Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. PEMAKAMAN UMUM. PAGI
Keisya melangkah mendekati makam Dimas. Angin berembus lembut, membuat langkah Keisya terasa berat saat berdiri di makam Dimas, sudah berada di dekatnya.
Keisya tersenyum, memberi salam, lantas menekuk kedua lututnya di samping makam Dimas. Menyiramnya dengan air dan menaburkan bunga yang dia beli. Keisya juga menancapkan setangkai bunga mawar di dekat batu nisan Dimas.
KEISYA
Hai, Sayang. Sudah tiga puluh sembilan hari kamu pergi. Dan malam ini adalah malam keempat puluh kamu pergi. Di malam ini juga, kamu akan berjalan di jalan yang baru.
(tersenyum menyakitkan)
Kamu apa gak rindu sama aku? Sejujurnya, aku rindu, Mas. Aku rindu.
Keisya menarik pandangannya ke makam di sebelah Dimas. Ada makam kecil di sana, meski pun tidak ada isinya, namun Keisya sengaja membuatnya untuk anaknya yang belum sempat lahir ke dunia. Ada nama Gilang Dimas Dirgantara di sana, yang membuat Keisya tersenyum tipis.
KEISYA
Hai, anak bunda. Jagain ayah di sana ya. Bunda janji akan segera nyusul kalian berdua.
CUT TO:
DIKTA
Mbak Kei?
Keisya mengarahkan pandangan ke Dikta yang sudah berdiri di belakangnya. Keisya berdiri lantas menatap Dikta dengan tatapan bingung.
KEISYA
Kamu di sini, Dek?
DIKTA
(membuka kaca mata hitamnya)
Aku tadi sengaja ngikutin Mbak. Aku takut, Mbak melakukan hal yang aneh-aneh.
KEISYA
(tersenyum)
Aku tidak akan bunuh diri, Dek. Aku sudah janji sama Mas Dimas dulu.
DIKTA
Janji apa, Mbak?
KEISYA
(menggelengkan kepala)
Maafkan mbak ya, mbak gak bisa ngasih tau kamu.
(menghela napas)
Dek, bisa bantu mbak wujudkan permintaan terakhir Mas Dimas gak?
DIKTA
Apa itu, Mbak?
KEISYA
Bantu mbak jualkan rumah kami. Mas Dimas ingin menjualnya dan memberikan uang hasil penjualan rumah itu ke panti asuhan atau pembangunan mesjid. Kamu bisa membantuku segera mungkin? Aku ingin sebelum seratus hari kepergian Mas Dimas, rumah itu sudah terjual.
DIKTA
Apa harus secepat itu, Mbak?
CUT TO FLASHBACK:
DIMAS
Seandainya kamu dikasih kesempatan untuk memilih waktu kematian, kamu ingin mati kapan, Sayang?
KEISYA
(menghela napas)
Aku ingin, meninggal di saat kita sudah menikah dan bertepatan dengan di hari ke 100 setelah kamu meninggal.
BACK TO:
KEISYA
Aku tidak punya banyak waktu, Dikta.
Keisya tersenyum lebar yang membuat Dikta terdiam mendapati senyumannya.