Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR KEISYA. MALAM
Keisya melipat mukenanya. Mengaji sendiri di malam keseratus kepergian Dimas, membuatnya lebih tenang. Dia siap apa pun yang terjadi besok, walau pun keinginannya untuk menyusul Dimas tidak akan terjadi di hari seratus Dimas besok.
SFX. SUARA KETUKAN PINTU.
KEISYA
Masuk.
Pintu terbuka dan terlihat Arumi hadir sembari tersenyum lebar.
ARUMI
Sudah selesai, Kei?
KEISYA
Sudah, Ma. Ada apa, Ma?
ARUMI
Ada yang ingin ketemu sama kamu.
KEISYA
Siapa?
Aldi dan Nadin melangkah masuk yang membuat Keisya tersenyum lebar. Nadin memeluknya erat, sedangkan Aldi berdiri di belakang Nadin. Arumi sendiri berpamitan ke luar dari kamar tanpa menutup kembali pintu.
KEISYA
Kok pada gak bilang mau datang?
NADIN
Sengaja, ngasih kejutan.
Keisya tersenyum lantas mengalihkan pandangan ke kotak di tangan Aldi.
KEISYA
Apa ini?
ALDI
Semua peralatan Dimas di kantor, Kei. Selama ini barang-barangnya aku simpan di rumah, karena takut kamu belum bisa terima. Tapi kali ini aku ingin memberikannya.
Keisya menerimanya, duduk di pinggir tempat tidur dan membukanya. Ada jas milik Dimas, beberapa alat tulis dan topi terakhir yang dia pakai sebelum kejadian waktu itu. Keisya meneteskan air mata, dan berusaha tersenyum saat Nadin menguatkannya dengan memegang pundaknya.
KEISYA
Makasih ya, udah mau nyimpan semuanya.
ALDI
Sudah tugasku, Kei. Dimas bukan hanya rekan kerja, tapi sahabatku.
NADIN
Yang kuat ya, Sayang?
KEISYA
(mengangguk)
Aku bisa minta tolong satu hal lagi?
ALDI
Apa, Kei?
KEISYA
Bisa temanin aku ke makam Mas Dimas besok? Aku ingin menggantungkan topi ini di batu nisannya.
ALDI
Dengan senang hati, Kei. Kami jemput kamu besok pagi ya?
KEISYA
Gak usah, aku pergi sendiri saja. Kita ketemu di sana ya.
NADIN
Kamu yakin?
Keisya mengangguk,meraih topi Dimas dan memeluknya erat. Dia benar-benar merindukannya hingga terus meneteskan air mata sembari memanggilnya lirih.