Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
135. INT. DI BUTIK MILIK RANI — SIANG
Pemain: Rani, Tita
Di butiknya, Rani jadi tidak fokus pada pekerjaannya karena belum melihat Adipati sejak kemarin. Ia terus saja mengawasi ponselnya yang telah terhubung dengan CCTV—yang terpasang di depan koridor pintu apartemennya menggunakan internet. Tidak seorang pun yang tampak keluar dari ruangan di depan kamar apartemennya. Hanya seorang petugas kebersihan, dan itu sama sekali tidak bisa menyurutkan rasa penasarannya.
Rani tegas menolak saat merasa tahu isi otak gadis itu, dan ia tahu betul apa yang akan dikatakan sang asisten.
Menarik napas dalam-dalam, Rani mengembuskannya perlahan lewat mulut.
Perkiraan Rani tak meleset. Asistennya sangat terkejut oleh pengakuan yang tak direncanakannya tersebut. Sampai-sampai Tita menutup mulutnya yang ternganga lebar dengan mata membeliak.
Rani mengangguk mantap.
Rani tidak ingin menunda kebenaran ini terlalu lama lantaran khawatir Tita akan semakin menaruh harapan besar pada Adipati.
Tercengang-cengang, tubuh gadis itu kemudian melemas di kursi depan meja kerja Rani.
Sungguh Rani tidak habis pikir olehnya. Mereka bahkan baru saja bertemu, tapi Tita sudah merasakan patah hati? Rupanya pesona Adipati sangat hebat, mampu membuat Tita terpikat dalam waktu singkat.
Sesaat, Rani memikirkan hal yang sama.
Tita tampak merenungkannya.
Lalu tersadar dirinya nyaris larut dalam penyesalan, Rani tersentak.
CUT TO.
136. DI DALAM KAMAR UNIT APARTEMEN ADIPATI — SIANG
Pemain: Rani, Adipati, Dokter
Rani terus merasa resah karena tak melihat Adipati bahkan sampai sore. Setelah berpikir beberapa kali tentang Adipati yang tak terlihat sejak kemarin, Rani masuk ke unit apartemen Adipati setelah memasukkan kode yang dibilang lelaki itu sebelumnya. Rani melihat Adipati berbaring di ranjang kamarnya yang tanpa sekat dengan dibalut selimut.
Adipati yang tadinya bergeming, hanya mengerutkan dahi samar-samar sambil mengeluarkan rintihan dari mulutnya. Rani melihat meja lampu dekat kasurnya berantakan. Baskom berisi air, botol minuman, dan juga mangkuk bekas makanan berserakan di situ. Apakah jangan-jangan ... Buru-buru Rani naik ke atas kasur guna memerika suhu tubuh Adipati di bagian leher.
Akhirnya setelah beberapa menit, Rani memanggil seorang dokter. Rani merasakan cemas luar biasa lantaran takut ayah Ara itu tak bisa diselamatkan. Untungnya, sang dokter tak mendeteksi adanya penyakit serius.
CUT TO.
137. INT. KAMAR UNIT APARTEMEN ADIPATI — SIANG
Pemain: Rani, Adipati
Setelah pergi membeli obat seperti yang dianjurkan dokter, Rani kembali ke apartemen Adipati. Ia tidak bisa dan tidak tega membiarkan Adipati sendirian dalam keadaan sakit. Maka Rani yang akan merawatnya karena ia tahu, di sini Adipati pun sama sepertinya yang tidak memiliki saudara atau keluarga.
Rani telah menyiapkan semangkuk bubur yang baru saja ia buat.
Adipati menggumam dengan mata yang masih layu dan setengah terbuka.
Ya, berjam-jam Adipati lebih memilih tidur. Kondisinya yang lemas dan panas tentu menyerap habis tenanganya, sehingga tak ingin melakukan apa-apa walau untuk makan saja. Adipati terus terbaring, mungkin itu juga yang selama seharian kemarin dilakukannya. Melihatnya seperti itu, Rani merasa iba.
Rani telah menghubungi asistennya setelah mengambil keputusan yang mantap dengan meninggalkan pekerjaanny, mungkin sampai Adipati benar-benar sembuh. Ia akan merawat pria itu sungguh-sungguh. Tak hanya mengganti kompres, tapi Rani juga memasak, mencuci piring dan juga pakaian Adipati. Ia tidak bisa membayangkan jika Adipati jatuh sakit saat tidak berada di dekat Rani. Dia akan semakin tak berdaya sendirian dalam keadaan seperti itu.
