Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 45 INT. KAMAR NO 8
Cast. Sadajiwa, Dayana
*Seminggu setelah Dayana bebas dari sel hukuman*
Pesan Whatsapp : Temui aku di kafe dekat sekolah kita hari Selasa ini. Sada, kumohon...
Aku ingin bicara denganmu. Please. Sekali aja. Aku akan menunggumu di sana jam 6 sore.
Dayana : Sada?
(Sadajiwa tak tahu berapa kali Dayana sudah memanggilnya, tapi kerutan di wajah Dayana dan upaya untuk merebut ponsel Sadajiwa memberitahunya bahwa itu pasti sudah dilakukan setidaknya tiga kali)
Dayana : Lagi lihatin apa sih di handphone itu sampe serius gitu? Aku udah ngomong sama angin selama lima menit terakhir
Sadajiwa : Maaf
(Sadajiwa menyelipkan ponselnya ke dalam saku lebih cepat sebelum tangan Dayana mampu merebutnya dan Sadajiwa tersenyum merasa bersalah)
Sadajiwa : Barusan kamu ngomong apa?
(Dayana mengerutkan kening dan berdiri dari tempat duduknya. Dia berjalan mendekat dan turun duduk di pangkuan Sadajiwa sehingga dokter magang itu tak punya pilihan selain menatap Dayana secara langsung. Tangan Sadajiwa meringkuk di sekitar pinggul Dayana dengan malu-malu saat tatapan mata Dayana menerkamnya)
Dayana : Aneh deh, kaya ada yang gangguin pikiran kamu selama beberapa hari ke belakang. Apa ada yang salah?
(Dayana memegang wajahnya dengan lembut. Biasanya, kelembutan akan menenangkan Sadajiwa, tapi kali ini, hal itu hanya membuatnya merasa lebih gugup dan bersalah)
Sadajiwa : Nggak ada
(Sadajiwa berbohong, ia tersenyum untuk gadis yang cemas itu seolah-olah pikiran yang mengusik di kepalanya tak penting. Dia berharap itu tak penting)
Sadajiwa : Nggak ada masalah yang penting
Dayana : Kamu yakin?
(Kekhawatiran dan cemberut masih terlihat di wajah Dayana. Dayana telah menghabiskan waktu yang cukup lama dengan Sadajiwa sehingga ia mulai memahami mana senyumnya yang tulus atau senyumnya yang pura-pura, tapi Sadajiwa mengangguk dan dia memutuskan untuk mengabaikan topik itu. Dayana membelai punggung Sadajiwa dengan harapan dapat menghiburnya)
(Jika Sadajiwa tak ingin membicarakannya sekarang, Dayana bisa menunggu - atau mungkin hal itu sungguh tak penting)
Dayana : Kamu selalu bisa curhat ke aku kalau ada masalah, kamu tahu itu, kan?
(Dayana mengingatkan perlahan saat menyelipkan untaian lembut rambut di belakang telinga Sadajiwa dan membungkuk untuk mencium dahinya. Mata Sadajiwa terpejam dengan damai meski hanya sesaat untuk mengapresiasi kehangatannya)
(Sadajiwa berharap Dayana bisa terus menciumnya seperti ini sehingga dia bisa berhenti memikirkan hal lain; tentang telepon dari suara yang dikenalnya beberapa hari yang lalu atau tentang pesan teks yang tak terjawab di kotak masuknya yang sudah ia hindari karena merasa terlalu pengecut. Pikiran Sadajiwa berputar lagi dan dia mengutuk dirinya sendiri secara mental)
(VO Sadajiwa) Nggak ada apa-apa. Itu nggak penting. Aku udah move on
Sadajiwa : Siap. Aku pasti cerita kok sama kamu, kalau aku ada masalah
(Sadajiwa tersenyum lemah. Bibir Dayana mendekati telinganya lalu menciumnya)
Dayana : Bagus, aku nggak mau cemas lagi pas tahu pikiranmu teralihkan ke hal lain saat kita bersama. Aku... gelisah, terutama saat aku nggak tahu apa yang kamu pikirin
(Sadajiwa mengangguk, tahu betul mengapa Dayana merasa gelisah, dan mengerti sepenuh hati bahwa ‘pacarnya’ itu akan selalu lebih cemas daripada orang lain. Bahwa dia akan cenderung berpikir secara berlebihan - terutama jika berkaitan dengan Sadajiwa)
(Dayana mengidap mental illness dan Sadajiwa mengerti hal itu dengan baik. Itulah mengapa Sadajiwa memilih untuk tak mengatakan sepatah kata pun tentang kembalinya Ishana karena Dayana akan panik dan Sadajiwa tak ingin itu terjadi. Itu hanya masa lalu. Tak berarti apa-apa untuk sekarang)
(Dayana pindah ke samping bibirnya dan Sadajiwa memejamkan mata, mencoba menikmati perasaan bibir lembut yang menggigit kulitnya. Sadajiwa mencoba menghapus kenangan Ishana dari ingatannya namun tak berhasil)
(VO Sadajiwa) Kumohon. Enyahlah, Sekali saja...
(Pikiran Sadajiwa) Ishana : Aku ingin bicara denganmu. Sadajiwa...
Dayana : Tetap bersamaku di sepanjang minggu ini, ya?
(Permintaan itu menjadi pengingat untuk pikirannya yang terhuyung-huyung dan menariknya kembali kepada Dayana yang lanjut mencium bibirnya)
Dayana : Ini bulan terakhir kita bersama, sebelum tugas magangmu beres
Sadajiwa : Tentu
(Sadajiwa bergumam, heran. Kenapa kata itu terasa begitu berat di lidahnya, seolah Sadajiwa berharap bisa bertemu Ishana besok malam)
Sadajiwa : Aku akan kembali bahkan setelah magangku berakhir.
Dayana : Bagus
(Dayana bergumam, dan dengan itu, gadis itu memeluk Sadajiwa)
SCENE 46 INT. BASECAMP MAGANG
Cast. Zafia, Sadajiwa
Zafia : Wow, kamu kelihatan jelek
(Sadajiwa mengangkat kepalanya dari meja dan menunjukkan matanya yang merah sebab kurang tidur)
Zafia : Duh, setelah menolakku dan Prianka, kamu malah kelihatan kaya gembel. Pasti galau, kan? Aku ngerti sekarang kenapa kita ditolak, pasti kamu nggak mau persahabatan kita bertiga hancur, hah? Nice job...
(Zafia meringis, bercanda. Sadajiwa mengabaikannya)
Zafia : Kamu pasti begadang sepanjang malam di kamar Dayana, ya?
Sadajiwa : Berisik deh
(Sadajiwa melemparkan pulpen padanya. Zafia menggerak-gerakkan alisnya secara berlebihan)
Sadajiwa : Aku di kamar Dayana cuma sampe jam 8 malam sebelum diusir Bu Ningsih
Zafia : Aw, sayang sekali. Makanya lain kali harus lebih hati-hati biar nggak ketahuan
(Sadajiwa ingin sekali mencari benda yang cukup berat dan melemparkannya ke wajah gadis yang lebih tinggi itu tapi Sadajiwa sangat lelah secara fisik dan mental, jadi dia hanya bisa menghela napas)
(Zafia berdehem secara diplomatis dan Sadajiwa memutar matanya)
Zafia : Terus ngapain ada di sini, dengan kondisi kacau di hari selasa pagi yang cerah ini?
(Sadajiwa menggumamkan sesuatu dengan sangat pelan dan merosot kembali ke mejanya)
Sadajiwa : Nggak bisa tidur semaleman. Ada banyak yang dipikirin
Zafia : Menurutku kali ini bukan soal Dayana karena kalian masih bermesraan. Apa ini soal orang lain? Tunggu, kamu bahkan nggak punya temen selain aku dan Prianka
Sadajiwa : Wow, sangat, sangat lucu
(Sadajiwa berkomentar sinis, lalu merendahkan suaranya)
Sadajiwa : Sebenernya aku punya temen, dulu, punya, tapi nggak tahu deh. Dan orang itu yang sekarang lagi ngusik pikiranku
(Alis Zafia terangkat)
Zafia : Kenapa seorang temen bisa membuatmu kurang tidur?
(Sadajiwa tak yakin apa dia harus memberi tahunya tapi pria itu sangat ingin menghilangkan rasa frustrasinya yang terpendam – Sadajiwa akhirnya memuntahkan semua yang ada di dalam pikirannya sebelum dia bisa menahan diri dan berterima kasih kepada Zafia setelahnya karena dia mendengarkannya dengan serius tanpa menilai)
Zafia : Jadi maksudnya, Ishana cinta pertama yang paling lama kamu cintai sejak kelas dua di sekolah menengah, telah kembali ke dalam hidupmu entah dari mana dan memintamu untuk bertemu?
Sadajiwa : Ya
(Sadajiwa mengangguk)
Sadajiwa : Dia meninggalkanku tanpa sepatah kata apapun waktu itu dan aku rasa dia ingin menyelesaikan masalah itu sekarang ... menyelesaikan yang belum selesai
(Zafia merenung. Zafia dan Prianka berbesar hati menerima penolakan dan tetap memutuskan menjadi teman Sadajiwa)
Zafia : Ya, udah... pergi dan bicarakanlah
(Sadajiwa menatapnya dengan tak percaya)
Sadajiwa : Nggak semudah itu
Zafia : Semudah itu kalau kamunya udah nggak punya perasaan yang tersisa untuknya
(Zafia mencondongkan tubuh ke depan dan meletakkan dagunya di atas kedua tangannya)
Zafia : Atau kamu masih cinta sama dia?
(Sadajiwa tampak tersinggung lalu membalasnya)
Sadajiwa : Kamu dan Prianka tahu kalau saat ini aku sayangnya sama Dayana
Zafia : Tepat, jadi kenapa kamu begitu terusik saat mau ketemu teman lamamu ini?
(Sadajiwa bungkam. Zafia ada benarnya)
(VO Sadajiwa) Kenapa juga aku harus galau? Apa yang aku takuti? Aku cuma mau ketemu Ishana, sahabat lamaku yang sendu dan selalu tersenyum getir...
(Zafia tampaknya bisa menangkap pikirannya yang kikuk dan memutuskan untuk meninggalkannya sendirian)
Zafia : Aku sih ngasih saran aja, ya, lebih baik kamu bertemu dengannya sekali dan meluruskan perasaan apapun yang mengganggu kalian berdua. Closure. Kalau nggak diungkapkan maka akan teringat seumur hidup. Itulah yang aku dan Prianka lakuin pas di pasar malam. Dan juga Tujuh tahun tuh waktu yang cukup lama, kalian udah menderita karenanya...