56. EXT. KORIDOR KELAS 10 — SIANG - PULANG SEKOLAH, HARI YANG SAMA
Beni berdiri bersandar di tiang koridor, sedang mengobrol dengan murid cewek kelas 10. Beberapa murid lalu lalang.
BENI
(Tersenyum)
Gimana kalau besok kita nonton bioskop, Dek? Mau enggak?
CEWEK
(Ragu - ragu)
Em... (Beat) Kakak gak ada pacar gitu? Kok ngajak - ngajak adek?
BENI
Enggaklah, Dek! Kakak pengen aja nonton bareng ama kamu. Besok kamu ada acara ya?
Si cewek menyelipkan rambut ke belakang telinga.
CEWEK
Adek enggak ada acara sih, Kak...
(Malu)
Adek cuma takut aja, kalau Kakak punya pacar, nanti ada yang marah sama Adek.
BENI
(Tertawa)
Kakak gak ada pacar lah, Dek! Lagian, kalau Kakak ada pacar, gak mungkin Kakak di sini nemuin kamu, ngajakin nonton bioskop...
Si cewek merenung.
CEWEK
(Wajah menyelidik)
Kakak beneran gak ada pacar? (Beat) Kak Beni 'kan vokalis band sekolah, ganteng, masuk IPA lagi. Masak iya gak ada yang mau sama Kakak?
Beni berlagak sok keren, menahan tawa.
BENI
(Menyila rambut)
Iya, Kakak ini serius lho, Dek! Besok nonton sama Kakak, ya?
CACHA (O.S)
'Kan elu udah janji mau nonton bioskop ama gue, Ben!
Beni kaget, hampir terjatuh dari sandarannya. Murid cewek menoleh dengan cepat ke arah Cacha.
INSERT: Cacha berdiri cemberut dengan wajah merah, dia melihat Beni dengan marah.
Cacha mendecih keras. Beni diam melongo, Cacha meraih krah baju Beni dan menariknya. Beni membungkuk.
CACHA
Ikut gue!
Beni menurut. Beni dan Cacha pergi, meninggalkan murid cewek yang terbengong sendirian.
CUT TO
57. EXT. BELAKANG LAB FISIKA — SIANG
Cacha berjalan sambil menarik krah baju Beni, diikuti oleh Beni yang berjalan menunduk dan sedang tersenyum. Beni lalu memegang tangan Cacha yang ada di krah bajunya. Cacha kaget, lalu menoleh kebelakang sambil melotot. Dia menarik tangannya dengan cepat. Mereka berdua berhenti.
CACHA
Dasar, Lu! Mengambil kesempatan dalam kesempitan!
BENI
Pinggang gue sakit, Cha, serius! Elu kenapa gak gandeng tangan gue aja, sih? 'Kan lebih enak nariknya sambil jalan bareng sepanjangan koridor. Keliatan romantis gitu...
(Menunjukkan tangan)
Lihat, nih (Beat) Tangan gue gandeng-able lho, mau cobain kagak?
Cacha melengos, lalu bersedekap.
CACHA
(Menunjuk dengan telunjuk)
Gue mau peringatin elu ya, Ben! Kalau sampai elu ngelakuin hal - hal yang bikin Vira sama Alvaro curiga, kayak kejadian di kantin tadi, gue bakal pastiin elu gak akan bisa lagi nyari gebetan!
Beni menurunkan tangan.
BENI
(Muka polos)
Emang tadi di kantin, gue ngelakuin apa sih, Cha?
CACHA
(Kesal)
Gak usah pura - pura, Lu! Pokoknya elu kudu inget kata - kata gue, atau... Elu gak akan dapet gebetan, siapapun!
Beni mendecih, ikut bersedekap
BENI
Kecuali Elu?
Cacha diam, mengangkat alis.
CACHA
(Bingung)
Apa?
BENI
Gue gak akan dapet gebetan siapapun, kecuali elu... (Beat) Sumpah, gue gak tau kalau elu sebegitu cintanya ama gue, Cha!
Cacha berwajah masam.
CACHA
Jijik kali! Sori aja, gue gak sudi ama buaya!
Beni memiringkan kepala, berjalan maju ke depan, Cacha mundur ke belakang. Cacha bersikap waspada.
CACHA
(Mendorong Beni)
Berhenti, Lu!
Beni terdorong satu langkah ke belakang.
CACHA
(Menatap tajam)
Pokoknya elu kudu inget perkataan gue! Gue serius!
Cacha berbalik badan, berjalan meninggalkan Beni.
BENI (O.S)
So... Elu emang bener - bener gak mau, si Vira sama Alvaro tau, kalau kita udah dijodohin?
Cacha berhenti berjalan dan membalikkan badan. Cacha melihat Beni sambil menggigit kedua bibir. Kesal.
BENI
(Meletakkan telunjuk ke dagunya)
Duh.. Kok gue jadi bayangin gimana ntar reaksi mereka kalau tau kita ini dijodoin...
(Tersenyum)
Kayaknya bakal langsung viral nih!
Cacha melongo.
BENI
Cacha Novia, anak dari pemilik toko roti, dijodoin sama Beni Atmaja, anak dari pemilik toko bahan roti. Menarik, 'kan?
Beni menahan tawa.
CACHA
(Marah)
Gua bakal gampar elu, kalau elu berani coba - coba!
Beni menggeleng pelan.
BENI
(Berkacak pinggang)
Elu gak capek apa, nutupin hal ini dari Vira sejak kelas 11? Atau elu lupa kalau...
