Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
FIRASAT
Suka
Favorit
Bagikan
78. Scene #78

INT. KAMAR KEISYA. MALAM

Keisya melipat mukenanya. Mengaji sendiri di malam keseratus kepergian Dimas, membuatnya lebih tenang. Dia siap apa pun yang terjadi besok, walau pun keinginannya untuk menyusul Dimas tidak akan terjadi di hari seratus Dimas besok.

SFX. SUARA KETUKAN PINTU. 

KEISYA

Masuk.

Pintu terbuka dan terlihat Arumi hadir sembari tersenyum lebar. 

ARUMI

Sudah selesai, Kei?

KEISYA

Sudah, Ma. Ada apa, Ma?

ARUMI

Ada yang ingin ketemu sama kamu.

KEISYA

Siapa?

Aldi dan Nadin melangkah masuk yang membuat Keisya tersenyum lebar. Nadin memeluknya erat, sedangkan Aldi berdiri di belakang Nadin. Arumi sendiri berpamitan ke luar dari kamar tanpa menutup kembali pintu. 

KEISYA

Kok pada gak bilang mau datang?

NADIN

Sengaja, ngasih kejutan. 

Keisya tersenyum lantas mengalihkan pandangan ke kotak di tangan Aldi. 

KEISYA

Apa ini?

ALDI

Semua peralatan Dimas di kantor, Kei. Selama ini barang-barangnya aku simpan di rumah, karena takut kamu belum bisa terima. Tapi kali ini aku ingin memberikannya. 

Keisya menerimanya, duduk di pinggir tempat tidur dan membukanya. Ada jas milik Dimas, beberapa alat tulis dan topi terakhir yang dia pakai sebelum kejadian waktu itu. Keisya meneteskan air mata, dan berusaha tersenyum saat Nadin menguatkannya dengan memegang pundaknya. 

KEISYA

Makasih ya, udah mau nyimpan semuanya.

ALDI

Sudah tugasku, Kei. Dimas bukan hanya rekan kerja, tapi sahabatku.

NADIN

Yang kuat ya, Sayang?

KEISYA

(mengangguk)

Aku bisa minta tolong satu hal lagi?

ALDI

Apa, Kei?

KEISYA

Bisa temanin aku ke makam Mas Dimas besok? Aku ingin menggantungkan topi ini di batu nisannya.

ALDI

Dengan senang hati, Kei. Kami jemput kamu besok pagi ya?

KEISYA

Gak usah, aku pergi sendiri saja. Kita ketemu di sana ya.

NADIN

Kamu yakin?

Keisya mengangguk,meraih topi Dimas dan memeluknya erat. Dia benar-benar merindukannya hingga terus meneteskan air mata sembari memanggilnya lirih.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar