Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. RUMAH SAKIT BINA KASIH. SIANG
Keisya menghentikan langkahnya saat melihat Niko dan Arumi menangis di depan ruang ICU. Arumi terduduk di kursi, menangis memanggil nama Dimas yang membuat Keisya merasa sakit di dada kirinya.
Keisya melangkah mendekat bersama Nadin. Dikta yang lebih dulu melihat Keisya, langsung berlari mendekatinya dan membuat keisya memeluknya erat.
KEISYA
Mas Dimas kenapa, Dek. Mas Dimas baik-baik aja, kan?
DIKTA
(terisak)
Masuklah, Mbak. Mas nungguin Mbak Kei di dalam.
Keisya melepaskan pelukan, menatap Dikta yang langsung mengangguk pelan. Keisya menarik tangan Dikta untuk masuk bersamanya, meninggalkan semua orang yang masih terdiam dengan tangisan di luar.
CUT TO:
KEISYA
Mas....
(Keisya mendekati Dimas yang terbaring tak sadarkan diri)
Bangun, Mas.
Suara alat-alat rumah sakit terus berderu di kedua telinga Keisya, yang berhasil membuat hatinya sakit bukan main. Keisya meraih tangan Dimas, membawanya ke perutnya sembari meneteskan air mata.
KEISYA
Bangunlah demi anak kita, Mas. Demi aku dan anak kita
(terisak)
Dikta kaget mendengarnya, berdiri di belakang tubuh Keisya sekedar menjaganya agar tidak terjatuh.
KEISYA
Mas, ayo bangun. Rasakan anak kita, Mas. Ayo bangun.
Namun bukan kedua mata Dimas yang terbuka. Secara tiba-tiba, tangan Dimas yang berada di perut Keisya, terjatuh disusul suara pendeteksi jantung yang secara tiba-tiba nyaring menandakan jantung Dimas tak lagi berdetak. Semua team medis yang berada di dalam ICU, langsung berlari mendekati Dimas dan berusaha menyelamatkannya. Keisya berteriak memanggil Dimas, berniat mendekat namun dengan cepat Dikta menarik kedua bahunya untuk mundur.
Keisya berusaha melepaskan diri. Terus menangis saat alat demi alat menyentuh kulit dada Dimas dan menghentakkan tubuhnya. Beberapa menit berlangsung, namun pertolongan yang dilakukan untuk membawa Dimas kembali, malah sia-sia. Dokter menghentikan penyelamatan, dan mundur beberapa langkah.
DOKTER
14.35 WIB. Catat tanggal kematiannya, Suster
Keisya yang mendengar hal itu, langsung menggelengkan kepala. Berteriak memanggil nama Dimas, dan mendekatinya sembari memeluknya erat.
KEISYA
Bangun, Mas. Bangun!!!
Dikta berusaha menenangkannya seiring pintu ICU terbuka, dan terlihat Arumi dan Nico masuk ke dalam mendekati tempat Dimas berbaring tak bernyawa. Semua tangisan terdengar memenuhi ICU yang seketika, terasa sakit akibat kehilangan.