Ketika itu Rani melihat Adipati mengulurkan tangan ke arah meja lampu, berupaya menggapai sesuatu dari sana, ia tergesa-gesa menghampirinya.
Rani yang sudah duduk di atas kasur pun bertindak mengambil apa yang dibutuhkan Adipati.
Pria yang masih terbaring itu meminum air mineral dengan bantuan sedotan.
Pria itu kembali memejamkan mata. Sepertinya Adipati benar-benar sedang merasa tersiksa dengan kondisinya, hingga Rani pun diabaikannya. Namun, tidak heran lagi bagi Rani yang telah mengenal Adipati sejak lama. Sejak dulu, sejak mereka masih tinggal di goshiwon dan Rani merawatnya ketika sakit, Adipati memang sangat anti meminum obat. Makan pun hanya sesuap. Dia akan terus tidur seharian, bahkan bisa sampai dua malam. Sebab itu Rani tidak akan tersinggung.
Kali ini Rani juga tidak ingin menyerah. Adipati harus kembali bekerja, juga mengurus putrinya. Dia memiliki tanggung jawab besar, Dia harus pulih dan bangun lantaran banyak orang yang bergantung padanya.
Senantiasa Rani berjaga di samping Adipati. Setiap beberapa menit sekali, ia mengganti kompres dan tak lelah membujuk pria itu untuk makan. Walaupun hanya sepotong roti atau seiris buah, Rani lega melihat pria itu mau menelan dan mengisi kekosongan perutnya.
CUT TO.
138. INT. DI KAMAR UNIT APARTEMEN ADIPATI — MALAM
Pemain: Adipati, Rani
Baru saja Rani kembali dari kamar mandi, langsung mendapati Adipati menggigil dengan bibir kebiruan. Teriakannya seketika melengking menyerukan panggilan pria itu dengan nada panik, seraya cepat-cepat meloncat ke atas ranjang.
Rani benar-benar cemas dan bingung harus berbuat apa. Setelah berpikir, akhirnya Rani mencoba menggerus obat berbentuk kaplet yang harusnya dikunyah Adipati sebelum makan, baru dilanjutkan menelan tablet yang lainnya setelah makan. Karena bandel dan tak mau menurut, Rani akan menyuapkannya diam-diam dengan bantuan sendok dan sedikit campuran air. Tak ayal, pria itu merengut begitu obatnya masuk ke dalam mulut.
Rani kembali menjejalkan sisa obat yang ada di gelas kecil ke dalam mulut Adipati dengan bantuan sendok. Sontak matanya memicing, dan Rani pun buru-buru menutupi mulut Adipati yang berusaha memuntahkan obatnya.
Beberapa detik memastikan pria itu tak lagi melakukan perlawanan, Rani memintanya untuk meminum air mineral. Hanya satu-dua isapan air yang dihantar dengan sedotan menuju tenggorokan, Adipati menjatuhkan kepala dan langsung kembali terpejam. Rani tidak menyangka akan membutuhkan kerja keras hanya untuk bisa membuatnya yang seperti bayi mau menelan obat. Sekarang dia terlihat lebih tenang, Rani jadi merasa sedikit lega. Saatnya memberikan waktu untuk Adipati beristirahat. Sebagai upaya akhr, Rani merapikan selimut beserta mengganti kompresnya dengan air yang baru.
Tengah malam, Rani masih betah tak memejamkan mata. Suhu panas yang mengaliri tubuh Adipati akhirnya sudah mereda. Setiap mengawasinya, hati Rani tanpa kendali melantunkan doa untuk kesembuhan lelaki yang sangat ia puja itu.
Pria itu telah mengeluarkan banyak keringat. Tidurnya pun tenang tak kerap menggeliat. Sedetik pun Rani tak ingin berpaling dari wajah pucat itu, apalagi beranjak. Ia terus mengawasi Adipati dengan renungan-renungan.
Rani mengenang momen-momen yang dilaluinya bersama Adipati selama ini.
Rani akhirnya menyerah ketika hari menjelang pagi. Matanya mulai terasa lelah, dan ia pun menidurkan diri di samping ayah Ara. Dengan posisi menyamping, Rani menatap lurus sisi wajah bersih dan hidung Adipati yang mancung itu dengan hati dan pikiran yang tenang.
CUT TO.