Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
FIRASAT
Suka
Favorit
Bagikan
53. Scene #53

INT. KAMAR. MALAM

Dimas yang masih melihat Keisya muntah-muntah, terlihat khawatir.

DIMAS

Mau mas bawa ke dokter, Sayang? 

(mengusap punggung Keisya)

KEISYA

Gak usah, Sayang, Keisya baik-baik aja kok. Kamu gimana kerjaan hari ini?

DIMAS

Di kantor rame banget pendukung dari korban yang minta keadilan, sedangkan pihak polisi juga masih mencari kepastian mengenai info siapa dalang dan motif dari semuanya. Hal kayak gitu kan gak mungkin selesai dalam satu hari, Sayang.

KEISYA

Terus kondisi korban gimana?

DIMAS

Masih belum sadarkan diri. Dari awal masuk rumah sakit, korban sudah kritis. Mudah-mudahan saja besok korban sadar, dengan begitu setidaknya para pendukungnya bisa sedikit lebih kondusif.

KEISYA

Terus kalau misalnya kondisi korban makin kritis gimana?

DIMAS

Ya mas juga gak tau. Tapi mudah-mudahan semuanya baik-baik aja ya.

KEISYA

(mengangguk)

DIMAS

Besok kamu praktek?

KEISYA

Iya, Mas, kenapa?

DIMAS

Kamu harus bisa jaga diri ya, Sayang, kalau mau ke kantor naik kendaraan umum itu harus hati-hati atau kalau misalnya kamu ngendarai mobil sendiri juga harus pelan-pelan dan jangan melamun.

Pola makan kamu harus di jaga, jangan sakit kayak gini, kalau kamu lagi sendirian di rumah, pagar rumah di kunci aja ya, jangan tidur larut biar bisa bangun lebih pagi. Jangan dibiasain mandi malam ya, Sayang, kalau kamu lagi banyak kerjaan, harus tetap ingat untuk jaga kesehatan dan istirahat.

KEISYA

(kebingungan dengan segala omongan Dimas)

Sayang, kamu kenapa sih. Kenapa banyak banget note nya buat Keisya, emang kamu mau ke luar kota ya, sampai segitunya. 

DIMAS

Gak sayang, mas gak ke mana-mana. Mas hanya mau berpesan aja sama kamu karena mas takut aja mas gak bisa selalu ada buat kamu. Mas takut, kamu gak bisa mandiri kalau gak ada mas.

KEISYA

Ssstt... Mas gak boleh ngomong macem-macem ya. Pokoknya mas harus ada terus untuk Keisya. Keisya gak mau di tinggal kemana-mana. 

(meluk Dimas)

Dimas tersenyum, membalas pelukan Keisya sembari mendaratkan kecupan di puncak kepalanya. Keisya sendiri tampak kebingungan di pelukan Dimas. Ada yang aneh yang terjadi. Rasanya, sesuatu yanng dia takutkan selama ini, semakin mendekat.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar