUNYA ADIPATI
Aduh Gusti, ya ampun! Kenapa ini bisa terjadi? Ketubannya sudah pecah lebih dulu ini mah!


RANI dan ADIPATI
Apa?!?

IBUNYA ADIPATI
Adi, bawakan air dan kain untuk membersihkannya.

ADIPATI
Ba-baik, Bu.

IBUNYA ADIPATI
Dan kamu, Rani, berbaring saja di situ! Ibu akan memeriksa kamu. Jangan panik, ya!


Ketika Adipati kembali ke kamarnya dengan membawa apa yang diminta sang ibu, wanita itu tengah memeriksa kondisi janin Rani menggunakan tangan kosong sebagai penanganan pertama.


IBUNYA ADIPATI
Sudah pembukaan satu.

ADIPATI
(menimpali dengan penasaran)
Hah? Apanya yang terbuka, Bu? 

IBUNYA ADIPATI
Jalan lahirnya, sudah terbuka sebesar ini!
(mengangkat jari telunjuk)

ADIPATI
Oh? Bukannya masih ada tiga minggu lagi, Bu?

IBUNYA ADIPATI
Itu mah hanya perkiraan. Tapi ini teh juga terlalu cepat.
(menoleh pada Rani)
Rani, apa yang sudah kamu lakukan terakhir kali? Atau kamu ingat sudah makan apa saja sebelumnya?


Tak langsung menjawab, Rani melirik ke arah Adipati yang berdiri di belakang ibunya. Adipati menggeleng meminta Rani untuk tidak berterus terang karena takut Ibu mengomel.


IBUNYA ADIPATI
Adi, kalau sampai siang nanti Rani belum juga merasakan kontraksi, kita bawa dia ke rumah sakit. Mereka mungkin akan memberikan induksi untuk merangsangnya. Untuk berjaga-jaga, sebaiknya kita teh siapkan dulu semuanya.

ADIPATI
Ibu akan menanganinya?

IBUNYA ADIPATI
Rani berharap bisa melahirkan di rumah. Dia malu pada tetangga kalau harus keluar rumah.


Adipati memandang Rani yang berkaca-kaca. Namun, Adipati tidak bisa berbuat apa-apa. Ia pun menurut saja pada Ibu yang lebih berpengalaman. Hingga tiga jam berlalu, Rani masih belum menunjukkan pertanda. Adipati menggunakan waktu itu semaksimal mungkin untuk merawatnya. Menyuapinya makan dan apa pun yang dibutuhkan.


RANI
Argh!!

ADIPATI
Rani?!

RANI
Aduh, sakiiit!

ADIPATI
Ibu?!?

IBUNYA ADIPATI
Ah, sudah mulai bereaksi.


Seraya menunggu sampai pembukaannya lengkap, Ibu menyiapkan beberapa alat yang akan digunakannya untuk membantu persalinan Rani. Untung saja Ibu punya alat-alat medis yang lengkap. 


Rani sendiri terus mengerang kesakitan akibat peregangan yang sudah mulai sering terjadi dan berlangsung lama. Adipati jadi tak tega sekaligus kesal. Sebab, selain terkadang hanya bisa meremas-remas seprai, Rani juga melakukan gerakan brutal dengan memukuli Adipati yang setia mendampinginya sambil sesekali mengusap-usap punggungnya, tapi Ibu malah sibuk memotong kuku.


ADIPATI
Tahan, ya.

RANI
Ikh! Semua ini gara-gara kamu!

ADIPATI
Kok aku?

RANI
Siapa lagi? Memangnya aku kayak gini karena perbuatan siapa? Akh, ya ampun! Ini sakit banget, memangnya kamu tahu? Astaga, aku nggak sanggup lagi! Uuh!

ADIPATI
Ibu, gimana ini?


Ibu hanya tersenyum geli.


RANI
Oh! Oh ya Tuhan! Aaaagrh!!
(Kembali berteriak dan kali ini suaranya begitu melengking keras)


Menyadari Rani mulai mengejan, Ibu cepat-cepat bertindak.

IBUNYA ADIPATI
Sudah waktunya. Rani, lakukan apa yang Ibu arahkan, ya! Jangan mengejan sebelum Ibu perintahkan.


RANI
(menjerit)
Pati ...!!


Tak sampai setengah jam, tangisan bayi pun terdengar. Tangis dan teriakan-teriakan Rani sekejap berubah senyuman. Bayi perempuan yang cantik dan sehat telah lahir dari rahim Rani. Adipati menatap Rani dan bayinya dengan penuh haru. Adipati mengecup kening Rani.

CUT TO. 


51. INT. DI DALAM RUMAH ADIPATI — BEGIN MONTAGE

Pemain: Adipati, Rani, Ibunya Adipati, Bayi

- Adipati bahagia, dan memberi nama bayi mereka


ADIPATI
Aku mau kasih nama anakku yang cantik ini Mutiara.
Kita bisa panggil dia Ara. Singkatan dari Adipati dan Rani.


- Adipati dan Rani belajar menjadi orang tua baru dibantu oleh Ibu

- Rani memilih untuk menyusui bayinya sendiri dengan ASI meskipun kerepotan

- Adipati membantu Rani mengurus bayi dan sering bergadang

END MONTAGE.


52. INT. DI DALAM KAMAR ADIPATI — MALAM

Pemain: Adipati, Rani, Ara

Malam itu entah mengapa suasana jadi sedikit lebih berbeda dari biasanya. Adipati memasuki kamar saat Rani baru menidurkan putrinya di ranjang khusus bayi.


ADIPATI
Kamu udah periksa kembali semua barang yang akan dibawa?


Rani menoleh ke belakang dan melihat Adipati sedang memasukkan segepok uang ke dalam tas Rani. Kemudian pria itu beranjak menghampiri koper Rani yang tergeletak di atas meja. Adipati membuka dan memeriksa isinya dengan gerakan cekatan.


ADIPATI
Jangan lupa bawa mantel ganti. Syal dan sarung tangan juga. Oh ya, obat-obatan yang aku siapkan kemarin, apa udah kamu masukin juga ke dalam koper? Masker ini harus selalu ada di tas kamu, ya! Ingat begitu flu, jangan langsung minum obat. Oleskan krim biasanya di pelipis dan langsung minum air hangat! Oh ya, dan satu la—


Rani memotong kalimat Adipati yang panjang dengan sebuah pelukan mesra dari belakang. Ia memejam menikmati kenyamanan itu sambil menyandarkan kepalanya di punggung Adipati yang tertegun tak bersuara. 


Adipati melepas kedua tangan Rani yang melingkar di perutnya untuk berputar arah. Tanpa berkata-kata, Adipati mencium lembut bibir Rani sambil meluapkan emosinya. 

RANI
(berbisik di sela-sela ciuman)
Pati ....


Adipati masih menciumi Rani sambil menangis.


Rani mendorong dada pria itu dengan lembut, tapi tetap saja Adipati tak mau menjauhkan diri, malah semakin mempererat dekapannya.

RANI
Pati!


Rani merasakan betapa wajahnya basah. Pria itu telah membanjirinya dengan air mata, membuat dada Rani bergetar tak kuasa menahan tangisnya juga.

CUT TO.


53. INT. BANDARA — PAGI

Pemain: Adipati, Rani, Ara

Rani merasa resah karena harus pergi mewujudkan mimpinya ke Los Angeles. Ia tak kuasa meninggalkan bayinya dan juga Adipati.


RANI
Pati, aku pergi, ya?


Pandangan Adipati yang semula tertunduk sedih pun terangkat ke arah Rani. Dia mengulas senyuman lembut, senyuman yang memaksa. 

ADIPATI
Iya, jaga diri kamu baik-baik, ya! Aku akan menunggu kamu di sini satu tahun lagi.


Setelah itu Adipati kembali tertunduk menatap sang putri yang terbaring di keranjang dorongnya, seakan ingin menyembunyikan kesedihan.


RANI
Pati! 
(Menarik satu tangan Adipati sampai pemuda itu kembali melihatnya.)
RANI
Makanlah yang teratur, dan jangan terlalu banyak bermain game. Kamu juga harus keringkan sendiri rambut kamu setiap habis keramas. Ikat juga tali sepatu kamu dengan benar! Jadilah ayah yang baik, jangan menggoda anak kita terus. Oh ya, kamu harus ingat untuk selalu mengirim fotonya ke email aku!


ADIPATI
(tersenyum lebar)
Iya, bawel! Udah, sana buruan!

RANI
Jaga diri kalian baik-baik.


Rani pun bisa tenang melepas tangan Adipati. Setelah mencium tangan dan memeluk Ibu, Rani pun berbalik meninggalkan mereka sambil menyeret kopernya. Melewati pagar pembatas untuk menjalani pemeriksaan kelengkapan surat-surat, tiba-tiba ia mendengar Adipati memanggilnya. Ketika Rani menoleh, pria itu tengah berlari ke arahnya.


Adipati meneriakkan sesuatu, sayangnya Rani tidak bisa mendengarnya dengan jelas lantaran saat itu sebuah informasi terkait pesawat yang ditumpanginya diumumkan dengan keras secara bersamaan. Rani balas berteriak, dan Adipati pun kembali mengulangi kalimatnya yang entah apa itu, sepertinya terdiri dari dua-tiga kata, seraya menunjuk dirinya sendiri lalu menunjuk ke arah Rani.

CUT TO.




Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar