Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Tali Pati Rani
Suka
Favorit
Bagikan
14. TPR skrip # 14

49. INT. KAMAR ADIPATI — MALAM

Pemain: Rani, Adipati

Rani sedang tak bisa tidur lantaran memikirkan berbagai hal. Selain masih mengingat Wira dan memikirkan perasaan Adipati yang tak juga terucap, ia juga cemas memikirkan persalinannya. Rani akhirnya membuka pintu kamar dan melihat Adipati tertidur di matras di ruang tengah. Rani pun memanggilnya.


RANI
(setengah berbisik)
Pati! Pati!

Adipati menggeliat dan bangun hingga membuka mata. Adipati melihat ke arah kamar.

RANI
Ssst, sini!

ADIPATI
Oh?


Tak sampai satu menit, Adipati sudah masuk ke dalam kamar yang sama.


ADIPATI
Rani, ada apa? Kenapa belum tidur?

RANI
Aku lagi cemas.

ADIPATI
Kamu merasakan sesuatu?

RANI
Aku ... aku takut banget bayangin persalinanku nanti, Pati. Aku takut sesuatu terjadi padaku, atau juga pada bayi kita. Aku nggak bisa tidur mikirinnya.

Adipati melepaskan napas panjang dari mulutnya. Dia mengelus-elus kedua lengan Rani.
ADIPATI
Tenang, ya! 
Yang aku pelajari dari internet, hal seperti itu sudah biasa terjadi pada wanita hamil. Menurutku kamu hanya perlu memikirkan hal-hal yang baik aja supaya semuanya berjalan dengan mudah. Rani, aku tahu banyak sekali yang kamu pikirkan dan menjadi beban. Tapi selama bersamaku, kamu nggak—


Karena gemas mendengar Adipati yang terlalu banyak bicara, Rani menarik wajah Adipati dan menciumnya.


RANI
Gimana dengan itu? 

ADIPATI
(bertanya sambil membeliak)
Rani, apa yang kamu lakuin? Kalau Ibu sampai melihat, dia akan menendang milikku!

RANI
Ibumu nggak akan terbangun kalau kamu nggak bicara terus!

ADIPATI
Oh? Ya sudah aku balik saja. Sudah tidurlah, jangan cemaskan apa pun lagi! 


Adipati menggerutu, kemudian berbalik meninggalkan Rani yang dirundung gelisah. Di belakang pintu, langkah Adipati terhenti. Dia tertegun seakan menyadari mesuatu. Kepalanya berputar ke arah Rani yang masih menatapnya cemas diselingi napas tak beraturan.


ADIPATI
Aaakh!! 
(Tampak gerah, seolah ingin berontak atas aturan ibunya, Adipati beranjak kembali ke tempat Rani berdiri sambil melucuti kaosnya sendiri.)
Daripada menyesal!


Sesampainya di hadapan Rani, Adipati langsung menarik kedua rahang calon istrinya dan melahap kedua belah bibirnya yang sudah sangat siap.


RANI (V.O.)
Tuhan, apakah ini ujian?
Jika suatu jalinan bisa abadi hanya dengan gairah, bisakah kita menjalaninya tanpa cinta?
Jika kepuasan saja mampu memberikan rasa percaya, tak bisakah abdi dan janji dikesampingkan?


Adipati dan Rani melakukan hubungan terlarang itu lagi. Rani tak kuasa menolak kala Adipati terus menyerangnya. Lagi pula ia memang sengaja memancing perasaannya. Namun, Rani malah mengingat Wira kala mereka akan mencapai puncak.


RANI
(berbisik tanpa sadar)
Wira ....

ADIPATI
Kamu bilang sesuatu?

RANI
Oh? P-Pati, aku lelah. 

ADIPATI
Sebentar lagi, ya!


Hingga waktu menunjukkan pukul dua pagi, Rani masih belum bisa terlelap. Adipati tertidur di belakangnya, memeluknya dengan mesra di balik selimut yang sama. Rani masih terus memikirkan soal perasaan Adipati padanya.



RANI
Pati, apa aku batalin aja beasiswa itu?

ADIPATI
(menimpali dengan suara serak menahan kantuk)
Hm? Kenapa?

RANI
Orang yang aku andalkan ada di sini. Bagaimana nanti aku akan hidup seorang diri di sana tanpa kamu?

ADIPATI
Aku selalu ada di hati kamu, kan?

RANI
Apa aku juga ada di hati kamu? Apakah ... kamu cinta sama aku?


Akhirnya Rani bisa mengatakannya juga. Sebuah pertanyaan tentang cinta, yang akan memastikan hubungan keduanya. Selama beberapa menit, Rani tak mendengar jawaban dari Adipati lagi.


RANI
Pati?


Rani menoleh ke belakang, dan melihat pemuda itu sudah tertidur lelap. 

CUT TO.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar