Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR. PAGI
Keisya menghela napas panjang, menatap lurus ke jendela yang langsung tertuju ke taman samping rumah. Keisya sesaat memperhatikan tulisan di buku diary berwarna pink bertuliskan namanya, Keisya Ayesha Ananda. Dia membukanya, berhenti di halaman yang masih kosong tanpa noda lantas mengetuk-ngetuk ujung pulpen ke meja.
Keisya menoleh ke selembar foto seorang lelaki di samping bukunya, meraihnya dan tersenyum lebar. Keisya beralih mengambil perekat kertas di tempat beberapa pulpennya, lantas menuangkan isinya sedikit ke bagian belakang foto, dan menempelkan foto itu ke halaman sebelah kiri, lantas mulai menulis di halaman sebelah kanannya.
KEISYA (V.O)
Dimas Andrian Dirgantara. Senior paling menyebalkan di sekolahku dulu saat SMA, yang kini berhasil menyematkan cincin pertunangan di jari manisku.
(tersenyum)
Sampai saat ini pun, aku tidak pernah menyangka, lelaki dingin yang terkesan cuek itu, ternyata begitu hangat memperlakukanku dengan cintanya. Kesopanannya menghadirkan keyakinan dalam diriku untuk memilihnya. Hingga membuatku menerimanya, saat dua belas tahun lalu Dimas mengucapkan cinta padaku.
SFX. SUARA HANDPHONE BERDERING
Keisya beralih ke handphone di samping tangannya, membaca satu nama di dalamnya, lantas menjawabnya dengan menyunggingkan senyuman
KEISYA
Iya, Sayang
DIMAS (S.O)
Selamat pagi, Sayang. Lagi ngapain? Udah mandi belum?
KEISYA
(tertawa)
Belum.
DIMAS
(tersenyum)
Mas aja udah di kantor, masa jam segini masih bau sih.
KEISYA
Masih males banget nih, Sayang. Lagian, ntar kalau Kei mandi pagi, ntar maki cantik, mas yang kerepotan jagain Kei.
(cekikikan)
DIMAS (S.0)
(tertawa sesaat)
Kamu ini bisa aja jawabnya. Ya udah mandi gih, siap-siap. Hari ini kan kita mau proses pengajuan pernikahan. Kamu juga harus wawancara dengan ibu bhayangkari, kan? Jam 10, mas jemput ya.
KEISYA
Iya, Sayang. Kei mandi dulu ya.
(mengakhiri pembicaraan)
Keisya memperhatikan tulisannya, meraih pulpen kembali dan menulis lagi kalimatnya yang masih belum tuntas.
KEISYA (V.O)
Itulah Dimas, lelaki yang sedikit kaku namun selalu mengerti aku. Tak ada hari baginya untuk tidak melewatkan waktu sekedar menghubungiku. Padahal aku dan dia satu kota, namun dia selalu saja menghubungiku setiap kedua mata tidak saling tatap. Dia mampu mengerti aku yang selalu butuh perhatian kecil darinya, walau hanya sekedar menyapaku setiap pagi, dan sebelum tidur di malam hari.
Keisya mengakhiri tulisannya, meletakkan pulpen di tempatnya, menutup diary dan memasukkannya ke dalam laci, lantas melangkah pergi ke kamar mandi di kamar tidurnya sembari menyambar handuk di sangkutan di samping pintu kamar mandi.