Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. RUANG TAMU ARUMI. PAGI
Aldi menerima berkas rumah yang diberikan Dikta padanya. Keisya tersenyum lebar sembari merangkul Nadin yang sejak tadi, duduk di sampingnya.
ALDI
Makasih ya, Kei, udah percaya sama kita untuk membeli rumah kalian. Gue gak ingin rumah itu jatuh ke tangan yang tidak tepat. Ada Dimas di sana, gue ingin menjaga kenangannya di sana. Rumah itu, dia bangun dengan uangnya sendiri. Dia terus menabung sejak awal bekerja sebagai polisi, cuma demi bisa membangun rumah untuk kalian.
KEISYA
Seharusnya gue yang terima kasih, karena kalian udah mau membelinya.
(menghela napas)
Bukan hanya ada Dimas di sana, tapi juga ada gue dan calon anak kami yang ikut dengannya.
NADIN
(memeluk Keisya)
Loe gak sendirian, Kei. Kami semua ada di sini.
KEISYA
Gue tau itu. Terima kasih ya?
ALDI
Tante dan si Om mana, Dik?
DIKTA
Mama sama papa lagi ke rumah Tante Mia. Dikta di sini nemanin Mbak Kei, karena Mbak Kei rada gak enak badan.
NADIN
Loe baik-baik aja, Kei?
KEISYA
(mengangguk)
Gue baik-baik aja.
ALDI
Gak terasa, udah dua bulan setengah Dimas pergi. Nanti pas seratus hari, kita adakan pengajian ya, Kei.
Keisya mengarahkan tatapan ke Aldi sembari tersenyum.
NADIN
Iya, Kei, sekalian ngedoain Dimas.
KEISYA
Doain gue juga ya?
NADIN
Tanpa loe minta, kita semua pasti doain loe kok, Kei. Agar loe kuat dan bisa kembali bangkit.
Keisya tersenyum lebar, menunduk sesaat lantas menyentuh dadanya yang secara tiba-tiba terasa nyeri. Namun diam-diam dia simpan sendiri rasa sakit itu agar semua orang tidak mengkhawatirinnya saat ini. Keisya berusaha kembali tersenyum saat Nadin merangkulnya.
KEISYA (V.O)
Entah bagaimana aku pergi menyusulmu nanti, Mas. Tapi kei yakin, janji itu akan terjadi.