Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SCENE 43 INT. KANTOR BU TITA
Cast. Bu Tita dan Bu Ningsih
Bu Tita : Apa semuanya baik-baik aja tadi malam?
(Bu Tita memasuki kantornya pagi-pagi sekali dan Bu Ningsih mengangguk)
Bu Ningsih : Ya, semuanya baik-baik aja
Bu Tita : Dayana nggak ngamuk lagi?
Bu Ningsih : Nggak, Bu. Dia baik-baik aja
Bu Tita : Bagus, mungkin saya harus mengunjunginya setelah ini
Bu Ningsih : Oh, saya nggak merekomendasikan itu
(Bu Ningsih bersuara ragu dan terbatuk sedikit)
Bu Ningsih : Saya baru aja ... lewat sana dan dia masih tidur
(Bu Tita mengangkat alis ke arah wanita tua itu tapi tetap mengangguk dan lanjut berjalan ke mejanya)
Bu Tita : Oke, mungkin nanti
SCENE 44 INT. SEL HUKUMAN
Cast. Dayana dan Sadajiwa
Dayana : Halo selamat pagi
(Sadajiwa terbangun oleh suara lembut yang menyapanya dari jarak yang sangat dekat. Sadajiwa bisa mendengar senyum Dayana dari nada suaranya dan bibirnya sendiri membentuk senyuman. Sadajiwa membuka matanya lalu menemukan Dayana sedang menatapnya dengan syahdu. Mata cokelat yang indah berkedip padanya dan Sadajiwa berkhayal ingin bangun dengan pemandangan seperti ini setiap dia bangun pada pagi hari)
Sadajiwa : Halo selamat pagi. Kamu bangun lebih awal.
Dayana : Uh huh. Kamu mendengkur sangat keras jadi aku nggak bisa tidur
(Mata mengantuk Sadajiwa langsung melebar dan Dayana terkekeh pelan)
Dayana : Bercanda. Nggak terlalu keras kok. Aku bisa tidur nyenyak
Sadajiwa : Kamu, ya...
(Sadajiwa meraba bawah selimutnya dan mencubit lengan gadis itu sampai menjerit. Mereka tertawa bersama setelah itu sampai Dayana mengibarkan bendera putih dan memegangi bantalnya lagi dengan kekalahan)
Dayana : Kok kita bisa jadi di sini?
(Dayana bertanya, yang membuat tawa Sadajiwa mereda dan pipinya mulai memerah)
Dayana : Apa kamu nyuruh Bu Ningsih buka kuncinya?
(Sadajiwa mengangguk dengan malu-malu)
Sadajiwa : Kamu menggigil saat tidur di lantai tadi malam jadi rasanya aku harus bawa kamu ke sini dan ikut naik ke tempat tidur, karena kamu masih kelihatan menggigil!
(Dayana menurunkan pandangannya dengan tersipu)
Dayana : Apa aku memelukmu sewaktu tidur atau melakukan sesuatu yang memalukan?
(Sadajiwa tertawa)
Sadajiwa : Ya, kamu mulai memelukku begitu aku menggendongmu ke tempat tidur dan kamu nggak ngebiarin aku pergi bahkan setelah tidurmu nyenyak
(Gadis yang lebih tua menyusut lebih dalam ke dalam selimutnya dan Sadajiwa berpikir kalau tingkahnya sangat, sangat imut apalagi terbungkus selimut seperti itu. Mungkin Sadajiwa ngelantur karena masih ngantuk, mungkin dia ngelantur karena cinta)
Dayana : Makasih, ya, buat tadi malam
(Dayana bergumam pelan, setengah dari wajahnya bersembunyi di balik selimut putih)
Dayana : Terima kasih telah menemaniku sepanjang malam. Aku sangat menghargai itu
(Sadajiwa memejamkan mata dan tersenyum tipis)
Sadajiwa : Kamu udah nyelametin aku dari pasien itu. Kayanya nemenin semalaman nggak bisa bayar jasa itu
Dayana : Nggak
(Kata Dayana, matanya tajam meskipun suaranya rendah dengan nada ragu-ragu)
Dayana : Kamu nggak perlu merasa berhutang sesuatu padaku karena itu. Kamu bisa... melakukan aktivitas seperti biasanya
(Sadajiwa membuka matanya dengan bingung atas pernyataan itu)
Sadajiwa : Maksudnya?
Dayana : Maksudnya, kamu nggak perlu merasa beban karena aku terkunci di sel hukuman setelah menolongmu. Kamu bisa ... melakukan hal-hal lain di luar sel ini
(Dayana menggigit bibirnya)
Dayana : Aku nggak mau jadi beban...
Sadajiwa : Kamu nggak pernah jadi beban
Dayana : Sada, kamu duduk di luar sel tadi malam mengawasiku dengan kedinginan dan aku sangat berterima kasih untuk itu tapi kamu nggak harus-
Sadajiwa : Aku nggak harus melakukannya, tapi aku mau
(Dayana ternganga tanpa membalasnya, dan Sadajiwa menatapnya tanpa henti seolah-olah dia baru saja menyatakan hal yang paling jelas di dunia)
(Tatapannya tak tergoyahkan dan Dayana bertanya-tanya kemana perginya pria canggung yang selalu menghindari kontak mata dengannya beberapa minggu lalu)
(Sadajiwa belum pernah terlihat begitu berani dan teguh seperti ini sebelumnya)
Sadajiwa : Aku nemenin kamu bukan karena kasihan, Daya. Aku nemenin kamu karena aku mau. Kalau kamu belum tahu, aku suka berada di dekatmu sama seperti kamu suka bersamaku. Aku minta maaf kalau aku kesannya nggak mau ada di deketmu
(Sadajiwa menunduk dan jantung Dayana berdetak kencang saat merasakan tangan yang hangat membungkus tangan kecilnya di bawah selimut, mata tajam Sadajiwa menemukan jalan kembali ke mata cokelat Dayana)
Sadajiwa : Hal yang kamu katakan terakhir kali, tentang kita berada di fase yang beda, itu nggak bener, Daya.
(Sadajiwa menelan air ludahnya dan akhirnya memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya)
Sadajiwa : Aku menyukaimu sama seperti kamu menyukaiku. Jadi tolong, nggak perlu menjaga jarak dariku lagi
(Sadajiwa meremas tangan Dayana dengan kuat dan menatap matanya)
Sadajiwa : Tetaplah di sampingku
(Dayana bertanya-tanya apa ini mimpi, tapi Sadajiwa membungkuk dan tiba-tiba sepasang bibir hangat menutupi dahinya. Dayana merasakan ciuman lembut menekan kulitnya)
(VO Dayana) Hangat. Lembut. Dan ini jelas bukan mimpi...
(Dayana merasakan jantungnya membumbung tinggi hingga hampir bisa meledak)