Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
50.INT. DI KAMAR ADIPATI — SUBUH
Pemain: Adipati, Rani, Ibunya Adipati
Adipati terbangun pada pukul empat pagi. Adipati merasa kasurnya basah kuyup tanpa sebab. Padahal ia sudah tidak berkeringat lagi seusai menyatu dengan Rani beberapa jam lalu. Merasa ada yang janggal, Adipati membangunkan Rani yang masih tertidur di sampingnya.
Adipati memaku pandangan pada Rani yang tiba-tiba menahan suaranya. Dia terpegun sambil berpikir keras seolah-olah sedang merasakan sesuatu pada dirinya. Rani pun menyingkap ujung dress yang menutupi kedua kakinya. Mereka dibuat terkejut oleh cairan yang bercucuran deras dari bagian pusatnya. Cairan bening agak berlendir, juga beserta bercak darah.
Kepanikan Adipati dan Rani tak dapat dibendung lagi begitu ibunya masuk ke kamar yang sama terkejutnya melihat cairan itu terus mengucur deras dari pusat Rani.
Ketika Adipati kembali ke kamarnya dengan membawa apa yang diminta sang ibu, wanita itu tengah memeriksa kondisi janin Rani menggunakan tangan kosong sebagai penanganan pertama.
Tak langsung menjawab, Rani melirik ke arah Adipati yang berdiri di belakang ibunya. Adipati menggeleng meminta Rani untuk tidak berterus terang karena takut Ibu mengomel.
Adipati memandang Rani yang berkaca-kaca. Namun, Adipati tidak bisa berbuat apa-apa. Ia pun menurut saja pada Ibu yang lebih berpengalaman. Hingga tiga jam berlalu, Rani masih belum menunjukkan pertanda. Adipati menggunakan waktu itu semaksimal mungkin untuk merawatnya. Menyuapinya makan dan apa pun yang dibutuhkan.
Seraya menunggu sampai pembukaannya lengkap, Ibu menyiapkan beberapa alat yang akan digunakannya untuk membantu persalinan Rani. Untung saja Ibu punya alat-alat medis yang lengkap.
Rani sendiri terus mengerang kesakitan akibat peregangan yang sudah mulai sering terjadi dan berlangsung lama. Adipati jadi tak tega sekaligus kesal. Sebab, selain terkadang hanya bisa meremas-remas seprai, Rani juga melakukan gerakan brutal dengan memukuli Adipati yang setia mendampinginya sambil sesekali mengusap-usap punggungnya, tapi Ibu malah sibuk memotong kuku.
Ibu hanya tersenyum geli.
Menyadari Rani mulai mengejan, Ibu cepat-cepat bertindak.
Tak sampai setengah jam, tangisan bayi pun terdengar. Tangis dan teriakan-teriakan Rani sekejap berubah senyuman. Bayi perempuan yang cantik dan sehat telah lahir dari rahim Rani. Adipati menatap Rani dan bayinya dengan penuh haru. Adipati mengecup kening Rani.
CUT TO.
51. INT. DI DALAM RUMAH ADIPATI — BEGIN MONTAGE
Pemain: Adipati, Rani, Ibunya Adipati, Bayi
- Adipati bahagia, dan memberi nama bayi mereka
- Adipati dan Rani belajar menjadi orang tua baru dibantu oleh Ibu
- Rani memilih untuk menyusui bayinya sendiri dengan ASI meskipun kerepotan
- Adipati membantu Rani mengurus bayi dan sering bergadang
END MONTAGE.
52. INT. DI DALAM KAMAR ADIPATI — MALAM
Pemain: Adipati, Rani, Ara
Malam itu entah mengapa suasana jadi sedikit lebih berbeda dari biasanya. Adipati memasuki kamar saat Rani baru menidurkan putrinya di ranjang khusus bayi.
Rani menoleh ke belakang dan melihat Adipati sedang memasukkan segepok uang ke dalam tas Rani. Kemudian pria itu beranjak menghampiri koper Rani yang tergeletak di atas meja. Adipati membuka dan memeriksa isinya dengan gerakan cekatan.
Rani memotong kalimat Adipati yang panjang dengan sebuah pelukan mesra dari belakang. Ia memejam menikmati kenyamanan itu sambil menyandarkan kepalanya di punggung Adipati yang tertegun tak bersuara.
Adipati melepas kedua tangan Rani yang melingkar di perutnya untuk berputar arah. Tanpa berkata-kata, Adipati mencium lembut bibir Rani sambil meluapkan emosinya.
Adipati masih menciumi Rani sambil menangis.
Rani mendorong dada pria itu dengan lembut, tapi tetap saja Adipati tak mau menjauhkan diri, malah semakin mempererat dekapannya.
Rani merasakan betapa wajahnya basah. Pria itu telah membanjirinya dengan air mata, membuat dada Rani bergetar tak kuasa menahan tangisnya juga.
CUT TO.
53. INT. BANDARA — PAGI
Pemain: Adipati, Rani, Ara
Rani merasa resah karena harus pergi mewujudkan mimpinya ke Los Angeles. Ia tak kuasa meninggalkan bayinya dan juga Adipati.
Pandangan Adipati yang semula tertunduk sedih pun terangkat ke arah Rani. Dia mengulas senyuman lembut, senyuman yang memaksa.
Setelah itu Adipati kembali tertunduk menatap sang putri yang terbaring di keranjang dorongnya, seakan ingin menyembunyikan kesedihan.
Rani pun bisa tenang melepas tangan Adipati. Setelah mencium tangan dan memeluk Ibu, Rani pun berbalik meninggalkan mereka sambil menyeret kopernya. Melewati pagar pembatas untuk menjalani pemeriksaan kelengkapan surat-surat, tiba-tiba ia mendengar Adipati memanggilnya. Ketika Rani menoleh, pria itu tengah berlari ke arahnya.
Adipati meneriakkan sesuatu, sayangnya Rani tidak bisa mendengarnya dengan jelas lantaran saat itu sebuah informasi terkait pesawat yang ditumpanginya diumumkan dengan keras secara bersamaan. Rani balas berteriak, dan Adipati pun kembali mengulangi kalimatnya yang entah apa itu, sepertinya terdiri dari dua-tiga kata, seraya menunjuk dirinya sendiri lalu menunjuk ke arah Rani.
CUT TO.