Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. KAMAR KEISYA. MALAM
Keisya membuka kedua matanya. Dia mendengar suara Dimas memanggilnya. Keisya mengalihkan pandangan ke kanan, dan benar saja, ada Dimas di sampingnya. Berbaring mengarahkan tubuhnya ke arahnya dengan tangan kiri menyanggah kepalanya.
Senyuman Dimas, membuat Keisya tersenyum lebar sembari menyentuh pipinya penuh kasih sayang.
KEISYA
Seharusnya mereka percaya padaku, kalau semua itu hanya mimpi. Kamu masih ada di sini, bersamaku.
DIMAS
(tersenyum)
Kamu harus lebih kuat dari sebelumnya, Kei. Karena setelah ini, semua yang terjadi menjadi kebalikannya. Kehadiranku, kini hanya mimpimu saja.
KEISYA
(menggeleng panik)
Kamu bohong kan? Semua itu gak nyata. Aku yakin, kamu gak bakalan pergi dariku.
Dimas mendaratkan kecupan di kening Keisya, dan membelai rambutnya pelan.
DIMAS
Kamu tau keinginanku, kan? Aku ingin menjual rumah kita. Dan aku minta sama kamu, tolong sedekahkan uang itu. Berikan untuk panti asuhan atau ke pembangunan mesjid. Kamu bisa lakukan itu untukku?
KEISYA
(menggeleng)
Aku mau kamu yang melakukannya.
DIMAS
Lakukan atas namaku, dan anak kita, Sayang. Dan terima kasih, kabar kehamilanmu membuat kematianku begitu menenangkan. Aku akan tunggu kalian di tempatku. Aku janji.
KEISYA
Enggak, kamu gak boleh pergi!!
Keisya terbangun dari tidurnya. Mia dan Arumi yang menemaninya di kamar, langsung mendekatinya dan mencoba menenangkannya.
MIA
Sayang, kamu kenapa?
KEISYA
Dimas mana? Dimas mana, Ma?
Mia mengarahkan tatapan ke Arumi yang duduk di samping berbeda dari tubuh Keisya.
ARUMI
Kei, Dimas udah pergi. Kamu harus ikhlas, Sayang.
KEISYA
Enggak, Ma. Tadi Dimas ada di sini. Di samping Kei.
MIA
Gak ada Dimas di sini, Kei.
KEISYA
Ada!
Secara tiba-tiba perut Keisya terasa sakit bukan main Mia dan Arumi yang panik, langsung memanggil semua orang yang berada di luar. Dave, Niko dan Dikta masuk ke dalam dan berniat mengangkatnya membawanya ke rumah sakit. Namun secara tiba-tiba, darah ke luar dan mengalir ke kaki Keisya saat Dikta menggendongnya.
ARUMI
Darah, ada darah!
Keisya yang semakin lemah, kembali jatuh pingsan yang membuat Dikta langsung berlari membawa Keisya pergi ke rumah sakit.