Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tali Pati Rani
Suka
Favorit
Bagikan
47. TPR skrip #47

147. INT. RUANG TENGAH UNIT APARTEMEN RANI — MALAM

Pemain: Adipati, Rani, Ara

Malam hari masih di tanggal yang sama, Rani mengajak Ara bermain di kamar apartemennya. Sementara mereka membiarkan ibu Adipati beristirahat untuk memperoleh ketenangan jiwa. Di tempatnya, Rani merasa lebih santai membawa diri di tengah ketegangan yang terjadi. Keberadaan sang putri tentu menjadi penawar utama segala rindu dan laranya.


ARA
Mama, kenapa tinggal tetanggan sama Papa?

RANI
Sebetulnya Mama yang lebih dulu tinggal di sini, papa kamu yang selalu ngikutin Mama!

ADIPATI
(menyahut)
Mana bisa gitu? Aku membangun apartemen ini sudah hampir lima tahun!


Untuk kesombongannya, Adipati mendapat cibiran dari Rani.


ARA
Papa dan Mama akan menikah. Kenapa nggak serumah?

ADIPATI
Papa udah bilang itu sama mama kamu, tapi mama kamu nggak mau!

RANI
Eeh, memangnya anak Mama tahu apa soal pernikahan, hm?

ARA
Itu artinya, Papa dan Mama akan tinggal bersamaku selamanya!


Mendengar jawaban antusias Ara, Rani dan Adipati tergelak bersamaan. 


ARA
Aku mau tidur sama Mama di sini!

RANI
Tentu saja, Sayang!

ADIPATI
Papa juga!


Rani melotot begitu Adipati turut menyahuti.


ADIPATI
Maksudku, Aku juga nggak keberatan kalau Ara tidur di sini sama kamu!
(berkelit)
Aku akan menyewa satu apartemen lagi untuk Ibu. Sepertinya Ibu butuh waktu untuk sendiri.

RANI
(menyela)
Nggak perlu.
Pati, kalau kamu nggak keberatan, kamu bisa tidur di sofa.

ADIPATI
Oh?

RANI
Daripada harus merepotkan pegawai kamu!

ADIPATI
Euh, bilang aja kalau kamu nggak ingin jauh dari aku!

RANI
Kalau begitu, aku berubah pikiran!

ADIPATI
Kamu lihat, kan, Ara? Mama kamu malu-malu!


Ara cekikikan. Anak dan ayahnya itu sudah mulai kompak meledeki Rani.

CUT TO.


148. INT. DI DALAM KAMAR DI UNIT APARTEMEN RANI — MALAM

Pemain: Ara, Rani

Ara dan Rani terus bercengkerama dan berbagi cerita.


ARA
Mama jangan tinggalin Ara lagi!

RANI
Iya, Sayang. Mama akan selalu nemenin Ara!


Setelah mengucapkan itu, Ara akhirnya terlelap tepat di jam sembilan malam. Ara terus memeluk Rani seolah takut mamanya akan pergi lagi.


Di detik Rani memastikan sang buah hati benar-benar larut di alam bawah sadarnya, pelan-pelan Rani menjauhkan diri. Ia tidak akan ke mana-mana, hanya sekadar mengantar selimut pada ayah Ara yang berencana tidur di sofa ruang utama.

CUT TO.


148. INT. DI RUANG UTAMA UNIT APARTEMEN RANI — MALAM

Pemain: Adipati, Rani

Rani melihat Adipati masih terjaga, menonton televisi yang menyiarkan pertandingan sepak bola.

Rani pun meletakkan selimut berbahan bulu lembut—yang baru ia ambil dari lemari ke atas meja di depan tempat duduk Adipati.


ADIPATI
Eh? Apa Ara udah tidur? 

Dua anggukan Rani berikan diselingi senyuman. 

RANI
Ara sama sekali nggak ingin aku ninggalin dia meski cuma untuk ke kamar kecil. Dia takut aku pergi dan nggak kembali saat dia bangun nanti.


Adipati tergelak lirih. Adipati lantas meraih tangan Rani.

ADIPATI
Aku juga merasakan ketakutan yang sama. 


Seakan terhipnotis, Rani mengempaskan diri duduk di dekat sang kekasih. Adipati merangkul punggung Rani yang balas melingkarkan kedua tangan ke perut pria itu sembari menyandarkan kepala di bahunya.


RANI
Tuhan bener-bener baik. Di saat aku merasa semuanya hancur dan nggak mungkin untuk aku miliki lagi, Tuhan kembali memberiku kesempatan untuk memperbaiki semua setelah aku mengingkarinya. Kamu benar, Pati. Aku nggak ingin melewatkan kesempatan ini dengan melakukan kesalahan yang sama di masa lalu. Terlebih setelah perpisahanku dengan Wira, aku benar-benar merasa lega. Mungkin ... karena aku nggak harus memungkiri keberadaan Ara lagi. Mengakui putriku di hadapan dunia, sepertinya akan membuat hidupku jauh lebih tenang.


ADIPATI
Kamu akan bawa Ara keluar bersama kamu? Masuk ke lingkungan kamu?


Rani melepas sandaran, mendongakkan wajah untuk dapat menemukan mata Adipati. 

RANI
(menimpali)
Kenapa nggak? 

ADIPATI
Itu mungkin akan sedikit menyulitkan kamu.


RANI
Aku nggak peduli. Sama kamu, semuanya pasti akan menjadi lebih mudah!


Terpegun menyelami mata Rani beberapa saat seakan mencoba mencari kesungguhan di sana, senyum Adipati pun terulas lembut. Rani merasa terhipnotis dengan semua yang ia lihat dalam diri Adipati. Bahkan saat Adipati mencium bibirnya, Rani tak dapat menolak. 


Untuk sejenak Rani menjauhkan wajah dari Adipati yang terus mencumbunya. 


ADIPATI
(berbisik lirih)
Ada apa?

RANI
Pati, apa kita akan tetap menikah, walau apa pun yang terjadi?


Tercenung memikirkan pertanyaan Rani, pria itu menjawab dengan nada lembutnya. 

ADIPATI
Aku nggak akan memulai kalau nantinya aku merasa ragu dan ingin berpisah. Jadi berjanjilah kamu nggak akan pernah mundur, dan teruslah bergantung padaku, bahkan nempel terus sama aku. Kita akan bersama seterusnya!


Terharu oleh sumpah Adipati, Rani pun kembali mencumbu Adipati.


RANI
(berbisik sambil terengah-engah)
I love you, Pati!


Selang beberapa menit, Adipati mendorong Rani hingga hampir telentang untuk meraih remote televisi yang ada di belakang Rani, di sela sentuhan bibirnya. Ruangan tempat mereka berada pun akhirnya menjadi gelap hingga membuat keduanya semakin terbuai akan hasrat yang tak terbendung.

CUT TO.


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar