Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 27 EXT PERJALANAN PULANG
Cast. Sadajiwa, Prianka, Zafia
Zafia : Prianka kenapa sih? Kok tiba-tiba murung gitu?
(Sadajiwa menatap punggung Prianka lalu menggeleng, gadis berambut sebahu itu masuk kerumahnya tanpa berpamitan atau menoleh lagi ke belakang. Mereka berada di mobil Zafia yang bersenang hati mengantarkan mereka dengan mobil. Karena awalnya mereka memakai kendaraan umum, dan pasar malam itu dekat dengan rumah Zafia)
(Mobil berjalan dengan keheningan dan Zafia berdeham)
Zafia : Kalian berantem nih pasti pas di bianglala? Jangan-jangan kamu takut juga naik gituan! Pasti Prianka illfeel tuh...
(Goda Zafia, mencoba mencairkan suasana. Sadajiwa akhirnya merengut)
Sadajiwa : Enak aja, aku berani, ya!
Zafia : Kalau gitu, kamu berani nggak jadi pacarku?
Sadajiwa : Apa-apaan sih? Kalian janjian pasti mau jailin aku?
Zafia : Hah?
Sadajiwa : Iya, tadi juga Prianka nembak aku
Zafia : Terus?
(Sadajiwa menggelengkan kepalanya, namun Zafia malah tertawa)
Zafia : Aduh, kalau Prianka aja ditolak apalagi aku? No, thanks!
SCENE 28 INT RUMAH SADAJIWA
Cast. Sadajiwa, Ayah Sadajiwa
Sadajiwa : Ha-cim!
(Sadajiwa bersin untuk kesembilan kalinya pagi itu dan ayahnya menatapnya dengan aneh)
Ayah Sadajiwa : Kamu semalem ngapain sampai sakit kaya gini?
(Sadajiwa mencubit hidungnya dengan tisu dan mengobrak-abrik lemari dapur untuk mencari obat flu. Akhirnya, Sadajiwa bisa menghabiskan waktu dengan ayahnya, sebelum kembali kerja)
Ayah Sadajiwa : Ada orang yang nyariin kamu kemarin
(Sadajiwa memandang ayahnya dan bergumam dengan suara sesak)
Sadajiwa : Siapa, yah?
Ayah Sadajiwa : Kurang kenal sih. Cewek kok. Dia sih bilangnya temen kamu pas SMA. Dia ngasih nomernya, tuh ada di atas kulkas
(Sadajiwa beringsut ke kulkas dan menyapu kertas di tangannya sebelum mengangguk 'terima kasih' kepada ayahnya dan kembali ke kamarnya, ia masih butuh sekali tidur dan istirahat)
(Sadajiwa berbaring di tempat tidurnya sambil mengutuk hidungnya yang tersumbat sebelum melihat nomor teleponnya dan bertanya-tanya nomor siapa itu)
(Sadajiwa tak punya banyak teman di sekolah menengah, apalagi sampai mencarinya bertahun-tahun kemudian. Sakit kepala dan kekurangan oksigen karena hidung tersumbat mengganggu pemikirannya, dan Sadajiwa menekan nomor di teleponnya sebelum benaknya memperingatkan tentang kemungkinan yang tiba-tiba muncul)
(VO Sadajiwa) Musim gugur—
Ishana : Halo?
(Mata Sadajiwa terbuka lebar dan teleponnya hampir terlepas dari tangan ketika suara yang akrab, sangat akrab, dan hangat itu menyambutnya dari ujung sana)
Ishana : Halo siapa ini? Dengan Ishana di sini
(Pikiran Sadajiwa tertutup, tenggorokannya tercekat dengan menyakitkan sampai dia harus berjuang untuk menghirup udara. Kepanikan menjeratnya. Dia hampir menutup telepon ketika suara yang tak pernah didengarnya lagi selama tujuh tahun itu memanggil namanya)
Ishana : Sada? Sadajiwa, apa ini kamu?
(Sadajiwa membeku di tempat tidurnya, mencengkeram ponselnya dengan tangan gemetar)
Ishana : Sada? Sada, kalau ini kamu, tolong, tolong jangan tutup teleponnya, aku... Aku ingin bicara sama kamu. Aku ingin ngomong sesuatu...
(Sadajiwa tak bisa memberikan jawabannya tapi ketika Ishana - memanggilnya lagi dengan lembut, nostalgia dan kenangan tentang dirinya bermunculan, panggilan lembut itu Ishana berikan pada Sadajiwa yang kesepian di belakang kelas bertahun-tahun yang lalu. Ketakutan dan kebingungan membanjiri Sadajiwa secara bersamaan, ia akhirnya menutup teleponnya)
(VO Sadajiwa) Apa yang harus kulakukan?