(Nada dalam)
(Beat)Suatu saat, semua hal yang elu tutupin akan terbongkar juga? Sebenernya ini semua cuma masalah waktu aja sih. Tinggal elunya aja milih kapan...
Cacha sedikit gelisah. Beni mengeluarkan kertas dari saku seragamnya.
BENI
Karena ulah elu barusan, besok elu kudu temenin gue nonton bioskop.
Beni menunjukkan kertas di depan Cacha. Cacha melihatnya.
INSERT:
TIKET BIOSKOP: HANTU JERUK NIPIS. PINTU THEATER 2. PUKUL: 15.45 WIB
CACHA
(Kaget dan mundur selangkah)
Ogah!
BENI
Temenin gue... (Beat) atau gue ngomong ama Vira?
(Mengedipkan satu mata)
Just say yes or OK, Darling?
Cacha menahan marah sambil mengepalkan tangan, Beni tersenyum penuh kemenangan.
CUT TO
58. INT. RUANG MAKAN RUMAH ALVARO — MALAM
Ruangan makan sedikit luas, dengan desain menyatu dengan dapur tanpa sekat. Ada meja berbentuk lonjong dengan 4 kursi.
Alvaro sedang makan malam bersama keluarganya. Nita mengambil rendang daging, lalu meletakkannya pada piring suaminya, PRAM.
NITA
Rendangnya enak 'kan, Pah? Enak gak? Ini yang buat Mamah, lho!
Pram mengangguk.
PRAM
Iya enak, Mah! Mamah sekarang pinter masak ya, rasanya udah kayak masakan padang asli!
NITA
(Wajah bangga)
Iya dong! Mamah 'kan rajin ikutan kursus memasak! Tiap hari Mamah praktekin bermacam - macam menu, Pah (Beat) besok Mamah masakin menu lain, deh...
Pram mengangguk senang sambil mengunyah.
NITA
(Melihat Alvaro)
Tambah lagi rendangnya, Nak!
Nita mengambil rendang dan meletakkan di piring Alvaro. Alvaro mengangguk sambil mengunyah.
NITA
(Sedih)
Hmh... Kalau Mamah tau malam ini masakan Mamah enak banget, harusnya Mamah suruh Vira makan di sini...
Alvaro tersedak, lalu buru - buru mengambil gelas di depannya dan meneguknya. Pram melambatkan kunyahannya, melihat Alvaro.
NITA
(Melihat Alvaro)
Kira - kira, Vira malam ini makan apa ya, Al?
ALVARO
(Kaget)
(Beat) Al mana tau, Mah?
NITA
(Menghela nafas)
Vira kan jauh dari orangtua, kamu sebagai teman dekatnya, yang perhatian, dong! Sekali - kali tanya kek, dia tiap hari makan apa? Punya camilan enggak di kos? Punya uang jajan enggak? Dia 'kan dari kecil paling doyan makan kayak kamu. (Beat) Mumpung sekarang kalian satu kelas, jadi bisa tuh tanya - tanya tiap hari, Mamah 'kan pengen tau!
Alvaro diam, melirik - lirik papahnya, memberi kode meminta pertolongan. Papah berdehem kecil.
PRAM
Ehem... Kalau nanyanya begitu, takutnya malah si Vira malah gak nyaman, Mah!
Nita menoleh ke suaminya.
NITA
Paah... Mamah kangen sama Vira... (Beat) Besok malam ajakin Vira makan sini, ya?
(Gemas)
Muka dia itu mirip banget ama kecilnya Mira dulu. Imut cantik gitu. Pleg deh pokoknya!
(Menoleh ke Al)
Vira cantik, 'kan, Al?
Alvaro tersedak lagi.
NITA
Al... Kamu makannya yang hati - hati dong, Nak, dari tadi kok kesedak terus. Ini minum dulu...
Nita menuang air putih pada gelas Alvaro. Alvaro meminum 2 tegukan. Nita meraih lengan suaminya.
NITA
(Merayu)
Boleh ya, Pah? Besok Mamah mau nyobain masak menu lain...
PRAM
(Mengangguk)
Iya, nanti tanya sama Vira dulu, Mah, dia bisa dateng apa enggak...
NITA
(Menoleh ke Al)
Gimana kalau besok pulang sekolah, Mama ke kos Vira, ajakin makan malam?
Mata Alvaro terbelalak.
ALVARO
(Nada sedikit tinggi)
Jangan, Mah!
Pram dan Nita kaget, melihat Alvaro.
NITA
(Mengernyit)
Kenapa?
ALVARO (V.O)
Soalnya nanti Mamah jadi tau kalau si Vira kerja partime di warnet sebelah kosnya.
ALVARO
Soalnya nanti Mamah jadi kecewa gak ketemu ama dia. Besok pulang sekolah, kami mau kerjain tugas kelompok bareng, Mah. Ntar Al aja yang nanya ke dia.
NITA
(Mengangguk)
Oh gitu... Iya deh, tolong tanyain ke Vira, ya?
ALVARO
Iya, Mah...
NITA
Jangan lupa, pastikan kalau si Vira mau ya?
ALVARO
Kalau itu gak janji, Mah...
NITA
(Merajuk)
Pokoknya si Vira kudu dateng! kalau enggak, Mamah bakal samperin kosnya si Vira. Mamah tungguin di sana sampai pulang!
Alvaro menghela nafas pelan.
ALVARO
Iya Mah, iya...
CUT TO